Konon, di Desa Metilopu, Pulau Rote, hiduplah keluarga petani bernama Tukateik bersama dengan seorang isteri yang tercinta, Bingalete namanya. Keduanya dikaruniai tiga orang yang yang ganteng-ganteng. Si sulung bernama Lelu Welang, lalu diikuti oleh Pelang Galing dan Tipa Soli. Pekerjaan keluarga ini sehari-hari bercocok tanam. Meski begitu, keluhan hidup yang dihadapi tidak pernah terdengar dalam setiap pembicaraan dengan tetangganya. Mereka tidak pernah menyesali hidup sebagai petani kecil. Sang suami pandai menciptakan kondisi yang kondusif. Tak heranlah bila saban hari mereka menghadirkan canda ria, ditambah lagi sang isteri yang senantiasa pasang senyum di tengah anak-anaknya yang rada-rada nakal. Sayang kehidupan yang harmonis itu harus segera berakhir tatkala sang istri tercinta meninggal. Sang ayah bingung. Siapa yang bakal menjadi pengganti istrinya dalam mendidik anak-anak yang masih kecil itu? Setelah lama hidup menduda, sang pengganti pun ditemukandi desa seberang. K...
Alkisah pada zaman dulu ada seorang anak perempuan yang suka menguncir rambutnya yang panjang bernama Tampe Ruma Sani. Namanya memang agak sulit, tetapi artinya begitu bermakna untuk masa depannya. Tampe Ruma Sani sudah setahun ditinggal mati oleh ibunya. Kini dia hidup bernama ayah dan adik lelakinya. Karena ayahnya bekerja sebagai nelayan dan adiknya masih sangat kecil, maka hampir semua pekerjaan rumah dilakukan oleh Tampe Ruma Sani. Setiap hari ia bertugas memasak, membersihkan rumah serta ikut menjual hasil tangkapan ayahnya. Meskipun demikian, gadis kecil itu tak pernah mengeluh. Suatu hari, Tampe Ruma Sani bertugas menjual ikan hasil tangkapan ayahnya kemarin. Ia menjualnya ke pasar pagi-pagi, dan sebelum sore hari keranjang ikannya sudah kosong. Semua ikannya habis terjual. Tampe Ruma Sani segera pulang. Di tengah perjalanan, ia disapa oleh seorang perempuan. "Anak manis, bagaimana ikan yang engkau jual sudah habis padahal hari belum lagi sore." tanya seorang perem...
Feo mbura adalah seorang manek di nusa thie kecamatan rote barat daya sekarang. Ini ia memerinta di nusak thie pulau te, kabupaten kupang,sekitar permulaan abad ke-17 pada waktu Feo Mbura suda mengadakan hubungan dagang dan persahabatan dengan oranng-orang Portugal dan belanda. Dalam pergaulanya dengan orang-orang asingitu, feo mbura melihat bahwa orang-orang itu lebih pandai dan majudari pada orang rote pada umumnyamaka timbullah niat di hati feo mburayang masih muda itu untuk pergi merantau mencari ilmu ke matabi sorgawi dalam ejaan bahasa rote.ia lalu mengajak ketiga orang temanya manek atau raja dari nusak lain untuk merantau mencari ilmu ke matabi ketiga orang itu adalah tou denga lilo dari nusak baa,ndara naong dari nusak lelain,dan ndii hua dari nusak lole . meraka lalu membuat sebuah perahu besar untuk di pakai berlayar ke matabi. Perahu itu di beri nama 'sangga ndolu' yang artinya mencari ilmu poengetahuan.Di perkirakan pada tahun 1729 mereka berlayar dari rote menuju matabi....
Pada zaman dahulu ,di Rote khususnya di lakamola,sebuah daerah yang terletak di ujung timur pulau Rote.Orang-orang yang tinggal disana sama sekali belum mengenal yang namanya apui .Semua aktifitas mereka dan segala yang mereka perbuat terlepas dari api.makanan mereka selalu dimakan mentah ,dan pada malam haripun tak ada penerangan yang menggunakan api.Pada suatu hari ada tiga orang pria yang akan pergi berburu babi hutan di atas gunung lakamola.sesampainya mereka disana ,diatas sebuah bukit di gunung lakamola mereka membuat perjanjian ,mereka akan berpencar untuk berburu ,namun ketika telah berhasil mendapatkan buruan haruslah kembali ke bukit ini untuk menunggu teman-teman lain . Setelah pergi berburu,tak lama kemudian ,ada seorang pemburu yang telah berhasil mendapatkan buruan seekor babi hutan,pemburu itupun kembali ke bukit yang tadi untuk menunggu teman-temannya yang lain yang belum mendapatkan hasil buruan.Di tengah penantiannya,karna iseng,pria itu mengambil dua batang kayu ker...
Menurut kisah ini, moa hitu adalah suatu makluk raksasa yang terdiri dari tujuh ruas dan pernah hidup dibumi pada jaman dahulu kala. Moa hitu mempunyai kekuatan yang luar biasa. Ia dapat menjunjung langit dan memangku bumi. Moa hitu juga memiliki kesaksian yang sangat ajaib. Apabila ia sedang memikul bumi lalu lela dan memindahkan bumi dari bahu yang satu ke bahu yang lainnya, maka terjadilah bencana gempa bumi dimana-mana. Dan jika ia marah lalu menjunjung langit, maka hujan dan embun tidak akan turunke bumi, sehingga penduduk bumi terancam kelaparan. Penyakit menular dan kematian akan terjadi mana-mana apabila moa hitu sedang lapar ibu-ibu juga tidak akan bersalin jika moa hitu minta makan. Sebaiknya apabila moa hitu kenyang dan hatinya sedanggirang, maka kemakmuran melimpah dibumi. Semua orang akan panen raya, ternak-ternak akan berbiak cepat, bahkan sapi jantan bisa berubah menjadi betina. Dan apabila moa hitu member makan kepada binatang-binatang itu akan turun ke kampong dan...
