https://tirto.id/cerita-memburu-kepala-di-nias-cycj
Dikisahkan, Awuwukha yang tinggal di sebuah desa bernama Boronadu (sekarang termasuk wilayah Kabupaten Nias Selatan, Provinsi Sumatera Utara) adalah pencetus tradisi mangai binu di Pulau Nias.
mangai binu sering pula disebut dengan istilah lokal lainnya, seperti möi ba danö, mofanö ba danö, mangai högö, atau möi emali. Kata emali disematkan kepada orang yang berperan sebagai pemburu kepala manusia macam Awuwukha.
Awuwukha menjelma menjadi penjagal kelas kakap lantaran ibu dan 7 saudaranya dibakar hidup-hidup di kediaman mereka oleh sekelompok orang dari desa lain. Para pengacau itu juga membakar lumbung padi milik Laimba, orang yang paling dihormati di desa.
Awuwukha yang datang terlambat dan melihat dengan mata kepalanya sendiri bahwa rumahnya telah terbakar bersama dengan keluarganya tentu saja murka besar. Ia pun bersumpah akan menuntut balas terhadap orang-orang yang telah melakukan perbuatan itu (Sonjaya, 2008).
Beberapa hari berselang, Awuwukha pulang. Langkahnya tenang lagi mantap, dengan raut muka yang mengesankan kepuasan. Ia memanggul sebuah karung yang ternyata berisi penggalan belasan kepala manusia, kepala orang-orang yang membakar rumah dan membunuh keluarganya, sekaligus mempermalukan warga desanya.
Sejak itulah, mangai binu atau perburuan kepala mulai berlaku karena apa yang telah dilakukan Awuwukha ternyata berlanjut. Musuh-musuhnya semakin banyak karena ingin membalas dendam. Namun, Awuwukha tak terkalahkan hingga menutup mata karena dimakan usia. Nama Awuwukha pun menjadi legenda, sekaligus diabadikan sebagai gelar yang diberikan untuk orang-orang sepertinya.
Prajurit pemanah dari komunitas pemanah berkuda indonesia (KPBI chapter dki jaya) mengikuti Festival Keraton Nusantara 2017. mewakili kasultanan kasepuhan cirebon. PAKAIAN : terdiri dari ikat kepala/ totopong khas sunda jenis mahkuta wangsa. lalu baju & celana pangsi sunda berwarna hitam. dengan baju corak ukiran batik khas sunda di bagian dada. kain sembong berwarna ungu di ikat di pinggang bersamaan dengan senjata tajam berupa golok dan pisau. untuk alas kaki sebagian besar memakai sendal gunung, namun juga ada yang memakai sepatu berkuda. BUSUR : sebagian besar memakai busur dengan model bentuk turkis namun ada juga yang memakai busur model bentuk korea. ANAK PANAH : Semua nya memakai anak panah bahan natural seperti bambu tonkin, kayu mapple & kayu spruce. QUIVER ( TEMPAT ANAK PANAH ): Semua pemanah menggunakan quiver jenis backside quiver atau hip quiver . yaitu quiver yang anak panah di pasang di pinggang dan apabila anak panah di pasang di dal...
Pasukan pemanah dari komunitas pemanah berkuda indonesia (KPBI chapter dki jaya) mengikuti Festival Keraton Nusantara 2017. mewakili kesultanan kasepuhan cirebon. PAKAIAN: terdiri dari ikat kepala/ totopong khas sunda jenis mahkuta wangsa. lalu baju & celana pangsi sunda. dengan baju corak ukiran batik khas sunda di bagian dada. untuk alas kaki sebagian besar memakai sendal gunung, namun juga ada yang memakai sepatu berkuda. BUSUR: sebagian besar memakai busur dengan model bentuk turkis dan ada juga memakai busur model bentuk korea. ANAK PANAH: Semua nya memakai anak panah bahan natural seperti bambu tonkin, kayu mapple & kayu spruce QUIVER (TEMPAT ANAK PANAH): Semua pemanah menggunakan quiver jenis backside quiver atau hip quiver . yaitu quiver yang anak panah di pasang di pinggang dan apabila anak panah di pasang di dalam quiver , nock anak panah menghadap ke belakang.
aksi pertunjukan pusaka dan pasukan kesultanan kacirebonan dari balaikota cirebon sampai ke keraton kacirebonan
Para pasukan penjaga keraton Sumedang larang