Maluku berasal dari kata moloku yang jika ditulis dengan aksara Arab Melayu akan terbaca "Maluku". Moloku ialah nama gugusan kepulauan yang menghasilkan rempahrempah cengkih, yaitu pulau-pulau yang terdiri atas Temate, Tidore, Moti, dan Makian. Keempat pulau ini disebut Gaumedi Yo Maloko 'cengkih punya tempat tumbuh (asal) atau tempat tumbuhnya cengkih'. Karena cengkih sudah menjadi komoditas dagang yang berharga, timbullah kemakmuran dan lahirlah kekuasaan Kiye Momole. Menurut legenda Qadarsabah, pelaut Persia berhasil datang ke Pulau Gapi (Temate) pada tahun 232 H (802 M) dan terbukalah jalan bagi pelaut Arab dan Persia ke Maluku.
Lambat laun Kiye Momole menjadi kerajaan Islam, yaitu Kesultanan Temate, Tidore, Moti, dan Makian. Kerajaan Moti pindah ke Jailolo menjadi Kerajaan Jailolo. Sementara itu, Kerajaan Makian pindah ke Pulau Kasiruta menjadi Kerajaan Bacan.
Keempat Kesultanan ini berintegrasi ke dalam konfederasi Moloku dan di sebut Moloku Kiye Moloku Raha. Dari keempat Kesultanan ini hanya Temate dan Tidore yang melakukan ekspansi. Tidore melakukan ekspansi ke Pulau Seram dan Papua, sedangkan Temate melakukan ekspansi ke Indonesia bagian tengah dan Filipina selatan. Kiye Raha Yo Fato-Fato artinya adalah di empat gunung atau pulau yang sejajar, yaitu Pulau Gapi a tau Ternate, Pulau Doku atau Tidore, Pulau Tuanane (Moti), dan Ppulau Besi (Makian).
Secara etimologis, ma dalam bahasa Ternate berarti punya, sedangkan loko artinya tempat. Karena kata Moloku adalah predikat dari kata benda gaumedi, yaitu pohon cengkih, maka Maloku harus diperjelas arti menjadi "cengkih punya tempat (asal) atau tumbuhnya (asal) cengkih."
Kiye berarti gunung yang ditumbuhi pohon cengkih yang berkembang menjadi kerajaan-kerajaan Ternate, Tidore, Moti, dan Makian. Beberapa a bad yang lampau cengkih menguasai perdagangan dunia sehingga Kepulauan Moloku telah menjadi tujuan terakhir dari para pedagang rempah-rempah atas anjuran Djafar Sadek. Empat Kesulatanan ini bersekutu dalam sebuah wadah konfederasi yang merupakan satu kerajaan Islam dengan nama Al-Mamlakatul Malukiyah, terbentuk pada 21 Rabiul Awal1257 M. Di dalam tradisi, wadah ini disebut Moloku Kie Raha yang lazim disebut pula "Moloku Kiye Raha".
Moloku Kiye Raha secara garis besar terbagi dalam dua kurun zaman, yaitu zaman Momole dan zaman Islam. Zaman Momole dalam falsafah/ dalil moro mengungkapkan "Madero toma madera' dan Toma ua hang moju".
Zaman Momole artinya jauh sebelum itu di negeri Gapi/Ternate terdapat empat kelompok masyarakat asli yang terdiri atas:
Kelompok masyarakat ini dikepalai oleh seorang pimpinan dengan gelar Momole. Adapun istilah mamole berasal dari kata tamole yang mengadung arti bahwa kelaki-lakian yang berwibawa memiliki kemampuan, keahlian, keberanian, bahkan kesaktian. Masyarakat pada zaman itu memang hidup berkelompok dalam satu tata cara hidup bersama yang kemudian melahirkan istilah Galib Se Lakadi atau adat-istiadat.
Pada zaman Momole tidak banyak yang dapat diungkapkan secara deskriptif. Namun, dapat diketahui bahwa sebelum zaman Islam sudah ada empat kantong kekuasaan. Akan tetapi, keempat kekuasaan ini pada awal zaman Islam telah hilang dan yang berkuasa hanyalah Momole terakhir yang berkedudukan di Tobona/ Foramadiahi. Inilah yang disebut "Moli Malafi" .
Wisma Muhammadiyah Ngloji adalah sebuah bangunan milik organisasi Muhammadiyah yang terletak di Desa Sendangagung, Kecamatan Minggir, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Wisma ini menjadi pusat aktivitas warga Muhammadiyah di kawasan barat Sleman. Keberadaannya mencerminkan peran aktif Muhammadiyah dalam pemberdayaan masyarakat melalui pendekatan dakwah dan pendidikan berbasis lokal.
