Ini merupakan tarian Maluku Utara jenis tari perang yang biasanya dilakukan pria namun juga bisa dilakukan wanita sebagai penari pendukung. Dari beberapa sumber mengatakan jika tarian ini dulunya dilakukan sebelum dan sesudah prajurit pulang dari perang. Namun untuk sekarang ini, tari cakalele tidak lagi ditarikan sebagai tari perang akan tetapi hanya sebagai pertunjukan atau perayaan adat sekaligus penghormatan terhadap nenek moyang mereka pada kala itu. Ketika dipertunjukkan, para penari pria akan dilengkapi dengan parang atau pedang dan juga salawaku atau tameng. Sedangkan untuk penari wanita akan menggunakan lenso atau sapu tangan ketika menari. Nantinya, tarian akan dipimpin oleh satu orang yang berperan sebagai kapitan atau seorang pemimpin tarian dan seseorang yang memakai tombak untuk menjadi lawan dalam pertandingan. Para penari akan memperlihatkan gerakan khas mengikuti musik pengiring dan genderang. Sedangkan gerakan penari pria dan wanita sangat berbeda dim...
Sebelum Maluku dibagi menjadi dua provinsi Maluku dan Provinsi Maluku Utara, penduduk Maluku Utara dahulu diperintah oleh beberapa Sultan. Para Sultan memiliki memiliki kekuasaan yang besar serta berpengaruh secara turun-temurun yang sekarang meninggalkan warisan budaya yang tinggi nilainya.Siwa Lima berasal dari dua patah kata Siwa dan Lima, berarti “semua punya” mengandung arti dan makna dalam masyarakat Maluku, bahwa benda warisan leluhur yang kini tersimpan di Museum Siwa Lima berhubungan dengan sistem sosial, adat istiadat dan religi masyarakat Maluku. Hal ini dapat kita lihat di ruang pamer Etnografi yang menyajikan beraneka ragam busana dan perhiasan yang dipakai pada upacara adat yang berasal dari seluruh daerah yang memperlihatkan kekhasannya masing-masing. Topi Asal: Halmahera Koleksi: Campen, Harry George 1881 Ukuran: D = 47 cm, H = 6 cm Museum of Ethnology, Wina No. Registrasi: 13760 Topi Kepala Adat Asal: Hal...
Pada jaman dahulu hiduplah seorang pemuda tampan bernama Jafar Sidik. Ia tinggal seorang diri di desa Salero, Ternate. Di dalam hutan yang tak jauh dari desa Salero terdapat telaga yang berair amat jernih. Telaga Air Sentosa namanya. Jafar Sidik sering duduk sendirian di sebuah batu besar yang berada di pinggir telaga Air Sentosa, terutama ketika ia beristirahat setelah berburu atau mencari kayu bakar di hutan. Pada suatu sore Jafar Sidik kembali duduk di batu besar di pinggir telaga Air Sentosa itu. Langit di atas berwarna jingga yang amat indah ketika dipandang. Seperti tak puas-puasnya Jafar Sidik melihat keindahan langit ketika itu. Tiba-tiba pandangan Jafar Sidik tertuju pada setitik cahaya berwarna-warni. Tampak seperti pelangi. Kian jelas Jafar Sidik mengamati, kian jelaslah pelangi itu. Pelangi itu kian membesar dan memanjang. Ujung pelangi jatuh di atas permukaan telaga Air Sentosa. Jafar Sidik terperanjat saat melihat tujuh bidadari terbang di atas lengkunga...
Dahulu, jauh di belahan bumi sebelah utara kepulauan Maluku, terdapat sebuah daerah yang disebut Tobelo. Konon daerah yang diliputi laut yang membiru itu menyimpan suatu kisah yang menarik. Beratus tahun yang lalu di suatu rumah yang berdindingkan daun rumbia, tinggallah satu keluarga. Ayahnya seorang nelayan yang siang dan malam hidupnya diatas lautan bertarung nyawa untuk menghidupi anak istrinya. Ibunya adalah seorang ibu rumah tangga yang setia dan sangat bijaksana. Mereka memiliki dua orang anak. Yang sulung seorang anak perempuan bernama O Bia Moloku. Kecantikannya melebihi ibunya. Sedangkan adiknya bernama O Bia Mokara, tampan dan berperawakan mirip ayahnya. Pada suatu hari mereka pergi melaut dan seperti biasa. Sebelum mereka bertolak ke laut, tak lupa ditinggalkannya makanan dan telur ikan pepayana di rumahnya. Beberapa hari setelah kepergian ayahnya melaut, ibunya pergi ke kebun. Sebelum ibunya pergi ia berpesan kepada kedua anaknya, "Hai anak-anakku, jangan kamu maka...
