Cerita Rakyat
Cerita Rakyat
Cerita Rakyat Jawa Tengah Purbalingga
Asal Usul Desa Karanglewas
- 14 Juli 2018

Sekitar tahun 1600 M berdirilah sebuah padepokan yang didirikan oleh seorang Syeh Muhammad, seorang penyebar agama islam keturunan dari kerajaan Surakarta. Padepokan ini diberi nama padepokan Karangluwes. Karangluwes sendiri terdiri dari dua kata yaitu karang dan luwes. Karang yang berarti kekuatan sedangkan luwes yang berarti lemah lembut. Padepokan ini masih dalam kadipaten Onje yang pada saat itu adipatinya bernama Hanyokro Kusumo. Adipati Onje yang bernama Hanyokro Kusumo ini memiliki dua orang anak yang bernama Ki Yudantaka dan Ki Arsantaka. Karena sesuatu hal Ki Arsantaka meninggalkan kadipaten Onje dan di angkat menjadi anak angkat oleh seorang kyai yang bernama kyai Pindik dan diangkat menjadi seorang demang Pagendolan yang saat ini masuk daerah kabupaten Banjarnegara.

Pada suatu ketika kurang lebih pada tahun 1700 M pecahlah perang Mangkubumen antara pasukan Mangkubumi yang dibantu Raden Masaid melawan Pakubuwono II yang pada saat itu Padepokan Karangluwes dipimpin oleh seorang ngabehi yang bernama Raden Tumenggung Dipoyudo I. Raden Tumenggung Dipoyudo I terlibat dalam peperangan antara pangeran Mangkubumi melawan Pakubuwono II, dan Raden Tumenggung Dipoyudo I wafat dan jenazahnya hilang dalam waktu beberapa bulan. Kemudian secara kebetulan jenazah Raden Tumenggung Dipoyudo I dapat ditemukan Ki Arsantaka. Kemudian diangkat menjadi Demang Humbul, sementara putra Ki Arsantaka yang bernama Ki Arsanyuda diangkat menjadi Pati Ngabehi di Karangluwes yang saat itu ngabehi dijabat oleh Raden Tumenggung Dipoyudo II.

Berhubung Raden Tumenggung Dipoyudo II sering sakit-sakitan Ki Arsayuda putra dari Ki Arsantaka di angkat menjadi ngabehi di Karangluwes dan bergelar Raden Dipoyudo III. Hal tersebut karena Ki Arsantaka memiliki pandangan bahwa pemerintahan di Karangluwes Kurang strategis sehingga Ki Arsantaka menyarankan agar dipindahkan ke desa Purbalingga yang di anggap lebih strategis serta lebih subur. Hal tersebutlah yang menjadi cikal bakal kabupaten Purbalingga. Sehingga Pangabehian atau Padepokan Karangluwes ditinggalkan oleh Tumenggung Dipoyudo III. Tumenggung Dipoyudo III menjadi Adipati Purbalingga pertama. Padepokan Karangluwes dijadikan pakuwuhan (kelurahan) yang dipimpin oleh sepupunya yang bergelar Ki Lurah Cangkring I sekitar tahun 1800 an sampai tahun 1840. Kemudian dari tahun 1840 – 1890 di pimpin oleh Ki Lurah Cangkring II.

Sekitar tahun 1890 Ki Lurah Cangkring II wafat kemudian digantikan oleh Ki Saranata I dan padepokan dipindahkan ke padepokan Derik Karanglewas Barat. Ki Suranata I memimpin sampai tahun 1923. Kemudian tahun 1923 – 1945 kelurahan dipimpin oleh Ki Suranata II. Pada tahun 1945 kelurahan dipimpin oleh Ki Sastro Suparmo sampai tahun 1980. Setelah itu pada tahun 1980 dipimpin oleh H. Muhaini Hadi Pranoto sampai tahun 1996, Kemudian pada Tahun 1996-1998 kelurahan dipimpin oleh R. Suyatno. Selanjutnya pada tahun 1998 – 2006 dipimpin oleh Bapak Ngusman. Setelah itu tahun 2006-2010 kelurahan dipimpin oleh Bapak Indriyanto, kemudian pada tahun 2011 sampai sekarang kelurahan dipimpin oleh Bapak Tofik Hidayat.

 

Sumber: http://www.karanglewas.desa.id/sejarah-desa-karanglewas/

Diskusi

Silahkan masuk untuk berdiskusi.

