Desa Siwarak terletak di kecamatan Karangreja Kabupaten Purbalingga. Desa ini berdiri jauh lebih dahulu dibanding kabupaten Purbalingga, yaitu kira-kira berumur 300 tahun. Luas desa Siwarak 672,65 hektar. Siwarak ini berada di daerah dataran tinggi dengan keadaan curah hujan yang cukup tinggi pula. Sepanjang jalan menuju Siwarak maupun jalan-jalan yang ada di sekitar Siwarak tumbuh berbagai macam tanaman dan pepohonan. Di desa Siwarak ini juga terdapat sebuah obyek wisata terkenal yaitu “Goa Lawa”.
Siwarak yang cukup luas wilayahnya terbagi menjadi 4 dusun, yang masing-masing dusun mempunyai luas wilayah yang bervariasi dan dengan presentasi kepemilikan tanah 45% setiap kepala keluarga. Selain itu, Siwarak memiliki 41 rukun tetangga dan 10 rukun warga. Jumlah penduduk desa ini sekitar 6796 jiwa dengan rasio perbandingan laki-laki lebih besar dari pada perempuan, yaitu dengan selisih kurang lebih 300 jiwa, dan dengan jumlah penduduk asli 90% dan penduduk pendatang 10%. Semua pendudukpun beragama islam. Sehingga jika digambarkan dengan grafik akan membentuk bangun jajar genjang.
Wilayah Siwarak yang berada di dataran tinggi menjadikan hasil pertanian sebagai komoditi utama di Siwarak. Sebagan besar penduduk Siwarak bermatapencaharian sebagai petani. Hampir semua macam tanaman pertanian dapat tumbuh disini, tapi yang menjadi komoditas utama masyarakat Siwarak adalah jagung, ketela, berbagai sayur-mayur. Selain sebagai petani, penduduk Siwarak juga ada yang beternak, berwirausaha dan berdagang.
Asal-usul desa Siwarak
Pada zaman pemerintahan Majapahit, ada dua ulama yang bernama Ahmad dan Muhammad yang menyebarkan agama islam ke wilayah utara. Mereka mendapat ilham dari Tuhannya untuk menyebarkan agama islam ke daerah tersebut. Namun, dari pemerintahan Majapahit tidak menyukainya. Akhirnya raja Mataram mengutus Ki Sutaraga beserta pasukannya untuk menangkap kedua kyai itu. Mengetahui hal tersebut kedua kyai itu bersembunyi disebuah goa, yang sekarang dinamakan goa lawa. Untuk mengelabui ki Sutaraga dan pasukanya, kedua kyai tersebut merubah nama menjadi Taruna dan Taruni.
Ketika Taruna dan Taruni bertemu dengan ki Sutaraga, mereka mengatakan bahwa mereka tidak mengenal dua orang yang bernama Ahmad dan Muhammad. Ki Sutaraga percaya dengan begitu saja. Lama kelamaan ki Sutaraga merasa curiga dan kembali menemui Taruna dan Taruni. Ki Sutaraga meminta agar mereka mengaku, namun mereka tidak mau mengaku. Ki Sutaraga pun berkata “Sifat kalian itu licik seperti seekor Warak” kemudian tiba-tiba taruna dan teruni berubah menjadi dua ekor badak atau warak. Melihat keanehan itu, prajurit Majapahit berteiak si Warak si Warak. Kemudian mulai saat itu ki Sutaraga menamai daereah itu Siwarak.
Sumber: http://rombeltelu2010.blogspot.com/2012/01/asal-usul-desa-siwarak-kabupaten.html
MAKA merupakan salah satu tradisi sakral dalam budaya Bima. Tradisi ini berupa ikrar kesetiaan kepada raja/sultan atau pemimpin, sebagai wujud bahwa ia bersumpah akan melindungi, mengharumkan dan menjaga kehormatan Dou Labo Dana Mbojo (bangsa dan tanah air). Gerakan utamanya adalah mengacungkan keris yang terhunus ke udara sambil mengucapkan sumpah kesetiaan. Berikut adalah teks inti sumpah prajurit Bima: "Tas Rumae… Wadu si ma tapa, wadu di mambi’a. Sura wa’ura londo parenta Sara." "Yang mulia tuanku...Jika batu yang menghadang, batu yang akan pecah, jika perintah pemerintah (atasan) telah dikeluarkan (diturunkan)." Tradisi MAKA dalam Budaya Bima dilakukan dalam dua momen: Saat seorang anak laki-laki selesai menjalani upacara Compo Sampari (ritual upacara kedewasaan anak laki-laki Bima), sebagai simbol bahwa ia siap membela tanah air di berbagai bidang yang digelutinya. Seharusnya dilakukan sendiri oleh si anak, namun tingkat kedewasaan anak zaman dulu dan...
