Dahulu kala ada seorang gadis cantik jelita berambut panjang terurai, namun hidup miskin bersama orang tuanya di pinggiran hutan yang jauh dari onnan (pasar). Pada mulanya hidup mereka tenang dan tentram, sampai datangnya seorang saudagar menagih hutang pada keluarga petani miskin tersebut. Petani itu berjanji akan segera melunasi hutangnya pada hari onnan pekan depan. Saudagar itu pun tak bisa berbuat apa-apa, sebab tak ada harta yang bisa disita dari si petani. Dia marah dan mengancam akan menghabisi nyawa si petani jika tak segera melunasi hutangnya, barulah penagih hutang itu pergi. Mendengar ucapan dan amarah saudagar yang mengancam nyawa amongnya, gadis cantik belia putri pak tani sedih bukan kepalang. Tak tahu dia bagaimana cara menolong amongnya lunasi hutang tersebut. Pada saat hari pekan tiba, saudagar kejam sudah menunggu si petani di onan pasar, namun karena yang ditunggu tak juga muncul. Akhirnya saudagar kehilangan kesabaran dan bergegas menuju rumah petani. Da...
"Parung Simardagul-dagul…Sahali Mamarung, gok apanggok bahul-bahul." Itu merupakan senandung warga adat Batak Parlilitan, sebelum penyadapan getah kemenyan di Tanah Batak, Kabupaten Humbang Hasundutan (Humbahas), Sumatera Utara. Senandung dilakukan dua kali, berarti sekali menyadap atau sekali menusuk pohon kemenyan, hasil lebih dan banyak. Bakul bawan dari kampung penuh berisi sadapan getah kemenyan. Belum lama lama ini, masyarakat adat Parlilitan, menyadap getah kemenyan. Dian Haposan Sihotang, warga adat Parlilitan juga petani kemenyan, mengatakan, senandung ini sudah tradisi. Menyadap getah kemenyan, perlu ritual, yang bermakna menghormati dan menghargai alam. Getah kemenyan ada dan pohon tumbuh karena proses alam. Tak bisa dipupuk atau dengan cara lain. Pengerjaan juga harus dengan hati bersih, dan adab baik. Mereka percaya, menyadap getah tak boleh berkata kotor agar getah keluar banyak dengan kualitas baik. Menurut cerita nenek moyan...
Aren atau enau merupakan tanaman serba guna. Tingginya bisa mencapai 25 meter dengan lebar bisa mencapai 65 cm. Air sadapan tandan bunga jantan dinamakan nira biasa diolah menjadi gula aren atau gula merah, diolah menjadi minuman tuak atau terkadang nira juga diolah menjadi cuka walaupun sekarang sudah terdesak oleh cuka buatan pabrik, biji buahnya bisa diolah menjadi kolang kaling sebagai campuran es atau kolak, daunnya biasa digunakan sebagai atap rumah rakyat di pedesaan, pucuk daunnya yang masih kuncup dinamakan daun kawung bisa digunakan sebagai daun rokok, ijuk dari pohon aren bisa dipintal menjadi tali, sementara dari lidinya bisa dibuat menjadi sapu lidi. Tuak hasil olahan air nira memiliki fungsi yang penting bagi kehidupan sosial orang Batak. Selain sebagai minuman, biasanya tuak digunakan dalam upacara-upacara adat masyarakat Batak, bisa juga untuk menyiram beberapa jenis tanaman, atau digunakan untuk sesaji bagi arwah orang yang sudah meninggal. ...
Dahulu kala ada sebuah cerita yang berasal dari Pulau Samosir di desa si dugur-dugur tinggallah seorang laki-laki bernama guru Hatimbulan. Beliau adalah seorang si Baso atau pendeta namanya datu Arak ni pane. Istrinya bernama Nansindak panaluan. Mereka sudah lama menikah tetapi belum juga dikaruniai seorang anak. Sesudah perempuan itu hamil maka luar biasa lamanya barulah anak itu lahir, semua penduduk kampung itu menganggap keadaan itu hal yang gaib, saat itu juga terjadi kelaparan juga teriknya tak tertahankan, kerah tanah menutupi hubangan-hubangan dan rawa-rawa. Karena kepala persatuan pemujaan roh-roh menjadi risau ia pergi menjumpai guru Hatimbulan dan mengatakan kepadanya: mengapa keadaan yang seperti ini tidak berubah-ubah karena kejadian belum pernah terjadi mereka pergi untuk mencari sebabnya dan mengajak kepada Debata atau dewa yang adil sehingga guru Hatimbulan menjawab: ”semua bisa terjadi” lalu raja Bius mengatakan: ”semua orang heran mengapa istrimu...
