Nahunan adalah salah satu ritual besar yang dilakukan oleh Suku Dayak Ngaju, hanya memang sekarang ritual ini sudah cukup jarang dilakukan. Ritual ini mirip dengan acara pembatisan/permandian dalam agama Krsiten. Dalam ritual ini merupakan pengukuhan nama yang diberikan kepada seorang bayi. Nahunan berarti anak yang sudah mulai bertambah usianya, jadi biasanya ritual ini dilakukan pada bayi yang berusia diatas satu tahun, sebagai ungakapan syukur atas kondisi sehat ibu dan anak. Dan juga dalam prosesi ini merupakan kesempatan membalas jasa kepada orang yang telah membantu proses persalinan. Ada juga ritual yang yang disebut BALIAN MAMPANDUI AWAU – atau artinya Balian memandikan bayi. Ini merupakan ritual yang jauh lebih sakral dan mahal untuk upcara memberikan nama, karena waktu yang diperlukan cukup lama. Acara ini dilakukan biasanya oleh keluarga yang mapan, mereka yang sulit mendapatkan anak, atau mereka yang mendambakan anak laki-laki atau anak hajat. Syarat-sy...
Anda boleh percaya atau tidak mengenai kepercayaan ini! yaitu pantangan ketika anda sedang berada di hutan, untuk tidak membakar ikan saluang atau terasi terutama setelah magrib atau senja. Karena ketika anda membakar ikan saluang atau terasi ini, maka konon penghuni ghaib di hutan ini akan marah dan menyerang. Ikan Saluang Ikan Saluang ini yang sangat pantang untuk dibakar. Ada tiga jenis ikan saluang yang umum dikenal: 1. Ikan Saluang yang agak besar putih sisiknya 2. Ikan Saluang yang warnanya merah sirip dan buntut nya dan gak kecil ukurannya 3. Ikan saluang yang sisiknya rada hitam dan sirip ekornya, ukurannya agak besar dari yg merah Konon yang paling fatal akibatnya jika membakar Ikan Saluang yang warnanya merah. Selain ikan saluang ada jenis ikan lain yang juga pantang yaitu ikan Tangket (semacam Ikan sepat) & Ikan dodok (semacam ikan gabus). Beberapa pengalaman yang dialami teman-teman ketika membakar ikan Saluan ini, diantaranya...
Tambun berburu burung enggang berbulu emas pada ekornya dalam bahasa Sangennya disebut Badandang Bulau Hamata Hintan di sebatang pohon beringin yg bernama Beringin Borang ( Lunuk Borang ) di Hulu Sungai Pajangei. Tambun mengintai burung enggang itu sudah tujuh tahun lamanya berada diatas cabang pohon beringin itu, sehingga tubuhnya dililit akar beringin itu dan dikepalanya tumbuh picisan ( pahakung ). Dukuh Tumbang Pajangei, apapun peristiwa yg terjadi di pedukuhan itu tidak diketahui nya dan burung enggang itu pun Belum berhasil disumpitnya. Selama sepeninggal Tambun berburu, Damang Ringkai saudara misan/sepupu Bungai meninggal dunia setelah menderita sakit . Beberapa hari selama tujuh hari – tujuh malam jenasah disemayamkan dirumah dan pada hari yang kedelapan di kebumikan. Menurut adat mereka pada waktu itu, setiap janda/duda disaat berkabung memakai pakaian putih bila keluar rumah, tetapi didalam rumah bisa saja memakai pakaian yg lain. Pakaian putih ( pakaia...
Pada mulanya dunia ini kosong dan gelap adanya. Roh Yang Maha Kuasa Pedrjadiq Bantikng Langit Pertikaaq Bantikng Tuhaaq yang bertahta di Langit Sulau Dasa, Langit Usuk Wari tergerak hatinya ingin berbuat sesuatu. Diciptakannya suatu tempat bernama Batuq Diikng Dingkiikng Leputukng Rangkakng Bulau. Di tempat tersebut dimukimkannya Roh Laki-Laki dan Roh Perempuan masing masing bernama Imang Mengkelayekng dan Bawe Lolaakng Kintrakng. Hasil perkawinan kedua Roh itu memperanakkan Olo Taman Ketolo (Matahari), Bulaatn Taman Ketalaatn (Bulan), Bintakng Taman Ketaniq (Bintang-bintang). Batuq Diikng Dingkiikng Leputukng Rangkaakng Bulau jadi terang benderang oleh cahaya Matahari, Bulan dan Bintang-bintang. Namun tempat itu terlalu sempit buat mereka. Jumlah mereka terlalu banyak terutama bintang-bintang. Diantara prabintang yang banyak itu yang paling terkenal ada 12 yaitu Pengkuluuq, Piyuluq, Poti, Sempuaatn, Bemanuk, Berurukng, Belentookng, Bemari, Perejotek, Perejowek, Su...
