Kampung Aren, salah satu desa di Kecamatan Bosar Maligas, Kabupaten Simalungun, adalah desa penghasil gula merah. Berton-ton hasil bumi berupa gula merah dari desa itu dan desa sekitarnya, dibawa penduduknya untuk dijual ke Pematangsiantar. Sangat banyak pohon aren tumbuh di daerah ini. Kampung ini dinamakan Kampung Aren karena ada sebabnya. Konon, berasal dari nama seorang dewi khayangan yang bernama Areni. Menurut cerita orang-orang tua, dahulu kala dalam dunia khayangan terdapat sebuah kerajaan yang bernama Indraloka. Kerajaan Indraloka dipimpin seorang raja yang bernama Raja Dewangga, yang didampingi permaisuri bernama Dewi Ratna. Putri tunggal mereka bernama Dewi Areni. Dewi Areni adalah gadis yang sangat cantik jelita. Kecantikan parasnya tiada yang dapat menandingi. Ia juga seorang gadis yang berbudi luhur, cerdas, berilmu, patuh dan hormat kepada orang tuanya. Suatu hari, Dewi Areni dipanggil oleh ayahandanya. Beliau berkata, “:Anakku...
Mite dunia dewata ini dikenal masyarakat Nias, baik yang tinggal di Kabupaten Nias maupun Kabupaten Nias Selatan. Menurut kepercayaan tradisional orang-orang Nias, pada salah satu dari sembilan lapisan langit terdapat Kerajaan Teteholi Ana’a dengan raja keturunan dewa, Bulugu Silaride Ana’a. Menurut ceritanya, setelah bertahun-tahun tidak mempunyai anak, permaisuri melahirkan anak kembar, yang laki-laki diberi nama Silogu Mbana dan yang perempuan bernama Buruti Siraso. Suka cita Raja Bulugu Silaride berubah jadi duka cita. Sebab, menurut kepercayaannya, anak kembar berlainan jenis pertanda akan datang malapetaka dan aib besar bagi kedua orang tuanya. Mereka memercayai bahwa sejak dalam rahim kedua anak berlainan jenis kelamin itu sudah dijodohkan oleh maha dewa Sihai, dan keduanya merupakan Salakha, haram jadah. Walaupun begitu, mereka tetap memelihara kedua anak itu dengan penuh kasih sayang. Setelah Silogu Mbana dan Putri Buruti Siraso...
Mite Tuan Raja dan Manuk Si Nanggar Dewa terdapat di Kabupaten Karo. Mite ini menggambarkan pandangan nenek moyang etnik Karo tentang penciptaan bumi, bulan, matahari, dan mata angin beserta manusia dan hantu penghuni bumi. Konon, mite ini dimulai dari dunia atas. Ada seorang putri khayangan bernama Inang Seribu Tua melahirkan seorang putra, Tuan Bagunda Raja. Ayah anak itu tidak diketahui sehingga Tuan Bagunda Raja dipandang sebagai putra dewa. Setelah dewasa, ibunya meminta Tuan Bagunda Raja berumah tangga. Ia setuju asalkan menikah dengan putri saudara laki-laki ibunya. Tapi ibunya menyembunyikan, kalau ia mempunyai delapan saudara laki-laki yang menjadi raja di delapan penjuru mata angin. Akhirnya, secara gaib Tuan Bagunda Raja mengetahui keadaan pamannya itu. Ia pun menyuruh seekor ayam emas bernama Manuk Si Nanggar Dawa memilih putri salah seorang pamannya untuk dijadikan istri. Hasilnya, terpilih putri pamannya di sebelah timur y...
Tradisi gotong royong telah lama hidup dalam masyarakat Indonesia. Tradisi ini dapat terlihat dari kebiasaan masyarakat kita yang saling membantu dalam melakukan setiap kegiatan, misalnya dalam prosesi pernikahan, kematian, serta menjaga lingkungan dan bercocok tanam. Namun beberapa tahun terakhir, tradisi gotong royong tanpa disadari mulai terkikis keberadaannya, terutama pada masyarakat perkotaan yang cenderung lebih individualis. Sekarang tradisi gotong royong mulai digalakkan kembali oleh pemerintah, masyarakat pun juga mulai menyadari betapa pentingnya gotong royong yang merupakan budaya tradisi bangsa Indonesia. Salah satu suku yang masih mempertahankan budaya tradisi yang mengandung nilai tolong-menolong adalah masyarakat Mandailing di Sumatera Utara. Dulu Mandailing merupakan daerah Kabupaten Tapanuli Selatan, kemudian daerah tersebut mengalami pemekaran ke dalam empat kabupaten dan satu kota yang disebut Tapanuli Bagian Selatan (T...