Kisah, “Tombak Milik Si Bagas Marhusor” berasa; dari sebuah naskah Batak yang berjudul (Hujur Ni Si Bagas”. Naskah ini diterjemahkan oleh Proyek Penerbitan Buku Sastra Indonesia dan Daerah, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1985. Cerita ini mengisahkan perjalanan hidup Bagas Marhusor yang penuh perjuangan dan tantangan. Dikisahkan bahwa Bagas Marhusor, anak Partiang Narbulus, lahir bersamaan dengan lahirnya Panjahatua Todosdiari, anak Raja Parsahala Sotarihuthon yang berkuasa di Lobu Sotartaban. Semula menurut ramalan Datu Pamurpur Mardupa, anak raja akan menjadi anak ajaib yang luar biasa, tetapi pada perkembangan selanjutnya, teryata justru Bagas Si Marhusor yang berkembang menjadi anak biasa, baik kecerdasan maupun kebaikan hatinya. Dalam setiap perundingan Bagas Marhusor selalu menengahkan Panjahatua Todoshiari. Dikisahkan ketia sedang berburu babi di hutan, raja diserang oleh seekor babi hutan. Partiang Narbulus, ayah Bagas Marhusor, dapat menyelam...
Konon, dahulu kala ada seekor ular besar yang memiliki kelakuan yang sangat kejam. Ular tersebut membuat resah warga. Manusia sering menjadi korban ketika melewati jalan melintas Ke daerah Tarabintang. Raja Sigunja yang merupakan penguasa di daerah Papatar yang terkenal sakti. Konon ia ini bisa menghilang dan dan sangat dikagumi warga kehebatannya. Kenapa Raja Sigunja Terlibat dalam cerita ini? Suatu waktu putri Raja Sigunja menghilang dan tidak diketahui keberadaanya . Saat Raja melintas hendak mencari ke daerah Tarabintang, ia pun bertemu dengan ular raksasa itu. Raja bertanya pada ular tentang keberadaan putrinya, namun ditanggapi dingin dan menjawab tak tahu, Raja curiga putrinya dimakan sang ular. Dia lalu mengambil tombaknya dan sembari martonggo (berdoa) selama tujuh hari tujuh malam meminta petunjuk Yang Maha Kuasa bagaimana untuk membunuh ular raksasa tersebut. Selesai martonggo Raja mendapat petunjuk dan ia segera menggunakan tombaknya menu...
Toping-toping adalah jenis tarian tradisional dari suku Batak Simalungun yang dilaksanakan pada acara duka cita di kalangan keluarga Kerajaan. Toping-toping atau huda-huda ini terdiri dari 2 (dua) bagian, bagian pertama yaitu huda-huda yang dibuat dari kain dan memiliki paruh burung enggang yang menyerupai kepala burung enggang yang konon menurut cerita orang tua bahwa burung enggang inilah yang akan membawa roh yang telah meninggal untuk menghadap yang kuasa, bagian kedua adalah manusia memakai topeng yang disebut topeng dalahi dan topeng ini dipakai oleh kaum laki-laki dan wajah topeng juga menyerupai wajah laki-laki dan kemudia topeng daboru dan yang memakai topeng ini adalah perempuan karena topeng ini menyerupai wajah perempuan (daboru). Pada Zaman dahulu penampilan huda-huda atau toping-toping dan tangis-tangis hanya dilaksanakan dikalangan keluarga kerajaan saja. Sumber: https://gpswisataindonesia.info/2014/10/tarian-tradisional-sumatera-uta...
Seorang raja yang bertakhta di daerah Teluk Dalam. Raja Simangolong namanya. Sang raja mempunyai seorang anak perempuan yang sangat cantik wajahnya yang bernama Sri Pandan. Sri Pandan tidak hanya cantik jelita wajahnya, namun juga dikenal baik hati. Terampil pula ia bekerja. Ia pandai menenun, menganyam tikar, dan juga terbiasa menumbuk padi. Kecantikan Sri Pandan begitu ternama. Tidak hanya diketahui rakyat, melainkan para pemuda dari negeri-negeri lain. Raja Simangolong sangat berharap, putrinya itu akan menikah dengan pangeran dari negeri lain. Dengan demikian hubungan persahabatan dengan negeri lain akan dapat terjalin dengan baik. Raja Simangolong amat gembira ketika akhirnya datang lamaran dari Kerajaan Aceh. Raja Aceh meminang Sri Pandan untuk dinikahkan dengan Pangeran Aceh yang telah dinobatkan sebagai putra mahkota. Namun demikian Raja Simangolong tidak serta merta menerima lamaran itu sebelum meminta pendapat putrinya terlebih dah...
https://tirto.id/cerita-memburu-kepala-di-nias-cycj Dikisahkan, Awuwukha yang tinggal di sebuah desa bernama Boronadu (sekarang termasuk wilayah Kabupaten Nias Selatan, Provinsi Sumatera Utara) adalah pencetus tradisi mangai binu di Pulau Nias. mangai binu sering pula disebut dengan istilah lokal lainnya, seperti m öi ba dan ö , mofanö ba danö , mangai hög ö , atau mö i emali . Kata emali disematkan kepada orang yang berperan sebagai pemburu kepala manusia macam Awuwukha. Awuwukha menjelma menjadi penjagal kelas kakap lantaran ibu dan 7 saudaranya dibakar hidup-hidup di kediaman mereka oleh sekelompok orang dari desa lain. Para pengacau itu juga membakar lumbung padi milik Laimba, orang yang paling dihormati di desa. Awuwukha yang datang terlambat dan melihat dengan mata kepalanya sendiri bahwa rumahnya telah terbakar bersama dengan...