Saya meriwayatkan pula Raja Kilip, yang tinggal di daerah Renayas, daerah tanah tandus tidak ada tumbuh-tumbuhan. Suatu hari timbullah pemikirannya untuk pergi mencari bibit kayu ke wilayah dunia atas langit. Raja Kilip berjalan membawa satu tabung pasak. Setelah berjalan sehari penuh, pada saat matahari terbenam sampailah dia di bawah sebatang pohon besar bernama putakng kayutn tangiiq. Setelah subuh terdengar suara kokok burung raksasa di dahan besar paling bawah. Kokok tersebut berbunyi: “Koko leaq leo, kalau hari sudah pagi, saya akan terbang bertamu ke Dusutn Tana Tamui.” Kemudian terdengar kokok burung raksasa pada dahan yang lebih tinggi sebagai berikut: ”Koko leaq leo, kalau hari sudah pagi, saya akan terbang bertamu ke negeri Cina pembuat garam.” Selanjutnya pada dahan berikutnya terdengar kokok sebagai berikut :” Koko leaq leo, kalau hari sudah pagi, saya akan terbang menuju Sanikng Bentiatn, Rabukng Rasaau Koakng Ketap...
Daun ini konon digunakan oleh para makhluk halus untuk mengobati dirinya setelah terluka berkelahi atau berperang. Jika luka digosokan daun ini maka luka itu akan cepat halit atau tertutup. Juga obat ini dapat digunakan untuk diminumkan ke ibu yang baru melahirkan agar cepat sembuh. Sumber: https://folksofdayak.wordpress.com/2014/02/12/obat-obatan-dayak/
Suku Dayak dikenal dengan ilmu magisnya, ilmu magis ini diperoleh dari berbagai sumber yaitu : Mangaji (berguru), Balampah (bertapa), Katuahan (Keberuntungan), Nupi (Mimpi), Minyak dan ada yang memang ilmu magis sejak lahir. MANGAJI / BASURAH Mangaji / Basurah adalah salah satu cara untuk mendapatkan ilmu magis Dayak dari seorang guru dengan membayar sayarat yang disebut SARAT PANDUDUK, bentuk pembayaran syarat ini tentu mengikuti cara tertentu, intinya pembayarannya tidak boleh lebih mahal atau lebih murah dari jumlah pembayaran pada saat sang guru mengaji dengan gurunya. Jika terjadi penyimpangan oleh sang guru baik tentang jumlah pembayaran maupun pemberian ilmu magis kepada muridnya hal ini akan mengakibatkan kematian. Sang guru akan mengajarkan ilmu kepada muridnya sesuai jenis ilmu magis yang diinginkan dan sesuai pula dengan tingkat pembayaran. BALAMPAH Suku Dayak percaya dengan balampah dapat bertemu dengan Dewa, Sengiang ataupun arwah orang-orang y...
Upacara adat Ufah adalah upacara pentahbisan bagi anak laki-laki Dayak Kayan yang berumur 6 bulan sampai dengan 1 tahun. Menurut tradisi Dayak Kayan pada zaman dahulu Ufah hanya berlaku bagi anak laki-laki tanpa memandang latar belakang keluarga atau keturunan di kalangan Dayak Kayan. Upacara adat Ufah dilaksanakan diluar lamin atau rumah panjang yaitu dibuatkan sebuah kemah yang didirikan secara sederhana diberi atap dengan daun pisang atau daun alang-alang dan dilakukan pada pagi hari sampa selesai yang lamanya tergantung dari jumlah anak laki-laki yang akan ditahbiskan. Pemimpin upcara Ufah ini adalah seorang kakek yang pada masa dahulu telah berjaya dalam medan peperangan melawan musuh, sedangkan anak laki-laki yang akan ditahbiskan adalah anak-anak yang telah dipilih dan layak untuk ditahbiskan dalam Upacara Ufah. Ritual Ufah ini bertujuan untuk mempersiapkan seorang pemimpin sejak usia dini agar pada saat menginjak umur dewasa dapat menjadi seorang pemimpin yang te...
Konon, pada zaman dahulu kala, di sebuah kampung di daerah Kalimantan Tengah, hiduplah seorang janda bersama dua orang anak laki-lakinya yang sudah remaja. Anak pertamanya bernama Ambun, sedangkan anak keduanya bernama Rimbun. Banyak orang di kampung itu mengira mereka saudara kembar, karena wajah dan perawakan keduanya mirip sekali. Namun sebenarnya mereka bukanlah saudara kembar, karena umur keduanya selisih satu tahun. Ambun dan Rimbun adalah anak yang rajin dan hormat kepada orang tua. Setiap hari mereka membantu ibunya mencari kayu bakar ke hutan dan menjualnya ke pasar. Pada suatu sore, Rimbun melihat abangnya termenung seorang diri di beranda rumah mereka. “Bang! Apa yang sedang Abang pikirkan” tanya Rimbun. “Abang sedang memikirkan nasib keluarga kita. Kalau setiap hari hanya mencari kayu bakar, kehidupan kita tidak akan pernah membaik,”keluh Ambun. “Lalu, apa rencana Abang” tanya Rimbun. “Abang akan pergi merantau untuk...