52 entri ditemukan

Entri per provinsi
Entri per provinsi

Entri Terkait

Gambar Entri
Beksan Jebeng
Seni Pertunjukan Seni Pertunjukan
Daerah Istimewa Yogyakarta

Beksan Jebeng diciptakan oleh Kanjeng Gusti Paku Alam II. Kemudian tari ini dilestarikan mulai dari Paku Alam III sampai Paku Alam VIII. Tari beksan Jebeng pada awalnya berkembang di Pura Pakualaman. Prinsip yang ada dari tarian ini joged ki bebas, merdika, ning ora sah nggaya; artinya, tarian ini harus dilakukan dengan jiwa yang merdeka. Gerak-gerik tarian dapat dikreasikan oleh penari, yang menghasilkan indah tidaknya suatu tarian atau pas (tepat) atau tidaknya tarian, akan dikembalikan kepada paugeran. Bersumber dari Sri Paku Alam III (1855-1864), beksan Jebeng menggambarkan peperangan antara Raden Arjuna melawan Adipati Karno dengan senjata keris dan jebeng (sejenis perisai). Beksan Jebeng adalah salah satu bentuk tarian puta alus – yang dibawakan dengan karakter gagah, tetapi ditampilkan dalam tarian yang halus. Beksan Jebeng menggunakan alat/properti jebeng seperti tameng, tetapi bukan tameng. Jebeng diartikan seperti perisai dari kulit berbentuk setengah lingkaran,...

avatar
Sri sumarni
Gambar Entri
Beksan Floret
Seni Pertunjukan Seni Pertunjukan
Daerah Istimewa Yogyakarta

Anglingkusumo, menunjuk seorang ahli yang bernama Mardjijo untuk melakukan penggalian terhadap kekayaan tari Pakualaman. Salah satu hasil dari penggalian tersebut, beksan Floret pernah dimainkan di Keraton Yogyakarta dan di Pura Pakualaman pada tahun 1994. Beksan Floret memfokuskan pada hubungan antara gerak dan gending iringan dalam tari klasik Jawa. Penari harus mampu memainkan ketrampilan teknis memainkan pedang floret, dan memiliki penghayatan gending yang tinggi, karena terikat dengan pencapaian rasa gerak. Gending Gangsaran yang cepat, seperti mengejar-ngejar, nyaris monoton-datar, bukan perkara mudah bagi penari untuk menerapkan rasa gerak yang tepat. Beksan Floret memendam makna adanya tuntutan penari agar mencapai rasa gerak, sampai tataran nggending, sebagaimana kualifikasi puncak yang harus dicapai oleh seorang penari klasik Jawa. Kesemua gerak itu teralir dalam urutan gending iringan:Lagon Wetah, Slendro (Ngayoja), Gangsaran, Ladrang Dirada Meta (Slendro 6), Gangsara...

avatar
Sri sumarni
Gambar Entri
Bedhaya Tejanata Pakualaman
Seni Pertunjukan Seni Pertunjukan
Daerah Istimewa Yogyakarta

Bedhaya Tejanata berawal dari sebuah cerita Kanjeng Gusti yang ke VII yang akan menikah dengan seorang putri dari Solo. Putri Solo yang merupakan Putri terkasih dari Pakubuwono XI (BRA. Retna Puwasa). Saat proses ini berlangsung, situasi di Pakualaman secara politik sedang tidak bagus dan sedang merosot. Jadi, proses pernikahan ini juga merupakan sebuah proses diserahkannya Tejanata ke Pakualaman, yang diartikan sebagai sebuah hadiah pernikahan. Teja memiliki makna sebagai sinar dan Nata adalah raja yang secara keseluruhan diartikan sebagai Sinar Raja Solo ( cahaya raja yang memancar), yang kemudian apabila dikaitkan dengan proses pernikahan tersebut, berarti pancaran sinar itu memancar sampai di Pakualaman, serta merupakan sebuah simbol kewibawaan seorang Raja. Bedhaya Tejanata sampai sekarang menjadi penanda penting keberadaa tari-tarian klasik di Pura Pakualaman. Di samping keindahan gerakan tarianyang memancarkan kesederhanaan bedhaya yang dipenuhi pancaran wibawa aura makna...

