Kesenian Ketroprak berasal dari Surakarta dan berkembang pesat di Yogyakarta. Ketoprak merupakan drama tradisional yang biasanya ditampilkan dengan iringan gamelan langsung. Dahulu kesenian ini diiringi lesung dan alu yang menghasilkan suara "prak,prak,prak" maka disebutlah kesenian ini dengan nama Ketoprak. Tema cerita yang disajikan pun bermacam-macam, diambil dari cerita sejarah, cerita rakyat, ataupun asal usul kerajaan. Ciri khas dari ketoprak ini menggunakan dialog bahasa Jawa. Kesenian ini sering ditampilkan dalam berbagai acara di kota maupun di perdesaan, seperti acara hajatan, pernikahan atau pertunjukan. Gedung pertunjukan dalam istilah bahasa Jawa disebut Tobong. Saking populernya kesenian ini, untuk dapat menonton pertunjukan ketoprak pun biasanya di kenai biaya masuk. Masyarakat Jawa Tengah sangat menikmati pertujukan ini, apalagi jika cerita yang ditampilkan disuguhi dengan lelucon atau humor.
Angguk adalah seni pertunjukan yang berasal dari Kabupaten Kebumen, Jawa Tengah. Angguk mempunyai bentuk seperti pertunjukan wayang orang, yang diberi keunikan dari gerakan mengangguk yang dilakukan oleh lakonnya. Biasanya Angguk mengangkat cerita-cerita yang mengandung moral budi. Angguk dilakukan oleh lakon manusia yang diberi hiasan dan kostum, layaknya wayang orang. Cakupan dari kostum sangatlah luas, mulai dari petani, tentara, hingga garuda dan makhluk lain. Tentunya kostum tergantung dari cerita yang akan dipentaskan. Salah satu cerita adalah "Pedhut Ing Parang Akik" yang dipentaskan di TMII. Salah satu tokohnya adalah Sang Prabu Klono Kanjur dan Jayengrana. Latar dari cerita ini adalah menggambarkan tentang perjuangan Islam masuk ke Tanah Jawa. Moral dari cerita ini adalah semua yang terjadi di muka bumi ini merupakan kehendak Allah semata dan harus diterima secara ikhlas tanpa rasa kebencian. Budaya Angguk ini hampir sering dilup...
Kubro siswo merupakan tarian tradisional dari Temanggung, Jawa Tengah. Kubro siswo memiliki latar belakang penyebaran agama Islam di Pulau Jawa. Dilihat dari definisinya, Kubro memiliki makna Besar, sedangkan Siswo memiliki makna siswa atau murid, kubro siswo memiliki makna murid-murid Tuhan yang diimplementasikan melalui pertunjukan yang selalu mengagungkan dan menjunjung kebesaran Tuhan. Kubro siswo merupakan singkatan dari kesenian ubahing badan lan rogo (kesenian gerak badan dan jiwa). Maksudnya adalah selain untuk kesehatan badan ada esensi keagamaan mengenai ketuhanan. Dalam tariannya, kubro siswo memiliki ritme yang cepat dan gerakan yang enerjik. Meskipun demikian tetap ada aturan dalam gerakannya yang mengatur pergerakan agar kompak. Pada saat pertunjukan, baju yang dipakai penari Kubro Siswo adalah kaos hitam dan celana hitam panjang dengan aksesoris warna warni ditambah dengan riasan pada wajah. #OSKMITB2018
Tradisi Takbir keliling di Demak ini selalu dilaksanakan pada malam 1 Syawal(malam Idul Fitri), takbir keliling ini merupakan arak-arakan yang berupa miniatur seperti masjid, gajah, monster, tokoh masyarakat, unta, dan sebagainya yang diiringi musik tradisional. Takbir ini kebanyakan diselenggarakan oleh anak-anak SMA sembari membangun kreativitas mereka, dan telah disiapkan beberapa hari sebelum malam takbiran. Biasanya diadakan semacam kompetisi oleh RT/RW yang mengapresiasi kreativitas mereka dengan memberikan hadiah untuk 3 miniatur yang paling unik. Setiap kali saya menghabiskan lebaran di kampung ibu saya ini, saya selalu keluar rumah dan menyaksikan takbir keliling ini bersama keluarga saya didepan rumah sambil membaca takbir bersama-sama. Saya sangat menikmati malam takbiran saya dengan melihat arak-arakan yang unik dan menarik, apalagi sesekali diselingi oleh suara kembang api yang menghiasi langit menambah antusias para warga yang sedang menyaksikan takbir keliling....
Kesenian Manongan merupakan salah satu kesenian berasal dari Kabupaten Purbalingga tepatnya di Desa Panusupan, Kecamatan Rembang yang mungkin belum banyak diketahui bahkan di daerah Purbalingga itu sendiri. Menurut catatan yang ada kesenian Manongan ada sejak tahun 1945. Namun dipercayai jauh sebelum itu kesenian Manongan sudah ada dan dibawa oleh orang yang menyebarkan agama Islam karena kesenian ini berisi perpaduan Islam dengan Hindu. Kesenian Manongan adalah kesenian yang menggambarkan kepercayaan. Menceritakan tentang kehidupan seseorang dari rahim hingga matinya. Kesenian ini termasuk juga ke dalam kesenian yang dianggap sakral. Pelaksanaanya hanya di hari-hari tertentu seperti bulan suro dan waktu pelaksanaannya dari pukul 21.00-04.00. Pada puncak acara kesenian ini, akan terdapat seseorang yang Mendem (Kerasukan) roh dari leluhur. Terdapat mitos bahwa kesenian Manongan ini menceritakan tentang seorang putri yang ditinggal suaminya berperang. Putri itu selalu murung karena ti...
