Suku Boti merupakan keturunan dari suku asli pulau Timor, 'Atoin Meto'. Wilayah Boti terletak sekitar 40 km dari kota kabupaten Timor Tengah Selatan, So’e. Secara administratif kini menjadi desa Boti kecamatan Kie. Karena letaknya yang sulit dicapai di tengah pegunungan, desa Boti seakan tertutup dari peradaban modern dan perkembangan zaman. Suku ini memiliki bahasa Dawan sebagai bahasa daerahnya. Ikatan Perkawinan (Maftus Neo Mafet Mamonet) Tahapan ikatan perkawinan merupakan kelanjutan dari kesepakatan yang sudah ditentukan pada tahap peminangan. Ikatan adat ini disebut Ma Fut Nekaf yang merupakan tahap penyerahan syarat dalam ikatan adat berupa sopi (minuman tradisional beralkohol) satu botol (waktu lalu), kini telah diganti dengan gula air satu botol dan satu kepingan uang logam (golden Belanda) bernilai 25 sen atau 50 sen. Dalam masyarakat Dawan, hal ini disebut dengan istilah Tua Boit Mese, Noin Sol Mese. Arti harafiahnya adalah penyerahan sebotol sopi da...
Kabeala merupakan senjata andalan dari Nusa Tenggara Timur (NTT) yang biasa dibawa para pria dengan diselipkan pada ikat pinggangnya. Bentuk dari senjata ini menyerupai parang, golok atau pedang dengan ukuran panjangnya sekitar 48 cm sampai 58 cm. Tentu saja senjata tajam ini digunakan untuk kebutuhan bekerja dan juga ada yang dipakai sebagai simbol kejantanan masyarakat NTT. Bentuk Kabeala Senjata ini memiliki banyak bentuk pada gagang serta sarungnya. Hal ini berfungsi untuk membedakan penggunaannya dalam masyarakat. Gagang yang menggunakan bahan baku kayu digunakan untuk pekerjaan bertani dan berburu. Sedangkan gagang yang menggunakan bahan gading atau tanduk digunakan sebagai senjata untuk mempertahankan diri. Daerah Nusa Tenggara Timur (NTT) yang banyak menggunakan senjata Kabeala yaitu wilayah pulau Sumba. Pulau Sumba ini terpisah dari ibukota provinsi Kupang dan lebih dekat dengan provinsi NTB. Di wilayah ini masih terdapat banyak hutan rim...
TOWE SONGKE merupakan kain tenun khas daerah manggarai, Kain tenun songke juga biasa di sebut lipa. Towe atau lipa dalam bahasa Manggarai untuk laki-laki disebut dengan "Tengge Towe/Lipa" dan untuk perempuan disebut dengan "deng Towe/Lipa". Towe Songke biasa digunakan baik di rumah maupun saat menghadiri ritual adat, ke gereja, ketika mandi dan tidur, saat kelahiran dan pernikahan, dan untuk membungkus orang yang telah meninggal. Songke juga bisa menjadi pemberian saat acara masuk minta (lipa widang) dari orangtua kepada bakal keluarga baru. Dan dari fungsinya Lipa Songke kerap kali dianggap sebagai "wengko weki," yang melindungi tubuh. Boleh dibilang, Songke itu menjadi jejak budaya Orang Manggarai. Saat ini, di kota-kota pusat administrasi wilayah Manggarai Raya seperti Ruteng, Borong dan Labuan Bajo, para pegawai pemerintah diwajibkan mengenakan Songke dalam bentuk jas atau kemeja sebagai salah satu usaha menghargai dan melestarika...
Pada dahulu kala di puncak gunung Kelimutu atau yang biasa disebut Bhua Ria (hutan lebat yang selalu berawan), terdapat sebuah desa yang di kepalai oleh Konde Ratu. Dalam daerah tersebut, terdapat dua tokoh yang sangat disegani, yaitu Ata Polo si tukang sihir jahat dan kejam yang suka memangsa manusia, dan Ata Bupu yang dihormati karena sifatnya yang berbelas kasih serta memiliki penangkal sihir Ata Polo. Walaupun memiliki kekuatan gaib yang tinggi dan disegani masyarakat, keduanya berteman baik serta tunduk dan hormat kepada Konde Ratu. Ata Bupu dikenal sebagai petani yang memiliki ladang kecil di pinggir Bhua Ria, sedangkan Ata Polo lebih suka berburu mangsa berupa manusia di seluruh jagat raya. Pada masa itu, kehidupan di Bhua Ria berlangsung tenang dan tenteram, sampai kedatangan sepasang Ana Kalo (anak yatim piatu) yang meminta perlindungan Ata Bupu karena ditinggal kedua orang tuanya ke alam baka. Karena sifatnya yang berbelas kasih, permintaan kedua anak yatim piatu tersebu...
Kerajaan Larantuka semula didirikan oleh seorang tokoh perempuan bernama Watowele bersama suaminya Pati Golo Arakian yang berasal dari keturunan bangsawan dari pulau Timor dari kerajaan Wehale merupakan tokoh peranakan perempuan bangsawan Jawa danjuga bangsawan kerajaan Wehale. erajaan itu semula lebih dikenal dengani kerajaan Ata Jawa sebelum akhirnya bernama Larantuka. Watowele senduru merupakan tokoh keramat yang diyakini dilahirkan dari gunung Ilemandiri dan merupakan cikal bakal keturunan satu – satunya dinasti yang memerintah kerajaan Larantuka dan juga dihormati sebagai keturunan langsung dari gunung / keturunan Ile Jadi. Baru pada pemerintahan keturunan ke – 3, yakni raja Sira Demon Pagu Molang kerajaan Larantuka menemukan bentuk pemerintahan tradisional yang lebih teratur yang tetap dipelihara hingga berakhirnya kerajaan Larantuka. Cerita rakyat versi lain Watuwele dan Lenurat dikatakan sebagai penduduk asli Larantuka yang di sebut Ile jadi. Pada mulanya penghuni lereng Gu...