avatar
Sri sumarni
Gambar Entri
Bedhaya Kuwung-Kuwung
Seni Pertunjukan Seni Pertunjukan
Daerah Istimewa Yogyakarta

Bedhaya Kuwung-kuwung adalah salah satu karya tari klasik gaya Yogyakarta dan menjadi salah satu karya pusaka di Keraton Yogyakarta. Dalam lirik Kandha, disebutkan bahwa bedhaya Kuwung-kuwung lahir pada masa pemerintahan Sri Sultan Hamengkubuwono VII (lahir 4 Februari 1839, naik tahta 13 Agustus 1877). Selain itu disebutkan pula dalam lirik Sindenan di dalam awal tarian seirama gendhing Kuwung-kuwung, ”...murweng gita, Kaping sapta,Sayidina Nungsa Jawa Adiningrat...”, Artinya,....telah siap perhelatan, (Sultan) yang ke tujuh, pemimpin bangsa Jawa Adiningrat. Daftar gerakan tari berupa deskripsi, pola lantai, dan pencocokan dengan gending beserta siklus gongannya – menggunakan naskah yang ada di Keraton Yogyakarta, yaitu Naskah K.159d-B-S 42, berisi naskah-naskah Cathetan Beksa Ringgit Tiyang, Bedhayasarta Srimpi, pada naskah beksa Bedhaya Kuwung-kuwung (halaman 51–60). Bedhaya Kuwung-kuwung lahir dan dipergelarkan pada masa perubahan besar dunia pendidikan ba...

avatar
Sri sumarni
Gambar Entri
Jemparingan
Seni Pertunjukan Seni Pertunjukan
Daerah Istimewa Yogyakarta

Jemparingan merupakan olah raga panahan khas Kerajaan Mataram. Berbeda dari panahan pada umumnya yang dilakukan sambil berdiri, jemparingan dilakukan dengan duduk bersila. Hingga kini jemparingan masih lestari, baik di Yogyakarta maupun di Surakarta. Asal usul jemparingan di Kesultanan Yogyakarta, atau juga dikenal sebagai jemparingan gaya Mataram Ngayogyakarta, dapat ditelusuri sejak awal keberadaan Kesultanan Yogyakarta. Sri Sultan Hamengku Buwono I (1755-1792), raja pertama Yogyakarta, mendorong segenap pengikut dan rakyatnya untuk belajar memanah sebagai sarana membentuk watak kesatria. Watak kesatria yang dimaksudkan adalah empat nilai yang harus disandang oleh warga Yogyakarta. Keempat nilai yang diperintahkan Sri Sultan Hamengku Buwono I untuk dijadikan pegangan oleh rakyatnya tersebut adalah sawiji , greget , sengguh , dan ora mingkuh . Sawiji berarti berkonsentrasi, greget berarti semangat, sengguh berarti rasa percaya diri, dan ora mingkuh ber...

avatar
Aze
Gambar Entri
Beksan Guntur Segara
Seni Pertunjukan Seni Pertunjukan
Daerah Istimewa Yogyakarta

Sumber cerita beksan Guntur Segara dari siklus Panji, dapat dikenali pula dari cerita dan permainan wayang Gedhog. Dari naskah tari Guntur Segara yang disusun Soenartomo Tjondroradono (Maret, 1999), dapat ditarik suatu pemahaman bahwa Raden Jayasena adalah adik Prabu Kediri. Sedangkan Guntur Segara adalah Prajurit baru yang semacam dipersaudarakan dengan Prabu Ngracang Kencana dari Dhasaring Pertala (dasar bumi). Dalam naskah, Raden Jayasena bertarung dengan Raden Guntur Segara. Ternyata, Raden Jayasena adalah putra Prabu di Jenggala, dari Isteri Dyah Dewi Wandhasari. Pada waktu itu, Raden Jayasena menghadap Raja Jenggala dan memohon agar dirinya diakui sebagai putranya dari ibu Dewi Windansari. Raja Jenggala belum bersedia mengakuinya sebagai putra, sebelum Raden Jayasena dapat mengalahkan putra Raden Brajanata yang bernama Raden Guntur Segara. Akhirnya pertempuran terjadi. Meskipun pertempuran di antara keduanya sama kuat dan tidak bisa saling mengalahkan, Raja Jenggal akhirny...