Daftar Diskusi

Rekomendasi Entri

Gambar Entri
Konsep Ikan Keramat Sebagai Konservasi Lokal Air Bersih Kawasan Goa Ngerong Tuban
Cerita Rakyat Cerita Rakyat
Jawa Timur

Sumber daya air merupakan sebuah unsur esensial dalam mendukung keberlangsungan kehidupan di bumi. Ketersediaan air dengan kualitas baik dan jumlah yang cukup menjadi faktor utama keseimbangan ekosistem serta kesejahteraan manusia. Namun, pada era modern saat ini, dunia menghadapi krisis air yang semakin mengkhawatirkan (Sari et al., 2024). Berkurangnya ketersediaan air disebabkan oleh berbagai faktor global seperti pemanasan, degradasi lingkungan, dan pertumbuhan penduduk yang pesat. Kondisi tersebut menuntut adanya langkah-langkah strategis dalam pengelolaan air dengan memperhatikan berbagai faktor yang tidak hanya teknis, tetapi juga memperhatikan sosial dan budaya masyarakat. Salah satu langkah yang relevan adalah konservasi air berbasis kearifan lokal. Langkah strategis ini memprioritaskan nilai-nilai budaya masyarakat sebagai dasar dalam menjaga sumber daya air. Salah satu wilayah yang mengimplementasikan konservasi berbasis kearifan lokal yaitu Goa Ngerong di kecamatan Rengel,...

avatar
Muhammad Rofiul Alim
Gambar Entri
Upacara Kelahiran di Nias
Ritual Ritual
Sumatera Utara

Kelahiran seorang anak yang dinantikan tentu membuat seorang ibu serta keluarga menjadi bahagia karena dapat bertemu dengan buah hatinya, terutama bagi ibu (melahirkan anak pertama). Tetapi tidak sedikit pula ibu yang mengalami stress yang bersamaan dengan rasa bahagia itu. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan tentang makna dari pra-kelahiran seseorang dalam adat Nias khusunya di Nias Barat, Kecamatan Lahomi Desa Tigaserangkai, dan menjelaskan tentang proses kelahiran anak mulai dari memberikan nama famanoro ono khora sibaya. Metode pelaksanaan dalam penelitian ini adalah menggunakan metode observasi dan metode wawancara dengan pendekatan deskriptif. pendekatan deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan fakta sosial dan memberikan keterangan yang jelas mengenai Pra-Kelahiran dalam adat Nias. Adapun hasil dalam pembahasan ini adalah pra-kelahiran, pada waktu melahirkan anak,Pemberian Nama (Famatorõ Tõi), acara famangõrõ ono khõ zibaya (Mengantar anak ke rumah paman),...

avatar
Admin Budaya
Gambar Entri
Prajurit Pemanah Kasultanan Kasepuhan Cirebon Di Festival Keraton Nusantara
Seni Pertunjukan Seni Pertunjukan
Jawa Barat

Prajurit pemanah dari komunitas pemanah berkuda indonesia (KPBI) mengikuti Festival Keraton Nusantara 2017. mewakili kesultanan kasepuhan cirebon. PAKAIAN: terdiri dari ikat kepala/ totopong khas sunda jenis mahkuta wangsa. kain sembongb berwarnaungu di ikat di pinggang bersamaan dengan senjata tajam seperti golok dan pisau lalu baju & celana pangsi sunda. dengan baju corak ukiran batik khas sunda di bagian dada. untuk alas kaki sebagian besar memakai sendal gunung, namun juga ada yang memakai sepatu berkuda. BUSUR: sebagian besar memakai busur dengan model bentuk turkis dan ada juga memakai busur model bentuk korea. ANAK PANAH: Semua nya memakai anak panah bahan natural seperti bambu tonkin, kayu mapple & kayu spruce QUIVER (TEMPAT ANAK PANAH): Semua pemanah menggunakan quiver jenis backside quiver atau hip quiver . yaitu quiver yang anak panah di pasang di pinggang dan apabila anak panah di pasang di dalam quiver , nock anak panah menghadap ke belaka...

avatar
ASEP NU KASEP TEA ATUH PIRAKU
Gambar Entri
Kirab agung milad ke 215 kesultanan kacirebonan
Seni Pertunjukan Seni Pertunjukan
Jawa Barat

aksi pertunjukan pusaka dan pasukan kesultanan kacirebonan dari balaikota cirebon sampai ke keraton kacirebonan

avatar
ASEP NU KASEP TEA ATUH PIRAKU
Gambar Entri
PANURUNG: Pasukan Pengawal Keraton Sumedang Larang
Senjata dan Alat Perang Senjata dan Alat Perang
Jawa Barat

Para pasukan penjaga keraton Sumedang larang

avatar
ASEP NU KASEP TEA ATUH PIRAKU