Setiap memasukiawal tahun, tepatnya diakhir Januari atau permulaan Februari, warga Wanokaka menyelenggarakan ritual adat yang disebut Bijalungu Hiupaana yang berpusat di kampung Waigalli. Tanggal pasti ritual ini ditentukan oleh para rato berdasarkan tanda-tanda alam serta perhitungan bulan gelap dan bulan terang. Secara harafiah Bijalungu berarti meletakkan dan yang diletakkan adalah persembahan dan tanda berkat menyambut musim baru, sedangkan Hiupaana adalah nama sebuah hutan kecil berjarak kurang lebih 500m dari Waigalli, tempat tanda berkat tersebut diambil untuk selanjutnya di simpan di loteng rumah adat (uma daluk). Jadi Bijalungu Hiupaana berarti pergi ke hutan Hiupaana, karena di sanalah, tepatnya di sebuah gua kecil yang dianggap sakral, puncak upacara dilaksanakan. Upacara adat besar di Sumba Barat selalu merupakan kronologi dari serangkaian ritual yang berhubungan, yang jika dihitung hingga ke puncak upacara bisa berlangsung berhari-hari bahkan ada yang berminggu-minggu....
Wulla Poddu berasal dari kata wulla yang berarti bulan dan poddu yang berarti pahit. Jadi secara harafiah Wulla Poddu berarti bulan pahit, disebut pahit karena sepanjang bulan itu ada sejumlah larangan yang harus dipatuhi dan serangkaian ritual yang harus dijalankan. Intinya Wulla Poddu adalah bulan suci. Hampir semua wilayah di Sumba Barat merayakan ritual ini. Di wilayah Lamboya kegiatan berpusat di kampung Sodan dan Kadengar, di Wanokaka berpusat di kampung Kadoku, di Tana Righu berpusat di kampung Ombarade, tapi yang terbesar dari semuanya ada di wilayah Loli. Hampir semua kampung adat utama di wilayah ini merayakan Wulla Poddu, dengan Tambera, Tarung, Bondo Maroto dan Gollu selaku kampung-kampung sentra ritual. Di sepanjang bulan ini banyak orang berburu babi hutan. Hasil buruan diserahkan kepada Rato sambil melantunkan tanya jawab dalam bentuk pantun adat (kajalla). Babi hutan yang pertama kali ditangkap biasanya menjadi indikator hasil panen. Babi jantan berarti hasil panen...
Pada suatu hari datanglah Bikuku menemui Bita Nahak dengan maksud mengajaknya untuk pergi melihat tarian tebe chere, tebe kailaku. Mendengar hal ini Bita Nahak bertanya, "Di mana tempatnya yang akan mereka tuju. Dijawab oleh Bikaku, -“Di istana raja Lakuleik”. Bita Nahak bertanya lagi “Apakah di sana akan ada banyak tarian dan lagu yang akan disuguhkanl”. "Banyak’’, jawab Bikuku. Karena di sana sedang lagi mengadakan pesta. “Baiklah”, kata Bita Nahak. “Sekarang marilah kita berangkat”. Setelah berjalan beberapa saat tibalah mereka di sebuah istana. Tiba-tiba mereka mendengar kokok ayam hutan diikuti dengan bunyi suara yang berkata, “Bita Nahak, nona Bita Nahak engkau akan pergi jauh meninggalkan ibumu dan ayahmu”. Mendengar ini Bita Nahak bersern kepada Bikuku, katanya, “Adakah engkau mendengar kokok ayam hutan dengan diiukti bunyi suara, Bita Nahak - Bita Nahak, engkau akan pergi jauh meninggalkan ibumu dan ayahmu?”. Jawab Bikuku, “Ah tidak usah engkau menghiraukan atau p...
Tari Tebe Dalam Wikipedia : Tari Tebe adalah suatu tarian masyarakat Belu dan Malaka yang merupakan luapan kegembiraan atas keberhasilan atau kemenangan dimana para pria dan wanita bergandengan tangan sambil bernyanyi bersahut-sahutan melantunkan syair dan pantun (kananuk) yang berisikan puji-pujian, kritikan atau permohonan, sambil menghentakan kaki sesuai irama lagunya. Tarian ini dilakukan oleh penari pria dan wanita, dengan penari wanita membentuk lingkaran luar dan pria membentuk lingkaran dalam. Namun peraturan mengenai posisi pria dan wanita ini tidak mutlak. Pada acara-acara kecil, penari pria dan penari wanita bisa saling bergandengan tangan dalam satu lingkaran.SejarahPada zaman dahulu, tarian ini dilaksanakan masyarakat petani Tasifeto yang berbahasa Tetun, di seluruh wilayah Kerajaan Besar Fialaran, untuk menginjak padi. Tarian injak padi dimulai dengan berbalasan pantun/kore kananuk sambil menggerakkan kaki/menendang, dilakukan semalam suntuk dan biasanya selama 3 atau...