Babba adalah nama yang diberikan kepada seorang anak oleh masyarakat sekelilingnya atau oleh orang-orang yang sudah mengenalnya. Demikian juga ayah dan ibunya biasanya dipanggil Ina Babba dan Ama Babba. Umur Babba ketika itu baru saja mencapai 12 tahun. Setiap hari ia mengembalakan kambingnya di lereng bukit yang terletak tidak jauh dari rumahnya. Nama keluarga Babba yang sebenarnya adalah Ama Aji dan Ina Aji. Nama Babba diberikan kepada keluarganya itu karena perilaku dan budi bahasa mereka yang tidak pada tempatnya. Oleh sebab itu tetangga-tetangganya, handai taulannya menyebut mereka dengan nama Babba. Nama Babba berasal dari kata Babe, yakni suatu negeri di dalam sebuah dongeng di pulau Sabu yang mengingatkan orang pada keadaan masa silam dalam negeri itu ketika berkecamuk suatu peperangan dimana orang Babe yang dilanda perang itu berbicara tak tentu arah dan tujuannya antara satu sama lainnya., apabila mereka bertemu. Suatu keadaan yang kacau balau yang menyebabkan banyak t...
Rae Wiu adalah nama sebuah kampung adat dibekas kefetoran Liae. Disanalah tempat bersemayam raja Liae pertama yang bernama Lado Riwu dari Udu Nawawa. Di kampung Rae Wiy itu juga berdiamlah seorang laki-laki yang bernama Dahi Penu, bersama isterinya yang bernama Wahi Rebo. Hidupnya rukun dan damai. Dahi Penu juga mempunyai dua orang saudara kandung yang bernama Luji Penu dan Tuka Penu. Dahu Penu termasuk orang sakti yang tidak ada tandingannya. Pada suatu hari ketika ia sedang berjalan-jalan menikmati keindahan alam sekitarnya, tiba-tiba dijumpainya seekor kerbau yang terbaring mati di dalam sebuah danau. Segera dikenalinya bahwa kerbau yang mati itu adalah kepunyaan keluarganya. Iapun kembali dan memberitahukan kepada kedua saudaranya. Kemudian mereka menuju danau dimana kerbau itu berada. Setelah tiba di tempat yang dituju, Dahi Penu berkata kepada kedua saudaranya itu: "Siapa diantara kita sanggup menghidupkan kerbau ini ? Apa pula ada di antara kita bertiga yang dapat menghid...
Dalam sebuah kampung yang bernama We-Kto-Talaka tumbuhlah sebuah pohon beringin besar tepat di depan istana dari raja Malaka. Daunnya sangat rindang. Pohon beringin itu biasa disebut dengan nama Hali Malaka. Suatu ketika hinggaplah seekor ayam betina pada salah satu cabang beringin itu. Ayam betina itu dikirim oleh Nai Maromak atau Yang Mahakuasa ke dunia ini. Bertepatan pula pada waktu itu raja sedang berjalan-jalan menghirup udara segar di bawah pohon beringin tersebut. Setelah dilihatnya ayam betina itu, raja Malaka langsung mengambil sumptnya untuk menyumpit ayam betina itu. Sementara raja mencari-cari tempat yang cukup baik untuk menyumpitnya, tiba-tiba raja mendengar suatu suara yang mengatakan: "Hai tuan raja Malaka, janganlah engkau membunuh saya dengan sumpitmu, sebaiknya marilah kita mengadakan perundingan lebih dahulu." Kemudian ayam betina itu menruskan pembicaraannya demikian. "Tuan raja jangan memubunh saya, oleh karena saya ini adalah utusan dari Yang Mahakuasa da...
Penangkapan ikan Paus atau Leva nuang adalah tradisi warisan leluhur sejak ratusan tahun silam, dan berdasarkan informasi yang diperoleh, tradisi penangkapan ikan Paus ini sudah ada sejak Abad ke-6. Tradisi penangkapan ikan Paus oleh nelayan Lamalera adalah tradisi warisan yang masih dipertahankan. Tradisi ini dilakukan dengan ritual adat di mana masyarakat menganggap ikan Paus adalah kiriman dari leluhur. Penangkapan ikan Paus secara tradisional dilakukan dengan cara menombak/ menikam pada badan paus. Karena itu budaya perburuan ikan Paus dilakukan oleh laki-laki yang sudah dewasa, yang dianggap mempunyai kemampuan; dan biasanya setiap keluarga mewakilkan satu anggota keluarganya. Dr. Sonny Keraf mengatakan, budaya penangkapan ikan Paus (Leva nuang) di Lamalera adalah soal eksistensi orang Lamalera, yang merupakan satu kesatuan yang membentuk dan memberi makna yang menggambarkan: cara berada, cara hidup, karakter dan cara berpikir orang Lamalera. Apabila tidak ada penangkapan i...
TOWE SONGKE merupakan kain tenun khas daerah manggarai, Kain tenun songke juga biasa di sebut lipa. Towe atau lipa dalam bahasa Manggarai untuk laki-laki disebut dengan "Tengge Towe/Lipa" dan untuk perempuan disebut dengan "deng Towe/Lipa". Towe Songke biasa digunakan baik di rumah maupun saat menghadiri ritual adat, ke gereja, ketika mandi dan tidur, saat kelahiran dan pernikahan, dan untuk membungkus orang yang telah meninggal. Songke juga bisa menjadi pemberian saat acara masuk minta (lipa widang) dari orangtua kepada bakal keluarga baru. Dan dari fungsinya Lipa Songke kerap kali dianggap sebagai "wengko weki," yang melindungi tubuh. Boleh dibilang, Songke itu menjadi jejak budaya Orang Manggarai. Saat ini, di kota-kota pusat administrasi wilayah Manggarai Raya seperti Ruteng, Borong dan Labuan Bajo, para pegawai pemerintah diwajibkan mengenakan Songke dalam bentuk jas atau kemeja sebagai salah satu usaha menghargai dan melestarika...