avatar
Sri sumarni
Gambar Entri
Beksan Bugis Gaya Yogyakarta
Seni Pertunjukan Seni Pertunjukan
Daerah Istimewa Yogyakarta

Istana Yogyakarta. Beksan Bugis merupakan tarian yang menyajikan gambaran prajurit Bugis sedang berlatih perang. Di antara keteguhan ndalem Kepatihan, beksan Bugis digarap penataan tarinya di bawah pimpinan seorang guru tari Keraton Yogyakarta, yaitu Raden Riyo Kertaatmadja, yang tangkas menerjemahkan gagasan Danureja V ke dalam kerja kretif kesenian. Proses penggarapan beksan Bugis menggelinding sebagai keberlanjutan dari kreativitas kesenian. Saat dirasa layak tampil di istana, Danureja mempersembahkannya kepada Keraton. Sinuhun Ngarsa Dalem Sri Sultan Hamengkubuwono VII akhirnya pada saat itu memberikan legitimasi yang anggung kepada beksan Bugis sebagai tari istana. Beksan Bugis memang tidak jauh dari kehadiran suku Bugis dari tanah Sulawesi. Para pelaut unggul itu mengarungi hamparan lautan merantau menuju ke Jawa, di antara mereka adalah prajurit keraton yang kemudian ditempatkan di kepatihan. Di sepanjang tarian, para penari bergerak dinamis dengan undheng gilig di ke...

avatar
Sri sumarni
Gambar Entri
Kethek Ogleng Gunug Kidul
Seni Pertunjukan Seni Pertunjukan
Daerah Istimewa Yogyakarta

Pada tahun 1970-an, keberadaan tari kethek ogleng ada di setiap kabupaten di Daerah Istimewa Yogyakarta, ditandai dengan adanya sanggarsanggar kesenian kethek ogleng. Menurut sejarah, pertunjukkan kethek ogling diperkirakan sudah ada di Gunung Kidul sebelum zaman kemerdekaan, kethek ogleng yang berkembang di daerah Semanu telah ada sejak tahun 1935. Kemudian dari Semanu, seni kethek ogleng berkembang di daerah Tepus, Semin, Wiladeg, dan beberapa wilayah di Gunung Kidul. Kethek ogleng mengalami masa surut pada masa orde baru, ketika berbagai alternatif pertunjukkan mulai beragam; dan makin mengalami masa surut pada sekitar tahun 2000-an. Upaya dibangunnya sanggar dan grup tari menjadi solusi untuk mengembangkan kembali seni kethek ogleng ini. Kethek ogleng berasal dari kata ”Kethek”, yang berarti tokoh yang sakti dan suka berlagak. Secara keseluruhan, dalam bahasa Jawa memiliki istilah yang tepat untuk menggambarkan ”Kethek ogleng”, yaitu gumleleng atau be...

avatar
Sri sumarni
Gambar Entri
Tayub Yogyakarta
Seni Pertunjukan Seni Pertunjukan
Daerah Istimewa Yogyakarta

Menurut R.T. Kusumakesawa (1980), kesenian tayub berawal dari dalam keraton saja, yaitu tarian yang dilakukan oleh raja apabila sedang memberikan pelajaran tentang kepemimpinan (Astha Brata) kepada putera mahkota. Tidak ada orang lain yang masuk dan melihat prosesi ini. Studi R.T. Kusumakesawa (1980) memberikan keterangan bahwa nayub itu berasal dari kata “tayub” yang terdiri dari dua kata yaitu “mataya” yang berarti tari; dan “guyub” yang berarti rukun bersama, sehingga terjadi penggabungan dua kata menjadi satu kata: “mataya” dan “guyub” menjadi “tayub” dan kadang berubah menjadi nayub. Tayub juga dikenal di dalam serat Centini, yang menyebutkan tayub sebagai tari pergaulan yang berpusat pada penari wanita, yang mempunyai beberapa istilah seperti ronggeng, taledhek (tledek,ledhek), dan tandhak. Istilahistilah tersebut merujuk pada arti penari wanita. Kesenian Tayub Lebdho Rini – di Dusun Badongan, De...

avatar
Sri sumarni