Karangjambe adalah sebuah desa di wilayah Kecamatan Padamara, Kabupaten Purbalingga, Provinsi Jawa Tengah. Terdiri dari beberapa dusun yaitu Dusun Slatri, Dusun Wilangan, Dusun Karangjambe Kulon, serta Dusun Kedungwringin. Pada kesempatan ini saya akan menceritakan satu legenda tentang asal muasal nama Desa Karangjambe. Karangjambe merupakan perpaduan dari kata “Karang” dan “Jambe”. Identitas nama desa terkadang memiliki makna tersendiri, baik berupa cerita rakyat ataupun sejarah. Berikut adalah salah satu cerita rakyat yang beredar di wilayah Desa Karangjambe, Kita mulai saja ceritanya ; Jaman dahulu di Desa Karangjambe ada Adipati yang bernama Adipati Wilah. Adipati Wilah adalah salah satu Kyai yang menyebarkan agama islam di Desa Karangjambe. Adipati Wilah mempunyai “pekarangan” atau tanah yang sangat luas. Pekarangan tersebut banyak ditumbuhi pohon jambe/pohon pinang. Hari demi hari Adipati Wilah bertambah tua dan sering sakit-...
Warga desa Serang, Karangreja Purbalingga punya tradisi unik dalam menjaga keseimbangan alam yang jadi tempat tinggal mereka. Syamsuri, sesepuh desa tak dapat membayangkan kengerian yang terjadi jika sumber mata air Sikopyah mati. Mata air itu telah menghidupi sejumlah desa di lereng gunung Slamet, terutama wilayah Kecamatan Karangreja Kabupaten Purbalingga. Dari sumber itu, air dialirkan untuk kebutuhan rumah tangga hingga mengaliri tanaman agar tumbuh menghasilkan. Warga desa Serang, Karangreja Purbalingga punya tradisi unik dalam menjaga keseimbangan alam yang jadi tempat tinggal mereka. Legenda Mata Air Sikopyah masih terus lestari dijaga. Mereka ambil air dari Sikopyah pakai ruas bambu. (tribunjateng/khoirul muzaki) Saat cuaca kering dan masyarakat di tempat lain menjerit kehausan, sumber mata air Sikopyah tetap menyemburkan air tanpa henti. Karena perannya yang vital, penduduk sejak era nenek moyang berusaha merawat mata air itu dengan beragam cara....
Jaman biyen ana wong tuwa jenenge Syeh Maulana Pandansari, asale saka negara lor. Syeh Maulana Pandansari nggawe gubug neng tengah alas dhewekan. Gubug kuwi gendheng lan pagere saka suket. Ora suwe, dumadakan kepethuk karo wong wadon ayu sing jare asale padha karo dheweke. Puluhan taun wong loro kuwi urip neng alas karo anak-anake. Sawise anak-anake padha duwe bojo, akeh wong anyar teka, mula alase kuwi dadi tambah rame. Akhire dadi desa sing dijenengi desa Karanggedhe. Syeh Maulana Pandansari kuwi wong sing sekti, ora bisa mati senadyan kena kapak utawa geni. Akhire Syeh Maulana Pandansari didadekake lurah. Bareng karo ramene Desa Karanggedhe, wektu kuwi uga ana desa saka Adipati Kertanegara. Adipati Kertanegara nyebarake woro-worone yaiku: sapa bae sing bisa nyekel Kebo Edan, sing senenge ngamuk lan ngrusak apa bae ing sekitare arep didadekake mantune Adipati lan arep diangkat dadi Adipati Kertanegara nggantekake pangkate adipati sing saiki. Syeh Maulana Pa...
Desa Siwarak terletak di kecamatan Karangreja Kabupaten Purbalingga. Desa ini berdiri jauh lebih dahulu dibanding kabupaten Purbalingga, yaitu kira-kira berumur 300 tahun. Luas desa Siwarak 672,65 hektar. Siwarak ini berada di daerah dataran tinggi dengan keadaan curah hujan yang cukup tinggi pula. Sepanjang jalan menuju Siwarak maupun jalan-jalan yang ada di sekitar Siwarak tumbuh berbagai macam tanaman dan pepohonan. Di desa Siwarak ini juga terdapat sebuah obyek wisata terkenal yaitu “Goa Lawa”. Siwarak yang cukup luas wilayahnya terbagi menjadi 4 dusun, yang masing-masing dusun mempunyai luas wilayah yang bervariasi dan dengan presentasi kepemilikan tanah 45% setiap kepala keluarga. Selain itu, Siwarak memiliki 41 rukun tetangga dan 10 rukun warga. Jumlah penduduk desa ini sekitar 6796 jiwa dengan rasio perbandingan laki-laki lebih besar dari pada perempuan, yaitu dengan selisih kurang lebih 300 jiwa, dan dengan jumlah penduduk asli 90% dan penduduk pen...