Setiap memasukiawal tahun, tepatnya diakhir Januari atau permulaan Februari, warga Wanokaka menyelenggarakan ritual adat yang disebut Bijalungu Hiupaana yang berpusat di kampung Waigalli. Tanggal pasti ritual ini ditentukan oleh para rato berdasarkan tanda-tanda alam serta perhitungan bulan gelap dan bulan terang. Secara harafiah Bijalungu berarti meletakkan dan yang diletakkan adalah persembahan dan tanda berkat menyambut musim baru, sedangkan Hiupaana adalah nama sebuah hutan kecil berjarak kurang lebih 500m dari Waigalli, tempat tanda berkat tersebut diambil untuk selanjutnya di simpan di loteng rumah adat (uma daluk). Jadi Bijalungu Hiupaana berarti pergi ke hutan Hiupaana, karena di sanalah, tepatnya di sebuah gua kecil yang dianggap sakral, puncak upacara dilaksanakan. Upacara adat besar di Sumba Barat selalu merupakan kronologi dari serangkaian ritual yang berhubungan, yang jika dihitung hingga ke puncak upacara bisa berlangsung berhari-hari bahkan ada yang berminggu-minggu....
Wulla Poddu berasal dari kata wulla yang berarti bulan dan poddu yang berarti pahit. Jadi secara harafiah Wulla Poddu berarti bulan pahit, disebut pahit karena sepanjang bulan itu ada sejumlah larangan yang harus dipatuhi dan serangkaian ritual yang harus dijalankan. Intinya Wulla Poddu adalah bulan suci. Hampir semua wilayah di Sumba Barat merayakan ritual ini. Di wilayah Lamboya kegiatan berpusat di kampung Sodan dan Kadengar, di Wanokaka berpusat di kampung Kadoku, di Tana Righu berpusat di kampung Ombarade, tapi yang terbesar dari semuanya ada di wilayah Loli. Hampir semua kampung adat utama di wilayah ini merayakan Wulla Poddu, dengan Tambera, Tarung, Bondo Maroto dan Gollu selaku kampung-kampung sentra ritual. Di sepanjang bulan ini banyak orang berburu babi hutan. Hasil buruan diserahkan kepada Rato sambil melantunkan tanya jawab dalam bentuk pantun adat (kajalla). Babi hutan yang pertama kali ditangkap biasanya menjadi indikator hasil panen. Babi jantan berarti hasil panen...
Nenek moyang orang Manggarai adalah tiga orang bersaudara yang berasal dari Minangkabau. Demi cita-cita suatu hidup yang lebih pantas, mereka berani merantau ke tanah orang. Tempat pertama yang mereka singgahi ialah Bima. Dari Bima mereka meneruskan perjalanan menuju Manggarai. Di Manggarai mereka mendarat di Werloka, suatu tempat yang dewasa ini terletak di Kecamatan Komodo. Mereka menetap di Werloka untuk beberapa tahun. Pada suatu waktu timbullah wabah penyakit melanda Werloka dan daerah di sekitamya. Ke tiga bersaudara ini memutuskan untuk pindah ke suatu tempat yang lain. Mereka menginginkan daerah baru yang aman dan sehat. Setelah berembuk mereka menyetujui bahwa terpaksa mereka harus berpisah satu dari yang lain. Dalam perundingan ini mereka tetapkan pula bersama arah persebarannya masing-masing. Putra sulung menempati daerah marahari terbenam. Yang bungsu menempati daerah matahari terbit sedangkan yang tengah menetap di Manggarai. Yang dimaksud dengan daerah matahari terbena...
PERS WARISAN BUDAYA NUSANTARA – REDAKSI NTT Oleh : Aurelius Do’o – Mengenang Pesan Ayahanda Tercinta, Alm. Fransiskus Lando. Nida adalah Nama dari sebuah Suku besar yang hidup dalam Wilayah Kecamatan Detukeli, di Kabupaten Ende, Pulau Flores, Provinsi Nusa Tenggara Timur. Kilas rangkuman ini membatasi penguraian tulisan tentang apa dan siapa itu Nida. Ini hanya menukik sebuah kisah. Manusia Menjelma Menjadi Padi dalam Tradisi Kepercayaan Adat Budaya Nida yang hidup di Pulau Flores sampai saat ini dan selama-lama nya. Tulisan ini dimuat sebagai rangkuman wawancara tunggal nara sumber salah satu Tokoh Adat Nida, Fransiskus Lando, guna diteruskan kepada segenap generasi, untuk Poestaka Baca Budaya – Bagi satu generasi ke generasi lain. Semasa hidup, Franssiskus Lando mengungkapkan, rangkuman INE PARE NIDA dalam perjalanan penggalian oleh dirinya selaku generasi adat, mulai serius digarap sejak Tahun 1963. Sejumlah Tokoh Adat dan beberapa Mosalaki Besar di wilayah Lio Utara diak...