|
|
|
|
Wayang Potehi Tanggal 08 Aug 2018 oleh Oskm18_16418191_gianvere . |
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), wayang adalah boneka tiruan orang yang terbuat dari pahatan kulit atau kayu, dsb. yang dapat dimanfaatkan untuk memerankan tokoh dalam pertunjukan drama tradisional.[1] Wayang dapat dimanfaatkan untuk memerankan tokoh dalam pertunjukan drama tradisional (Bali, Jawa, Sunda, dan sebagainya). Pertunjukan Wayang biasanya dimainkan oleh seseorang yang disebut dalang dengan diiringi oleh berbagai alat musik daerah. UNESCO, lembaga yang membawahi kebudayaan dari PBB, pada 7 November 2003 menetapkan wayang sebagai pertunjukkan bayangan boneka tersohor dari Indonesia, sebuah warisan mahakarya dunia yang tak ternilai dalam seni bertutur (Masterpiece of Oral and Intangible Heritage of Humanity).
Namun ternyata, wayang tidak hanya dimiliki oleh bangsa Indonesia saja. Potehi berasal dari kata pou å¸ (kain), te è¢ (kantong) dan hi æ¯ (wayang). Wayang Potehi adalah wayang boneka yang terbuat dari kain. Sang dalang akan memasukkan tangan mereka ke dalam kain tersebut dan memainkannya layaknya wayang jenis lain.[2] Menurut legenda, seni wayang ini ditemukan oleh pesakitan di sebuah penjara. Lima orang dijatuhi hukuman mati. Empat orang langsung bersedih, tapi orang kelima punya ide cemerlang. Ketimbang bersedih menunggu ajal, lebih baik menghibur diri. Maka, lima orang ini mengambil perkakas yang ada di sel seperti panci dan piring dan mulai menabuhnya sebagai pengiring permainan wayang mereka. Bunyi sedap yang keluar dari tetabuhan darurat ini terdengar juga oleh kaisar, yang akhirnya memberi pengampunan.
Diduga, akar dari kesenian Wayang Potehi telah berkembang selama kurang lebih 3.000 tahun. Bukti-bukti sejarah yang lebih kuat menunjukkan eksistensinya di Tionghoa telah ada sejak Dinasti Jin (265-420 M). Kesenian ini diperkirakan masuk ke nusantara bersama ekspedisi perdagangan sekitar abad ke-16. Seni wayang ini berkembang di berbagai daerah di Indonesia.[3]
Pada perkembangannya, kebudayaan Cina di Indonesia mengalami pasang surut. Hal ini mempengaruhi eksistensi Wayang Potehi di berbagai wilayah di Indonesia. Wayang Potehi sempat berjaya pada tahun 1970-an di Indonesia, tetapi sekitar tahun 1979 – 1990 mengalami penurunan budaya yang signifikan. Penurunan ini berkaitan dengan muatan politis pada pemerintahan Orde Baru. Rezim pada waktu itu begitu represif pada kebudayaan Tionghoa. Wayang Potehi, kembali menggeliat setelah masa reformasi, terlebih lagi disaat Pemerintahan Abdurrahman Wahid (alm. Gus Dur) yang memberi jalan terhadap kebudayaan Cina.
Perjalanan kebudayaan Wayang Potehi khususnya di kota Semarang diperjuangkan oleh Thio Tiong Gie. Ia merupakan satu-satunya pewaris kebudayaan Wayang Potehi di Semarang yang masih mau menggunakan bahasa Hokkian (Tionghoa) pada pementasan Wayang Potehi. Dalang Wayang Potehi kelahiran 1933 yang bermukim di Kampung Pesantren, Kelurahan Purwodinatan, Semarang Tengah, itu mulai tertarik pada Wayang Potehi pada umur 25 tahun. Sejak saat itu, ia setia berjuang mempertahankan keberadaan Wayang Potehi baik dalam suka maupun duka. Thio Tiong Gie meninggal pada tanggal 20 Agustus 2014 karena sakit.[4] Oleh sebab itu, saat ini seni Wayang Potehi di Semarang dilanjutkan oleh anaknya yang bernama Thio Haouw Lie.
[1] Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia, “Kamus Besar Bahasa Indonesia”, Edisi 4, 2008, p. 1559
[2] id.wikipedia.org/wiki/wayangPotehi, diakses tanggal 15 Januari 2016
[3] indonesiakaya.com, diakses tanggal 15 Januari 2016
Gambus
Oleh
agus deden
| 21 Jun 2012.
Gambus Melayu Riau adalah salah satu jenis instrumental musik tradisional yang terdapat hampir di seluruh kawasan Melayu.Pergeseran nilai spiritual... |
Hukum Adat Suku...
Oleh
Riduwan Philly
| 23 Jan 2015.
Dalam upaya penyelamatan sumber daya alam di kabupaten Aceh Tenggara, Suku Alas memeliki beberapa aturan adat . Aturan-aturan tersebut terbagi dal... |
Fuu
Oleh
Sobat Budaya
| 25 Jun 2014.
Alat musik ini terbuat dari bambu. Fuu adalah alat musik tiup dari bahan kayu dan bambu yang digunakan sebagai alat bunyi untuk memanggil pend... |
Ukiran Gorga Si...
Oleh
hokky saavedra
| 09 Apr 2012.
Ukiran gorga "singa" sebagai ornamentasi tradisi kuno Batak merupakan penggambaran kepala singa yang terkait dengan mitologi batak sebagai... |