Bau Toppaq adalah salah satu kuliner lokal Sulawesi barat yang sangat lezat untuk dinikmati, terlebih jika anda memasangkannya dengan sepiring nasi hangat, dan kemudian "Bau Toppaq" tersebut disiram dengan minyak Mandar dan diberi campuran cabe rawit ataupun perasan jeruk nipis, maka akan sangat sempurna kegiatan makan anda. Untuk menikmati kuliner ini memang dapat dikatakan wajib memadukannya dengan minyak asli hasil olahan orang-orang Mandar yang sangat nikmat (walaupun memiliki derajat kandungan kolesterol yang sangat tinggi dibandingkan dengan minyak olahan berbahan dasar kelapa sawit). Rasa gurih dan pedas oleh kombinasi minyak dan cabe membuatnya sempurna. Lalu sejatinya "Bau Toppaq" ini apa? dalam pengolahannya jenis ikan ini termasuk dalam ikan yang diawetkan dengan penambahan elemen "garam" dalam pembuatannya, sehingga membuatnya tidak tawar, melainkan memiliki tingkat asin yang rendah, tapi tak setinggi ikan asin. Biasanya ikan asin diawetkan dalam keadaan k...
Lawar Kacci khas Mandar merupakan salah satu makanan khas dari Sulawesi Barat. Lawar kacci terbuat dari mangga muda yang diiris tipis-tipis lalu dicampur dengan garam, lombok, bawang merah, dan kemiri yang sudah ditumbuh Kemudian dicampur dan diaduk dengan santan kental. Lawar kacci biasanya sangat pas dan enak dimakan dengan ikan bakar dan nasi yang masih panas. Bahan-bahan yang dibutuhkan 1 buah mangga muda ( kupas kulitnya ) Terasi bakar 1 sendok teh Garam 3/4 sendok teh Gula merah 1 sendok makan Cabe merah besar 3 buah Cabe rawit 15 buah Bawang merah 3 butir Bawang putih 2 siung 150 gr santan kental Cara Membuat : Serut memanjang buah mangga yang sudah dikupas, sisihkan sejenak Campurkan gula merah, garam, bawang merah, bawang putih, terasi bakar dan cabe menjadi satu Haluskan bahan yang dicampur dengan cara diulek secara manual Masukkan buah mangga kedalam sambal yang sudah diulek...
Nasi Berenang Khas Sulawesi Barat merupakan olahan makanan unik yang hanya ada di Polewali Mandar. Makanan yang satu ini tak kalah saing meskipun sudah banyak warung dengan aneka menu baru yang menggoda selera. Kabarnya, karena rasa yang khas, harga murah serta tentunya sehat membuat Nasi Berenang kian jadi favorit masyarakat, dengan semangkuk nasi dengan kuah mirip soto serta campuran mie, daun seledri, dan kacang. Memang tidak ada daging ayam atau daging sapi dalam sajian ini. Bahkan, lauk yang dipadukan adalah tempe goreng yang diberi tepung berbumbu khas. Resep Nasi Berenang Bahan-bahan yang dibutuhkan 1 kg ayam potong 1 buah tahu putih 400 ml santan kental 600 ml santan encer 1 sdt gula pasir 3 lembar daun jeruk purut 2 buah sereh geprek (bagian putih saja) 2 cm lengkuas geprek 4 sdm minyak untuk menumis bumbu Secukupnya garam Bumbu Halus 10 butir bawang merah ukuran besar...
'' Tambako tuo di lita, tuo leppang. iyyau na porannu na pobalisa I Cicci pandeng mawarraq, nasengaq na salili di lalang tindo na. Barakkaq kumpayakum''. Ini adalah salah satu contoh penggalan mantra pelet/pengasihan dalam komunitas masyarakat Mandar. Lalu seperti apa ilmu pelet ditinjau dari kacamata kekinian? Masihkah kemudian relevan untuk dilestarikan, ataukah harus dibuang jauh karena kita sudah lebih mengedepankan logika dan otak dalam berpikir? Membincang soal ilmu pelet dan yang berkaitan dengan dunia supranatural maka siapa yang tidak mengenal suku Mandar, tidak kemudian membanggakan suku ini sebagai suku yang paling hebat soal dunia yang selalu tidak bisa dilogikakan ini. Namun hampir semua orang di jazirah Sulawesi mengenal suku Mandar sebagai suku yang identik dengan ilmu yang tak kasat mata ini. Entah mengapa hal tersebut dapat terbentuk di persepsi orang-orang. Pencitraan adalah hal yang terbentuk dari pengalaman dan hal ini telah berlaku dan...
Nasu kadundung adalah masakan khas Suku Pattae di Polewali Mandar kini mulai dilirik sejumlah warga sebagai salah satu menu masakan yang memiliki cita rasa yang khas. Selain kaya gizi dan sehat karena tanpa penyedap rasa, nasu kadundung biasanya disajikan dengan ketupat atau nasi. Bahan-bahan yang digunakan seperti daun kedondong muda, pakis, merica bawang merah dan putih, lengkuas, gula merah, serei, daun sup dan cabe rawit seluruhnya menggunakan bumbu alami atau tanpa bahan kimia. Nasu kadundung dahulu populer disajikan pada saat acara pesta adat, sunatan atau pesta pengantin sebagai salah satu makanan khas. Namun kini mulai dilirik sejumlah warga sebagai salah satu potensi bisnis kuliner yang menjanjikan keuntungan. Tak heran jika obyek wisata alam pemancingan di kawasan Rawamangun, Kecamatan Binuang, Polewali Mandar kini mulai menyajikan nasu kadundung sebagai salah satu sajian khas mereka kepada para pengunjung atau wisatawan yang datang. Aroma khas...