Hampir setiap daerah di Indonesia mempunyai tradisi membuat kain tenun. Tanimbar, Timor, Sumbawa, Lombok, Bali, Jepara, Lampung dan lain-lain adalah daerah penghasil tenun yang baik dan terkenal. Hasil tenun di Tapanuli dalam bentuk kain atau selendang lengan berbagai motif, ukuran maupun fungsi itu disebut dalam bahasa daerah setempat ulos. Bagi masyarakat Tapanuli ulos bukan sekedar kain atau selendang hasil kerajinan kaum wanita untuk penutup badan, alat penggendong, hiasan atau berfungsi sehari-hari semacam itu saja melainkan juga mempunyai makna yang khusus dalam hidup bermasyarakat. Jadi ulos adalah sejenis kain adat hasil kerajinan tradisional masyarakat Batak terutama yang mendiami daerah Tapanuli Utara, Tapanuli Selatan, Simalungun dan Tanah Karo. Beberapa jenis diantaranya mempunyai nilai sakral. Proses Pembuatan Ulos Dahulu sebelum ada perusahaan tenun, hampir setiap keluarga menenun ulos untuk keperluan mereka. Dengan bahan benan...
Permainan Fakete bulu go’o pada masyarakat Nias adalah permainan memegang daun lalang. Permainan ini digolongkan dalam permainan edukatif yang bersifat kompetitif yakni pembinaan kesehatan badan, ketahanan badan, ketahanan fisik, kesabaran, dan sportifitas. Pada masyarakat Nias ketahanan berlari kencang dan keterampilan menangkap binatang atau mendapatkan apa yang dikejar merupakan keterampilan yang perlu dikuasai di dalam hidup, dimana keterampilan tersebut dilatih dalam permainan fakete bulu go’o. Permainan ini dimainkan oleh anak laki-laki, berumur 10 – 15 tahun. Jumlah pemainnya minimal 2 orang, pesertanya harus seimbang dan kemampuannya berlari harus sama. Dalam permainan ini biasanya didampingi 1 orang juri. Untuk menentukan siapa yang dikejar dan yang mengejar, lebih dulu dilakukan sut, yang menang akan menjadi pihak yang dikejar dan yang kalah adalah pengejar. Pemain yang dikejar berdiri di depan pengejar sambil memegang daun...
Trites terbuat dari dedaunan dan rumput2 yang sudah dimakan oleh lembu dan berada dalam lambung tapi belum mengalami proses pencernaan, masyarakat karo mengolah trites ini menjadi makanan, berikut cara nya. 1. trites 2 kg 2. usus 1/2 kg 3.kelapa 2 butir 4.daun jeruk 5 lembar 5.serai 3 biji 6.cabe secukupnya 7. bawang putih 6 siung 8. bawang merah 6 siung 9.kunyit 1 butir 10. asam 15 buah 11. Garam secukupnya cara membuat nya: Trites di tambah dengan air 1 gelas kemudian pisah kan antara air dan ampasnya setelah di peras, lalu peras kembali dengan air yg sama setelah itu ampas di buang, kemudian air di saring dan masukkan kedalam periuk yg umum nya pada masyarakat karo menggunakan periuk dari tanah. masak dengan api yg tidak terlalu besar dan masukkan usus yg sudah di cincang, masukkan juga daun jeruk, serai dan garam. Biarkan sampai mendidih , bersihkan buih yang keluar sampai tidak muncul buih lagi. Setela...
Merboni-boni saputangan pada masyarakat Dairi berarti bermain sembunyi-sembunyian saputangan . Merboni- boni Sapu Tangan dibentuk dari : mer + boni- boni, karena didalam permainan ini sapu tangan merupakan alat utama, dan permainan ini berlangsung dalam bentuk cara- cara menyembunyikannya. Permainan seperti ini juga ada di daerah Karo dengan nama merbuni-buni saputangan dan di daerah Melayu dengan nama bermain selampai . Dimainkan anak laki-laki bersama-sama anak perempuan berumur antara 6 sampai 10 tahun dengan jumlah mencapai 15 sampai 20 orang. Permainan ini tidak terikat dengan peristiwa lain, dan biasanya dimainkan pada waktu siang hari. Sebelum permainan dimulai lebih dulu diadakan suit untuk menentukan seorang pemain yang bertindak sebagai pembawa saputangan secara berkeliling dan menjatuhkannya pada tempat yang dikehendakinya. Peserta lainnya berdiri rapat membentuk...
Masjid Jami' Ismailiyah terletak di Desa Beringin, Kecamatan Bedagai, Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara. Sebelah utara masjid berbatasan dengan Sungai Bedagai dan rumah penduduk, sebelah timur dengan jalan besar, sebelah selatan dengan kebun rakyat serta bekas kerajaan Negeri Bedagai, dan sebelah barat dengan kebun rakyat. Adapun bekas kerajaan yang masih terlihat adalah struktur bata merah serta tanah lapang yang luas. Masjid yang merupakan masjid kerajaan ini berdiri di atas lantai bata yang ditata rapi, luas tanah sekitar 900m 2 , dan dibangun dua lantai dengan pagar tembok dan besi di sekililingnya. Kepemilikan dan pengelolan masjid diatur oleh keturunan Sultan Bedagai, dimana sampai saat ini fisik dan fungsinya masih terjaga. Menurut ahli waris Sultan Bedagai, masjid dibangun pada tahun 1884. Pemugaran dilakukan pada tahun 1937, yakni penggantian atap yang semula dari genteng menjadi seng, meninggikan posisinya melebihi bangunan istana yang masi...