Suatu hari seorang penyebar agama Islam bernama Syech Gandiwasi asal Turki menghadap Kangjeng Panembahan Senopati Ing Ngalogo Mataram dan mohon untuk menyebarkan agama Islam di pulau Jawa. Pada waktu itu (tahun 1586-1601) kekuasaan Kanjeng Panembahan Senopati memang meliputi seluruh Jawa Tengah, Jawa Timur, dan sebagian Jawa Barat, sehingga mendapat sebutan “Kaisar Seluruh Jawa”. Ia adalah Raja Mataram baru, yang tersohor sakti mandraguna, berwibawa dan pandai bergaul dengan rakyatnya. Mendapat permohonan dari penyebar agama Islam asal Turki itu, ia merasa senang, karena berarti akan menambah pengetahuan agama bagi rakyat Kerajaan Mataram yang sudah memeluk agama Islam sejak jaman Kerajaan Demak dulu. Permohonan Syech Gandiwasi akhirnya dikabulkan dan ia diizinkan menyebarkan agama Islam di kawasan kaki Gunung Slamet. Setelah mendapat izin, ia lalu merencanakan membangun padepokan di tempat tujuan, guna mendidik para santrinya. Dalam perjalanan ketempat tujuan, ia si...
Desa Pakuncen terletak di Kecamatan Bobotsari, Kabupaten Purbalingga, Jawa Tengah. Tepatnya sebelah utara Kecamatan Bobotsari. Sebelah timur dibatasi oleh Sungai Klawing yang deras airnya. Dengan tekstur tanah yang datar. Pada masa penjajahan desa Pakuncen ikut mewarnai perlawanan terhadap Penjajah Belanda. Hal ini dibuktikan dari cerita-cerita para tokoh masyarakat berkaitan dengan asal-usl desa Pakuncen. Berawal dari perlawanan Pangeran Diponegoro terhadap Penjajah Belanda salah seorang pengawalnya yang bernama Mandrawangsa saat prajurit Diponegoro terdesak beliau lari ke arah mana saja untuk bersembunyi. Namun dalam pelariannya dari musuh Mandrawangsa beserta beberapa Prajurit selalu dapat dikejar oleh Belanda. Pada akhirnya beliau tiba di sebuah gerumbul dengan menyamar sebagai petani yang sederhana. Di tempat itulah Belanda kehilangan jejak Mandrawangsa. Sehingga beliau menamakan tempat itu dengan nama Pakuncen. Artinya terkunci tidak dapat dite...
Sekitar tahun 1600 M berdirilah sebuah padepokan yang didirikan oleh seorang Syeh Muhammad, seorang penyebar agama islam keturunan dari kerajaan Surakarta. Padepokan ini diberi nama padepokan Karangluwes. Karangluwes sendiri terdiri dari dua kata yaitu karang dan luwes. Karang yang berarti kekuatan sedangkan luwes yang berarti lemah lembut. Padepokan ini masih dalam kadipaten Onje yang pada saat itu adipatinya bernama Hanyokro Kusumo. Adipati Onje yang bernama Hanyokro Kusumo ini memiliki dua orang anak yang bernama Ki Yudantaka dan Ki Arsantaka. Karena sesuatu hal Ki Arsantaka meninggalkan kadipaten Onje dan di angkat menjadi anak angkat oleh seorang kyai yang bernama kyai Pindik dan diangkat menjadi seorang demang Pagendolan yang saat ini masuk daerah kabupaten Banjarnegara. Pada suatu ketika kurang lebih pada tahun 1700 M pecahlah perang Mangkubumen antara pasukan Mangkubumi yang dibantu Raden Masaid melawan Pakubuwono II yang pada saat itu Padepokan Karangluwes dipimpin oleh...
Dari berbagai sumber yang telah ditelusuri dan digali asal usul desa Bojong dimulai dari abad ke – 18 atau jaman kerajaan Mataram atau lebih tepatnya pada waktu perang Diponegoro melawan Belanda. Ketika jaman perang antara P. Diponegoro melawan Belanda, P. Diponegoro menggunakan taktik gerilya yang bermarkas di Gua Selarong , dan markas tersebut digempur oleh Belanda yang mengakibatkan P Diponegoro dan prajuritnya lari tunggang langgang berpencaran . Dalam pelarian tersebut, daerah yang dituju sebagai tempat pelarian adalah daerah sekitar Selarong sampai juga ke barat sungai Progo. Pada waktu itu P Diponegoro dan pengikutnya terbujung – bujung dari kejaran Belanda dan karena kecapaian maka berhentilah P Diponegoro di suatu tempat. Untuk mengenang kejadian tersebut maka tempat itu kemudian dinamakan Bojong yang artinya dikejar-kejar. Asal Usul ( Legenda ) Desa Bojong Cikal bakal desa Bojong sendiri adalah dari kisah Kyai Tirto Kusumo at...
(Mohon maaf jika cerita tidak akurat dan lengkap, didengar dari narasumber seorang warga Slawi, yang setiap malam berjualan Ronde di bilangan Ruko Slawi). Dahulu kala di sekitar Lebaksiu, tinggal seorang pencari ikan yang tinggal dengan istrinya di desa tepi sungai Gung. Suatu hari lelaki itu, yang dikenal dengan Pak Rumpung, seperti biasa pergi ke sungai Gung untuk mencari ikan. Hari itu belum banyak ikan di dapat. Ketika menyusuri sungai, ditemukan sebutir telur. Tidak diketahui itu telur apa. Dikiranya telur ayam yang mungkin secara tidak sengaja bertelur di tepi sungai. Di bawa pulang telur itu, ketika sore harinya dengan gembira, karena selain mendapat ikan, dia mendapat pula sebutir telur Setibanya dirumah diceritakan tentang telur yang ditemukannya kepada istrinya, lalu dia meminta istrinya agar merebus telur untuk sarapan besok harinya. Pagi harinya, sebelum mencari ikan, Pak Rumpung sarapan sendirian kartena istrinya telah lebih dulu berangkat ke sawah. Ketika s...