SMP Negeri 1 Berbah terletak di Tanjung Tirto, Kelurahan Kalitirto, Kecamatan Berbah, Sleman. Gedung ini awalnya merupakan rumah dinas Administratuur Pabrik Gula Tanjung Tirto yang dibangun pada tahun 1923. Selama pendudukan Jepang, bangunan ini digunakan sebagai rumah dinas mandor tebu. Setelah Indonesia merdeka, bangunan tersebut sempat kosong dan dikuasai oleh pasukan TNI pada Serangan Umum 1 Maret 1949, tanpa ada yang menempatinya hingga tahun 1951. Sejak tahun 1951, bangunan ini digunakan untuk kegiatan sekolah, dimulai sebagai Sekolah Teknik Negeri Kalasan (STNK) dari tahun 1951 hingga 1952, kemudian berfungsi sebagai STN Kalasan dari tahun 1952 hingga 1969, sebelum akhirnya menjadi SMP Negeri 1 Berbah hingga sekarang. Bangunan SMP N I Berbah menghadap ke arah selatan dan terdiri dari dua bagian utama. Bagian depan bangunan asli, yang sekarang dijadikan kantor, memiliki denah segi enam, sementara bagian belakangnya berbentuk persegi panjang dengan atap limasan. Bangunan asli dib...
Pabrik Gula Randugunting menyisakan jejak kejayaan berupa klinik kesehatan. Eks klinik Pabrik Gula Randugunting ini bahkan telah ditetapkan sebagai cagar budaya di Kabupaten Sleman melalui SK Bupati Nomor Nomor 79.21/Kep.KDH/A/2021 tentang Status Cagar Budaya Kabupaten Sleman Tahun 2021 Tahap XXI. Berlokasi di Jalan Tamanmartani-Manisrenggo, Kalurahan Tamanmartani, Kapanewon Kalasan, Kabupaten Sleman, pabrik ini didirikan oleh K. A. Erven Klaring pada tahun 1870. Pabrik Gula Randugunting berawal dari perkebunan tanaman nila (indigo), namun, pada akhir abad ke-19, harga indigo jatuh karena kalah dengan pewarna kain sintesis. Hal ini menyebabkan perkebunan Randugunting beralih menjadi perkebunan tebu dan menjadi pabrik gula. Tahun 1900, Koloniale Bank mengambil alih aset pabrik dari pemilik sebelumnya yang gagal membayar hutang kepada Koloniale Bank. Abad ke-20, kemunculan klinik atau rumah sakit di lingkungan pabrik gula menjadi fenomena baru dalam sejarah perkembangan rumah sakit...
Kompleks Panti Asih Pakem yang terletak di Padukuhan Panggeran, Desa Hargobinangun, Kecamatan Pakem, Kabupaten Sleman, merupakan kompleks bangunan bersejarah yang dulunya berfungsi sebagai sanatorium. Sanatorium adalah fasilitas kesehatan khusus untuk mengkarantina penderita penyakit paru-paru. Saat ini, kompleks ini dalam kondisi utuh namun kurang terawat dan terkesan terbengkalai. Beberapa bagian bangunan mulai berlumut, meskipun terdapat penambahan teras di bagian depan. Kompleks Panti Asih terdiri dari beberapa komponen bangunan, antara lain: Bangunan Administrasi Paviliun A Paviliun B Paviliun C Ruang Isolasi Bekas rumah dinas dokter Binatu dan dapur Gereja
Jembatan Plunyon merupakan bagian dari wisata alam Plunyon-Kalikuning yang masuk kawasan TNGM (Taman Nasional Gunung Merapi) dan wisatanya dikelola Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) setempat, yaitu Kalikuning Park. Sargiman, salah seorang pengelola wisata alam Plunyon-Kalikuning, menjelaskan proses syuting KKN Desa Penari di Jembatan Plunyon berlangsung pada akhir 2019. Saat itu warga begitu penasaran meski syuting dilakukan secara tertutup. Jembatan Plunyon yang berada di Wisata Alam Plunyon-Kalikuning di Cangkringan, Kabupaten Sleman. Lokasi ini ramai setelah menjadi lokasi syuting film KKN Desa Penari. Foto: Arfiansyah Panji Purnandaru/kumparan zoom-in-whitePerbesar Jembatan Plunyon yang berada di Wisata Alam Plunyon-Kalikuning di Cangkringan, Kabupaten Sleman. Lokasi ini ramai setelah menjadi lokasi syuting film KKN Desa Penari. Foto: Arfiansyah Panji Purnandaru/kumparan "Syuting yang KKN itu kebetulan, kan, 3 hari, yang 1 hari karena gunungnya tidak tampak dibatalkan dan diu...