×

Akun anda bermasalah?
Klik tombol dibawah
Atau
×

DATA


Kategori

Seni Pertunjukan

Elemen Budaya

Seni Pertunjukan

Provinsi

DI Jogjakarta

Asal Daerah

Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta

Tayub Yogyakarta

Tanggal 29 Dec 2018 oleh Sri sumarni.

Menurut R.T. Kusumakesawa (1980), kesenian tayub berawal dari dalam keraton saja, yaitu tarian yang dilakukan oleh raja apabila sedang memberikan pelajaran tentang kepemimpinan (Astha Brata) kepada putera mahkota. Tidak ada orang lain yang masuk dan melihat prosesi ini. Studi R.T. Kusumakesawa (1980) memberikan keterangan bahwa nayub itu berasal dari kata “tayub” yang terdiri dari dua kata yaitu “mataya” yang berarti tari; dan “guyub” yang berarti rukun bersama, sehingga terjadi penggabungan dua kata menjadi satu kata: “mataya” dan “guyub” menjadi “tayub” dan kadang berubah menjadi nayub.

Tayub juga dikenal di dalam serat Centini, yang menyebutkan tayub sebagai tari pergaulan yang berpusat pada penari wanita, yang mempunyai beberapa istilah seperti ronggeng, taledhek (tledek,ledhek), dan tandhak. Istilahistilah tersebut merujuk pada arti penari wanita. Kesenian Tayub Lebdho Rini – di Dusun Badongan, Desa Karangsari, Kecamatan Semin, Kabupaten Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta – memiliki identitas kesenian tayub yang merefleksikan kehidupan manusia yang memiliki kedekatan hubungan antar-manusia dan hubungannya dengan alam sekitarnya. Keakraban seperti ini dapat dilihat wujudnya pada masyarakat homogen dalam masyarakat pertanian tradisional.

Karakteristik petani Gunungkidul yang menanam palawija (singkong, jagung, padi gaga, dan kacang tanah) adalah individu-individu dalam kolektivitas masyarakat petani tradisional, dengan kondisi lingkungan alam yang gersang dan tandus tanpa sistem pengairan modern. Menghadapi kondisi alam, tampaknya mereka tidak pernah menyerah, tetapi hidup coba disiasati dengan kesenian tayub sebagai media ritual kesuburan; sebagai ungkapan ekspresi batin agar mampu ‘menjadi’ sesuatu yang bermakna dan ketergantungannya dengan yang absolut, yaitu “Tuhan”. Relasi dan keakraban kesenian tayub adalah kesadaran kolektif sebagai pencerminan nilai-nilai gotong-royong dalam mitos kesuburan Dewi Sri, agar hidup lebih bermanfaat bagi manusia dan lingkungannya.

Kesenian ini memiliki tata cara tayuban atau ngibing, yaitu: (1) Mengikuti aturan yang ditentukan oleh plandang (seseorang yang memimpin dan mengatur jalannya tayuban, dengan mengutamakan urutan dan keadilan agar tidak terjadi perselisihan yang bisa mengganggu jalannya tayuban; (2) Menjaga jarak satu meter dengan penari tayub; (3) Tidak membawa senjata saat menari; (4) Tidak merokok saat menari; (5) Memberikan saweran (uang); (6) tidak minum minuman keras.

Kesenian Tayub memiliki fungsi kultural yang memuat relasi antara pelaku upacara dengan warga masyarakat, terutama makna simbolis penari tayub sebagai media pengantar upacara dan pengiring sebagai wakil jemaat, yakni sebuah ritus yang bersifat magis simpatetis atau magis yang mempengaruhi kesuburan manusia dan alam sekitarnya. Di samping fungsi ritualnya, kesenian tayub memiliki fungsi sosial sebagai sebuah hiburan bagi masyarakat, terutama para pengiring dari kalangan laki-kali, sehingga kesenian tayub juga disebut sebagai tari pergaulan pria dan wanita. Eksistensi tayub sebagai ekspresi kolektif pada hakekatnya mencerminkan aktualisasi eksistensi estetis, eksistensi etis, dan eksistensi religius.

Sumber : Buku Pentapan WBTB 2018

 

 

DISKUSI


TERBARU


Ulos Jugia

Oleh Zendratoteam | 14 Dec 2024.
Ulos

ULOS JUGIA Ulos Jugia disebut juga sebagai " Ulos na so ra pipot " atau pinunsaan. Biasanya adalah ulos "Homitan" yang disimp...

Tradisi Sekaten...

Oleh Journalaksa | 29 Oct 2024.
Tradisi Sekaten Surakarta

Masyarakat merupakan kesatuan hidup dari makhluk-makhluk manusia saling terikat oleh suatu sistem adat istiadat (Koentjaraningrat, 1996: 100). Masyar...

Seni Tari di Ci...

Oleh Aniasalsabila | 22 Oct 2024.
Seni Tari Banyumasan

Seni tari merupakan salah satu bentuk warisan budaya yang memiliki peran penting dalam kehidupan masyarakat Cilacap. Tari-tarian tradisional yang ber...

Wayang Banyumas...

Oleh Aniasalsabila | 22 Oct 2024.
Wayang Banyumasan

Wayang merupakan salah satu warisan budaya tak benda Indonesia yang memiliki akar dalam sejarah dan tradisi Jawa. Sebagai seni pertunjukan, wayang te...

Ekspresi Muda K...

Oleh Journalaksa | 19 Oct 2024.
Ekspresi Muda Kota

Perkembangan teknologi yang semakin pesat tidak hanya ditemui pada bidang informasi, komunikasi, transportasi, konstruksi, pendidikan, atau kesehatan...

FITUR


Gambus

Oleh agus deden | 21 Jun 2012.
Alat Musik

Gambus Melayu Riau adalah salah satu jenis instrumental musik tradisional yang terdapat hampir di seluruh kawasan Melayu.Pergeseran nilai spiritual...

Hukum Adat Suku...

Oleh Riduwan Philly | 23 Jan 2015.
Aturan Adat

Dalam upaya penyelamatan sumber daya alam di kabupaten Aceh Tenggara, Suku Alas memeliki beberapa aturan adat . Aturan-aturan tersebut terbagi dal...

Fuu

Oleh Sobat Budaya | 25 Jun 2014.
Alat Musik

Alat musik ini terbuat dari bambu. Fuu adalah alat musik tiup dari bahan kayu dan bambu yang digunakan sebagai alat bunyi untuk memanggil pend...

Ukiran Gorga Si...

Oleh hokky saavedra | 09 Apr 2012.
Ornamen Arsitektural

Ukiran gorga "singa" sebagai ornamentasi tradisi kuno Batak merupakan penggambaran kepala singa yang terkait dengan mitologi batak sebagai...