Wisma Muhammadiyah Ngloji adalah sebuah bangunan milik organisasi Muhammadiyah yang terletak di Desa Sendangagung, Kecamatan Minggir, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Wisma ini menjadi pusat aktivitas warga Muhammadiyah di kawasan barat Sleman. Keberadaannya mencerminkan peran aktif Muhammadiyah dalam pemberdayaan masyarakat melalui pendekatan dakwah dan pendidikan berbasis lokal.
SMP Negeri 1 Berbah terletak di Tanjung Tirto, Kelurahan Kalitirto, Kecamatan Berbah, Sleman. Gedung ini awalnya merupakan rumah dinas Administratuur Pabrik Gula Tanjung Tirto yang dibangun pada tahun 1923. Selama pendudukan Jepang, bangunan ini digunakan sebagai rumah dinas mandor tebu. Setelah Indonesia merdeka, bangunan tersebut sempat kosong dan dikuasai oleh pasukan TNI pada Serangan Umum 1 Maret 1949, tanpa ada yang menempatinya hingga tahun 1951. Sejak tahun 1951, bangunan ini digunakan untuk kegiatan sekolah, dimulai sebagai Sekolah Teknik Negeri Kalasan (STNK) dari tahun 1951 hingga 1952, kemudian berfungsi sebagai STN Kalasan dari tahun 1952 hingga 1969, sebelum akhirnya menjadi SMP Negeri 1 Berbah hingga sekarang. Bangunan SMP N I Berbah menghadap ke arah selatan dan terdiri dari dua bagian utama. Bagian depan bangunan asli, yang sekarang dijadikan kantor, memiliki denah segi enam, sementara bagian belakangnya berbentuk persegi panjang dengan atap limasan. Bangunan asli dib...
Pabrik Gula Randugunting menyisakan jejak kejayaan berupa klinik kesehatan. Eks klinik Pabrik Gula Randugunting ini bahkan telah ditetapkan sebagai cagar budaya di Kabupaten Sleman melalui SK Bupati Nomor Nomor 79.21/Kep.KDH/A/2021 tentang Status Cagar Budaya Kabupaten Sleman Tahun 2021 Tahap XXI. Berlokasi di Jalan Tamanmartani-Manisrenggo, Kalurahan Tamanmartani, Kapanewon Kalasan, Kabupaten Sleman, pabrik ini didirikan oleh K. A. Erven Klaring pada tahun 1870. Pabrik Gula Randugunting berawal dari perkebunan tanaman nila (indigo), namun, pada akhir abad ke-19, harga indigo jatuh karena kalah dengan pewarna kain sintesis. Hal ini menyebabkan perkebunan Randugunting beralih menjadi perkebunan tebu dan menjadi pabrik gula. Tahun 1900, Koloniale Bank mengambil alih aset pabrik dari pemilik sebelumnya yang gagal membayar hutang kepada Koloniale Bank. Abad ke-20, kemunculan klinik atau rumah sakit di lingkungan pabrik gula menjadi fenomena baru dalam sejarah perkembangan rumah sakit...
Kompleks Panti Asih Pakem yang terletak di Padukuhan Panggeran, Desa Hargobinangun, Kecamatan Pakem, Kabupaten Sleman, merupakan kompleks bangunan bersejarah yang dulunya berfungsi sebagai sanatorium. Sanatorium adalah fasilitas kesehatan khusus untuk mengkarantina penderita penyakit paru-paru. Saat ini, kompleks ini dalam kondisi utuh namun kurang terawat dan terkesan terbengkalai. Beberapa bagian bangunan mulai berlumut, meskipun terdapat penambahan teras di bagian depan. Kompleks Panti Asih terdiri dari beberapa komponen bangunan, antara lain: Bangunan Administrasi Paviliun A Paviliun B Paviliun C Ruang Isolasi Bekas rumah dinas dokter Binatu dan dapur Gereja