Nenek Pakande adalah seorang nenek siluman yang sering menjadi momok bagi masyarakat Bugis di daerah Soppeng, Sulawesi Selatan. Nenek siluman itu adalah manusia kanibal yang sakti mandraguna. Ia sangat suka makan daging manusia, terutama daging anak-anak. Itulah sebabnya, masyarakat setempat memanggilnya Nenek Pakande. Dalam bahasa Bugis, kata pakande berasal dari kata pakkanre-kanre tau yang berarti suka makan daging manusia. Suatu ketika, seorang pemuda yang cerdik bernama La Beddu berupaya untuk mengusir Nenek Pakande karena kelakuannya telah meresahkan seluruh warga. Mampukah La Beddu mengusir Nenek Pakande dari negeri itu? Ikuti kisahnya dalam cerita Nenek Pakande berikut ini! * * * Alkisah, di daerah Sulawesi Selatan ada sebuah negeri yang bernama Soppeng. Penduduk negeri itu senantiasa hidup tenteram, damai, dan sejahtera. Mata pencaharian utama mereka adalah bertani. Setiap hari mereka bekerja di sawah dengan hati tenang dan damai. Pada suatu ketika, suasan...
I Tui-Tuing adalah seorang pemuda miskin yang tinggal di sebuah kampung di daerah Mandar, Sulawesi Barat, Indonesia. I Tui-Tuing dalam bahasa Mandar terdiri dari dua kata, yaitu i yang berarti “si” (menunjuk pada dia lelaki ataupun perempuan), dan tui-tuing yang berarti ikan terbang. Jadi, I Tui-Tuing berarti si laki-laki ikan terbang atau manusia ikan. Menurut cerita, I Tui-Tuing pernah melamar keenam putri seorang juragan. Dari keenam putri juragan tersebut, hanya putri ketiga bernama Siti Rukiah yang bersedia menerima lamarannya. --- Alkisah, di sebuah kampung di daerah Mandar, Sulawesi Barat, ada sepasang suami-istri miskin yang senantiasa hidup rukun dan bahagia. Namun, kebahagiaan mereka belum terasa lengkap, karena belum memiliki anak. Untuk itu, hampir setiap malam mereka senantiasa berdoa kepada Tuhan agar dikarunai seorang anak. “Ya Tuhan Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang, karuniakanlah kepada kami seorang anak laki-laki, walaupun bent...
I Tui-Tuing adalah seorang pemuda miskin yang tinggal di sebuah kampung di daerah Mandar, Sulawesi Barat, Indonesia. I Tui-Tuing dalam bahasa Mandar terdiri dari dua kata, yaitu i yang berarti “si” (menunjuk pada dia lelaki ataupun perempuan), dan tui-tuing yang berarti ikan terbang. Jadi, I Tui-Tuing berarti si laki-laki ikan terbang atau manusia ikan. Menurut cerita, I Tui-Tuing pernah melamar keenam putri seorang juragan. Dari keenam putri juragan tersebut, hanya putri ketiga bernama Siti Rukiah yang bersedia menerima lamarannya. Alkisah, di sebuah kampung di daerah Mandar, Sulawesi Barat, ada sepasang suami-istri miskin yang senantiasa hidup rukun dan bahagia. Namun, kebahagiaan mereka belum terasa lengkap, karena belum memiliki anak. Untuk itu, hampir setiap malam mereka senantiasa berdoa kepada Tuhan agar dikarunai seorang anak. “Ya Tuhan Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang, karuniakanlah kepada kami seorang anak...
Alkisah, di sebuah bukit yang bernama Napo di daerah Tammajarra, Kecamatan Balanipa, Kabupaten Polewali Mandar, Sulawesi Barat, berdiri sebuah kerajaan yang bernama Kerajaan Balanipa yang dipimpin oleh Raja Balanipa. Sudah tiga puluh tahun sang Raja berkuasa, namun tidak mau turun dari tahtanya. Ia ingin berkuasa sepanjang masa. Untuk itu, ia senantiasa menjaga kesehatan badannya dengan cara berolahraga secara teratur, berburu, minum jamu dan obat ramuan tabib terkenal agar tetap awet muda dan panjang umur. Raja Balanipa memiliki empat orang anak, dua putra dan dua putri. Akan tetapi kedua putranya sudah dibunuhnya, karena ia tidak mau mewariskan tahtanya kepada mereka. Sementara sang Permaisuri selalu merasa cemas jika sedang mengandung. Jangan-jangan anak yang dikandungnya itu seorang bayi laki-laki. Ia sudah tidak kuat lagi melihat anaknya dibunuh oleh suaminya sendiri. Ia pun selalu berdoa kepada Tuhan, agar anak yang dikandungnya kelak adalah bayi perempuan...