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), wayang adalah boneka tiruan orang yang terbuat dari pahatan kulit atau kayu, dsb. yang dapat dimanfaatkan untuk memerankan tokoh dalam pertunjukan drama tradisional. [1] Wayang dapat dimanfaatkan untuk memerankan tokoh dalam pertunjukan drama tradisional (Bali, Jawa, Sunda, dan sebagainya). Pertunjukan Wayang biasanya dimainkan oleh seseorang yang disebut dalang dengan diiringi oleh berbagai alat musik daerah. UNESCO, lembaga yang membawahi kebudayaan dari PBB, pada 7 November 2003 menetapkan wayang sebagai pertunjukkan bayangan boneka tersohor dari Indonesia, sebuah warisan mahakarya dunia yang tak ternilai dalam seni bertutur ( Masterpiece of Oral and Intangible Heritage of Humanity ). Namun ternyata, wayang tidak hanya dimiliki oleh bangsa Indonesia saja. Potehi berasal dari kata pou å¸ (kain), te è¢ (kantong) dan hi æ¯ (wayang). Wayang Potehi adalah waya...
Selain dikenal sebagai kota dengan tingkat toleransi tertinggi di Indonesia, Salatiga juga identik dengan pertunjukan drumblek. Kesenian drumblek pertama kali muncul tahun 1986 di Desa Pancuran, Kelurahan Kutowinangun, Kecamatan Tingkir, Kota Salatiga dengan pencetusnya bernama Didik Subiantoro Masruri atau lebih akrab dipanggil dengan Didik Ompong. Ide kreatif Didik muncul ketika Desa Pancuran diminta untuk berpartisipasi mengikuti karnaval Hari Ulang Tahun ke-41 Republik Indonesia. Pertunjukan drumblek saat ini telah mengalami banyak modifikasi. Keunikan dari drumblek adalah penggunaan barang-barang bekas sebagai pengganti peralatan drumben, yaitu bambu, ember, drum, dan jeriken. Keberadaan drumblek tak luput dari perkembangan yang semakin meningkat dari hari ke hari. Kesenian itu kini telah berkembang hingga di seluruh wilayah Kota Salatiga, bahkan hampir setiap RT (Rukun Tetangga) memiliki grup tersendiri. Seperti halnya drumben, kostum yang dikenakan dalam kesenian drumblek j...
Ebeg merupakan kesenian khas Banyumasan berupa tarian yang dilakukan beberapa orang dengan menggunakan kuda-kudaan yang terbuat dari anyaman bambu, dengan bagian kepala dan ekor diberi rambut dari ijuk atau tali rafia. Nama ebeg berasal dari bahasa Jawa, ebleg yang berarti lumping atau anyam-anyaman yang terbuat dari bambu. Tarian ebeg menggambarkan prajurit yang mau berperang dengan menunggang kuda. Kesenian ini mirip dengan kuda lumping, jathilan dan kuda kepang dari daerah lain. Kesenian ebeg ini biasanya diadakan pada perayaan-perayaan seperti 17an dan acara pernikahan. Selain kelompok penunggang kuda lumping, ada karakter Cepet dan Barongan. Karakter ini dimainkan dengan menggunakan topeng yang terbuat dari kayu. Cepet ada 2 macam yaitu Penthul & Tembem. Penthul adalah topeng yang memiliki hidung panjang dan bergigi dua, biasanya berwarna putih. Sedangkan Tembem adalah topeng dengan wujud yang lebih menyeramkan dan berwarna hitam. Barongan adalah topeng yang menyerupai...
Drumblek dapat dikatakan sebagai salah satu jenis kesenian baru, tetapi cikal bakal dari kesenian tersebut sebenarnya adalah klothekan yang sudah tergolong sebagai budaya lokal dan sudah lama ada dalam masyarakat Jawa. Drumblek dapat digolongkan sebagai seni budaya asli yang berasal dari Salatiga apabila kehadirannya dikatakan sebagai “penyempurnaan” dari budaya klothekan yang sudah diturunkan dari generasi ke generasi. Kesenian drumblek pertama kali muncul tahun 1986 di Desa Pancuran, Kelurahan Kutowinangun, Kecamatan Tingkir, Kota Salatiga dengan pencetusnya bernama Didik Subiantoro Masruri atau lebih akrab dipanggil dengan Didik Ompong. Ide kreatif Didik muncul ketika Desa Pancuran diminta untuk berpartisipasi mengikuti karnaval Hari Ulang Tahun ke-41 Republik Indonesia. Pada saat itu, acara-acara kesenian memang banyak diselenggarakan di Kota Salatiga. Adapun acara-acara yang dimaksud adalah karnaval, pawai, dan festival budaya. Didik awalnya memiliki keinginan membentuk d...