PATER PAUL ARDNT SVD dalam buku 'Demon dan Paji' mencatat penuturan sejarah tanah ekan (dunia) dan lewotanah (kampung halaman) sejumlah wilayah adat Lamaholot. Satu hal yang dicatat adalah tentang Lagadoni. Sebagian wilayah adat Lamaholot mengaitkan nama itu dengan Lera Wulan (matahari-bulan: Tuhan di langit). Lagadoni adalah nama lain dari Lera Wulan itu sendiri. Karena itu, Hasan Lewotan, salah seorang petutur sejarah yang mengaku keturunan Lagadoni dari Ile Napo Solor, mengatakan, kehadiran Lagadoni mendahului tanah ekan. Dia datang sebelum bumi ini ada. Hasan Lewotan mengaku mendapat penuturan itu dari nuren-nedang (mimpi). Saat tanah tawa ekan gere (dunia menjadi) yang terjadi bersamaan dengan buta mete-walang mara (air bah mengering), Lagadoni hadir dan bermukim di Ile Napo. Kepercayaan ini dikuatkan dengan ungkapan: Raya Lagadoni Tuan Doni Dua Dayong, tobo rae Napo ebang, pae rae Napo baring. Di sanalah dia memperisteri perempuan ile jadi, Ema Peni Utan Lolon, Lolon Lepan...
Bukan saja pantainya berbatu-batu. Wilayah daratan sekitar pantai itu juga dipenuhi batu. Hampir setiap ruas lahan yang ada dijejali batu. Karena itu, sesungguhnya Kalike Ai Matan bukanlah tempat ideal untuk hidup bertani. Maka, setelah resmi menjadi suami isteri, Kopong Lanang Kideng dan Inawae Watorita memilih berdiam di kawasan pegunungan. Di sanalah mereka hidup bercocok tanam dan berburu. Di sana pulalah lahir anak-anak mereka. Tujuh anak laki-laki lahir dari pasangan ini dan beberapa anak perempuan. Mereka bertumbuh dan besar di kawasan pegunungan itu hingga membentuk keluarga masing-masing. Sebagaimana tradisi Lamaholot purba yang jejaknya masih dijumpai di sejumlah perkampungan adat, sebuah keluarga membentuk riang-wetak (perkampungan kecil) masing-masing. Anak-anak yang menikah, membangun rumah tinggal di sekitar rumah kedua orangtua mereka. Mereka terikat dalam satu kebersamaan nan liat dalam segala hal. Demikian pun keluarga Kopong Lanang Kideng-Inawae Watorita. Pada sua...
Pada zaman dahulu di kampung Watumanu, hidup seorang nenek yang bernama Ine Wio. Dia hidup sendirian dan dia juga tergolong orang yang miskin. Hidupnya hanya bergantung pada hasil kebunnya. Ine Wio sangat rajin,walaupun sudah tua tapi terus bekerja. Pada pagi hari Ine Wio berangkat ke kebun. Tiba-tiba di tengah jalan,dia teringat kalau ada sesuatu yang lupa, yaitu tempat sirih pinang dengan pisau. Akhirnya Ine Wio kembali ke kampung, untuk mengambil barang yang dilupanya dan kembali lagi ke kebun. Tetapi sesampainya di tengah jalan di tempat yang sama, dia mengingat kalau ada sesuatu yang lupa lagi, yaitu anak ayam. Dia tidak pernah merasa lelah. Ine Wio pun segera kembali ke kampung untuk mengambil anak ayam dan kembali lagi ke kebun. Di kebunnya ada sebuah pondok yaitu tempat untuk beristirahat dan menyimpan hasil panen. Sesampainya di kebun, Ine Wio meletakkan barangnya di dalam pondok dan anak ayamnya diikat di tiang para-para di bawah tanah. Sesudah itu Ine Wio mulai bekerja. Dia...
Konon, Adalah dua bersaudara bernama Bobi dan Nombi. Keduanya yatim-piatu dan tunawisma. Untuk menyambung hidup keduanya mengemis kesana ke mari. Ndoi, janda yang tinggal di Monikuru beriba hati lalu merawat kedua anak itu. Kedua anak laki dan perempuan itu dipelihara dan dimanjakan oleh Ndoi bagaikan anak kandungnya sendiri. Tibalah masa kemarau yang amat panjang. Oleh karena lamanya musim kemarau itu, banyak orang terancam kelaparan. Kemarau yang luar biasa itu dipertanyakan oleh masyarakat kepada Mosalaki sebagai ketua adat. Kemudian disimpulkan pula oleh masyarakat bahwa kemarau panjang yang mengancam itu akibat adanya kesalahan dan dosa warga masyarakat pula. Dosa perzinahan menjadi tumpuan kesalahan paling krusial yang berakibatkan kelaparan sebagian besar masyarakat karena kekeringan yang berkepanjangan itu. Setelah diusut - usut, masyarakat menduga bahwa Bobi dan Nombi-lah yang karena hidup secara liar itu telah melakukan perbuatan mesum (incest), padahal keduanya sekandung...