Pada masa dahulu kala telah terjadi pertikaian antara warga Teluk Tarakani dan jazirah Wayamoto. Tidak diketahui awal mulanya, tetapi pertikaian itu berlarut-larut dan tidak ada tanda-tanda segera berakhir. Mereka hidup dalam suasana tidak nyaman, penuh curiga dan saling menyalahkan. Anak-anak tumbuh dalam situasi yang mencekam. Di tengah situasi yang tidak mengenakkan itu, di dekat perbatasan kedua wilayah itu, tersebutlah dua keuarga yang tinggal di wilayah yang bertikai itu. Satu keluarga tingga di wilayah Teluk Tarakani, sedang yang lain tinggal di wilayah Jazirah Wayamoto. Kedua keluarga itu mempunyai anak lelaki yang usianya sebaya. Walaupun dilarang oleh kedua orangtuanya, mereka tetap berteman dan bermain bersama secara sembunyi-sembunyi. Pada suatu hari anak dari Jazirah Wayamoto menanyakan kepada ayahnya tentang kenapa dia tidak boleh bermain dengan anak dari Tarakani. Ayahnya menyuruh bocah itu untuk mencari teman lain yang berasal dari Jazirah Wayamoto saja. Na...
Adalah legenda hewan yang ada di Kepulauan Maluku. Makhluk ini bertubuh seperti manusia, namun bersayap seperti kelelawar. Dikisahkan Orang Bati tinggal di Gunung Kairatu dan suka menculik anak untuk disantap. Terkadang penduduk mendengar teriakan Orang Bati. Sumber: https://www.goodnewsfromindonesia.id/2016/09/26/inilah-rupa-7-makhluk-mitologi-di-indonesia
Maluku berasal dari kata moloku yang jika ditulis dengan aksara Arab Melayu akan terbaca "Maluku". Moloku ialah nama gugusan kepulauan yang menghasilkan rempahrempah cengkih, yaitu pulau-pulau yang terdiri atas Temate, Tidore, Moti, dan Makian. Keempat pulau ini disebut Gaumedi Yo Maloko 'cengkih punya tempat tumbuh (asal) atau tempat tumbuhnya cengkih'. Karena cengkih sudah menjadi komoditas dagang yang berharga, timbullah kemakmuran dan lahirlah kekuasaan Kiye Momole. Menurut legenda Qadarsabah, pelaut Persia berhasil datang ke Pulau Gapi (Temate) pada tahun 232 H (802 M) dan terbukalah jalan bagi pelaut Arab dan Persia ke Maluku. Lambat laun Kiye Momole menjadi kerajaan Islam, yaitu Kesultanan Temate, Tidore, Moti, dan Makian. Kerajaan Moti pindah ke Jailolo menjadi Kerajaan Jailolo. Sementara itu, Kerajaan Makian pindah ke Pulau Kasiruta menjadi Kerajaan Bacan. Keempat Kesultanan ini berintegrasi ke dalam konfederasi Moloku dan di sebut Moloku Kiye Moloku Raha....
Pada zaman dahulu di daratan Pulau Halmahera bagian utara, tepatnya di daerah Tobelo dan Galela sekarang, terdapat sebuah kerajaan yang dikenal dengan nama Kerajaan Moro. Kekuasaan Kerajaan Moro sangat besar, terbentang dari ujung utara sampai dengan ujung selatan Pulau Halmahera dan beberapa pulau di sekitarnya. Penduduk Kerajaan Moro hidup dalam keadaan makmur karena hasil buminya yang melimpah. Tanahnya sangat subur sehingga selain berladang, rakyat Moro menanam kebun dengan berbagai palawija dan sayur-sayuran. Di samping itu, Kerajaan Moro terkenal dengan tanaman kelapanya. Hampir sepanjang mata memandang hanyalah pohon kelapa yang terbentang mulai dari pantai hingga ke pegunungan. Tanaman kelapa tumbuh dengan sangat subur. Masyarakat Moro sangat gemar mengadakan perjalanan jauh antarpulau guna membuka perkebunan yang baru. Tidak heran hingga sampai saat ini komunitas masyarakat Moro yang lebih dikenal dengan orang Tobelo dan Galela tersebar hampir di seluruh kawasan Jaz...
Dahulu kala di Pulau Halmahera, tepatnya di bagian paling utara pulau, terbentang perkampungan nelayan yang penduduknya menggantungkan hid up dari hasil tangkapan ikan di laut. Keadaan ini berlangsung selama berabadabad. Masyarakat pun hidup dengan keadaan yang sangat sejahtera. Mereka bahu-membahu, bantu-membantu, serta tolong-menolong dalam melakukan berbagai hal, mulai dari membuat perahu-perahu besar hingga mendirikan rumah adat yang mereka anggap sebagai simbol persatuan. Di antara perkampungan nelayan tersebut yang paling dikenal adalah perkampungan Tobelo dan Galela. Uniknya, meskipun dua perkampungan nelayan ini memiliki budaya, kepercayaan, pemimpin, serta rumah adat yang berbeda, mereka terlihat seakan seperti satu komunitas perkampungan yang padu walaupun terkadang timbul perseteruan antara dua perkampungan ini. Masyarakat kedua kampung tersebut umumnya percaya bahwa nenek moyang mereka adalah satu yang diciptakan oleh Jou Giki Moi. Karena kepercayaan itulah, setiap p...