TRADISI ngateraken (mengantar) tidak hanya diperuntukkan bagi warga Pulau Bawean yang hendak menjalankan rukun Islam kelima, yakni haji. Di pulau tersebut, tradisi itu juga dilakukan untuk mengantar warga yang hendak "berlayar" ke Jawa.Sampai saat ini, budaya tersebut masih berlaku, terutama kepada warga Bawean yang kali pertama hendak meninggalkan pulau tersebut. Bedanya dengan tradisi terdahulu adalah sarana pengantarnya. Dulu, kata Mustain, warga Desa Kumalasa, Sangkapura, masyarakat yang hendak pergi ke Pulau Jawa diantar secara berombongan dengan jalan kaki alias long march sampai di perbatasan desa. "Tapi, sekarang kami menggunakan mobil dan motor dan mengantar sampai dermaga," ujarnya. Tradisi turun-temurun yang guyup itu mungkin sangat langka. Namun, di Pulau Putri -sebutan lain Pulau Bawean- tradisi tersebut masih lestari. (yad/c8/ruk) Sumber: http://www.bawean.net/2010/07/tradisi-ngateraken-perantau.html
Orang Bawean mempunyai kebiasaan unik untuk selamatan rumah yang baru dibangun. Salah satu yang termasuk dalam rangkaian selamatannya adalah menabur koin di depan rumah. Anak-anak kecil akan dikumpulkan di depan rumah yang baru saja dibangun, pada siang hari. Setelah itu tuan rumah akan melemparkan ratusan ribu koin dan anak-anak kecil akan rebutan koin tersebut. Alasannya adalah agar rumah yang dibangun membawa barokah. Mungkin terkesan agak tidak biasa, tapi tak membuat anak-anak Bawean terbiasa jadi peminta-minta seperti ketika mereka kecil yang secara rakus rebutan koin saat ada selamatan rumah di kampungnya. Budaya ini biasa disebut arangan pesse oleh orang Bawean. Selain untuk selamatan rumah, arangan pesse juga biasa ditemui untuk syukuran pernikahan atau untuk membayar nadzar. Sumber: http://rusabawean.com/7-kebiasaan-unik-orang-bawean.html
Upacara Masa Kanak-Kanak Daerah Aceh: Upacara Menjelesin Ipak . (sumber: E-book Upacara Tradisional Provinsi Daerah Istimewa Aceh. Suwondo, B. 2013. Nanggroe Aceh Darussalam.)
Nyoon ini adalah aktivitas mengangkut barang, di mana barang yang diangkut ditaruh di atas kepala. Tapi, hanya perempuan yang punya kebiasaan ini. Barang-barang yang diangkut seperti ini adalah alat-alat rumah tangga, kayu bakar, hasil tani dan ladang, bahkan air yang diambil dari mata airnya langsung. Nyoon adalah bukti bahwa perempuan Bawean sangat kuat dan perkasa. Mereka tidak lemah, bahkan bisa saling membantu dengan kaum laki-laki yang juga lebih banyak melakukan urusan mata pencaharian keluarga. Sumber: http://rusabawean.com/7-kebiasaan-unik-orang-bawean.html
Buat para cowok, masih ada yang inget nggak gimana rasanya waktu disunat? Hipwee yakin semua udah pada lupa. Tapi beda cerita soal rasa pasca sunat. Beuhhh, jadi penderitaan sendiri deh pokoknya. Gerak dikit aja perih. Ngelihat ada temen main bola aja bikin sakit hati. Rasanya itu pengen banget ikutan, tapi apa daya, takut si otong kena bola terus entar disuruh sunat lagi. Begitulah penderitaan kaum cowok dalam masa recovery dari cedera sunat. Enaknya cuma pas diamplopin banyak orang doang. Pada masa penyembuhan luka akibat sunat, umumnya, kaum cowok akan menggunakan bantuan angin untuk membuat sakitnya lebih reda. Entah itu pakai kipas tangan, kipas angin, atau bahkan sampai minta ditiupin ayah ibunya (ngaku aja!). Nah kalau kita pakai angin buat meredam rasa sakit, beda sama orang-orang sebuah daerah di Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT). Suku Atoni Meto adalah salah satu dari 300 lebih suku yang berada di Indonesia. Namun mereka memiliki keunikan tersendiri dalam masalah suna...
Umumnya, warga Sasak menganut agama Islam. Sehingga, ada tradisi agama Islam yang juga dilakukan oleh warga Sasak. Pertama kali yang dilakukan jika ada anggota keluarga yang meninggal dunia adalah memukul beduk dengan irama pukulan panjang agar masyarakat sekitar tahu ada yang meninggal. Tradisi ini disebut juga nepong tanaq atau nuyusur tanaq. Kemudian, masyarakat pun berdatangan baik dari desa tersebut maupun dari desa lainnya jika masih punya hubungan saudara atau pertemanan dengan almarhum. Kedatangan masyarakat tersebut disebut langgar (melayat). Dengan tujuan untuk menghibur mereka yang berduka cita. Biasanya, mereka juga membawa beras seadanya untuk memantu meringankan beban keluarga yang terkena musibah. Sumber: https://www.pegipegi.com/jelajahi-indonesiamu/nusa-tenggara/3-tradisi-suku-sasak-di-lombok-saat-kerabat-meninggal
Sebelum dilakukan betukaq (penguburan), ada beberapa persiapan yang dilakukan, yaitu: 1. Setelah seseorang dinyatakan meninggal, orang tersebut dihadapkan ke kiblat. Di ruangan tempat orang yang meninggal dibakar kemenyan dan dipasangi langit-langit (bebaq) dengan menggunakan kain putih (selempuri) dan kain tersebut baru boleh dibuka setelah hari kesembilan meninggalnya orang tersebut. Setelah dibungkus, jenazah disholatkan di rumah oleh keluarganya sebagai sholat pelepasan, lalu dibawa ke masjid atau musala. 2. Pada hari tersebut (jelo mate) diadakan unjuran sebagai penyusuran bumi (penghormatan bagi yang meninggal dan akan dimasukkan ke dlaam kubur). Untuk itu perlu penyembelihan hewan sebagai tumbal. 3. Nelungdan mituq, yaitu upacara yang dilakukan keluarga untuk doa dan keselamatan arwah yang meninggal dengan harapan dapat diterima di sisi Tuhan Yang Maha Es. Juga dilakukan agar keluarga yang ditinggalkan diberikan ketabahan. Selanjutnya ada upacara nyiqaq dan beg...
Upacara Masa Menjelang Dewasa Daerah Aceh: Upacara Serahen Ku Tengku . (sumber: E-book Upacara Tradisional Provinsi Daerah Istimewa Aceh. Suwondo, B. 2013. Nanggroe Aceh Darussalam.)
Upacara Masa Menjelang Dewasa Daerah Aceh: Upacara Menjelisen Win . (sumber: E-book Upacara Tradisional Provinsi Daerah Istimewa Aceh. Suwondo, B. 2013. Nanggroe Aceh Darussalam.)