Alkisah pada zaman dulu ada seorang anak perempuan yang suka menguncir rambutnya yang panjang bernama Tampe Ruma Sani. Namanya memang agak sulit, tetapi artinya begitu bermakna untuk masa depannya.
Tampe Ruma Sani sudah setahun ditinggal mati oleh ibunya. Kini dia hidup bernama ayah dan adik lelakinya. Karena ayahnya bekerja sebagai nelayan dan adiknya masih sangat kecil, maka hampir semua pekerjaan rumah dilakukan oleh Tampe Ruma Sani. Setiap hari ia bertugas memasak, membersihkan rumah serta ikut menjual hasil tangkapan ayahnya. Meskipun demikian, gadis kecil itu tak pernah mengeluh.
Suatu hari, Tampe Ruma Sani bertugas menjual ikan hasil tangkapan ayahnya kemarin. Ia menjualnya ke pasar pagi-pagi, dan sebelum sore hari keranjang ikannya sudah kosong. Semua ikannya habis terjual. Tampe Ruma Sani segera pulang.
Di tengah perjalanan, ia disapa oleh seorang perempuan.
"Anak manis, bagaimana ikan yang engkau jual sudah habis padahal hari belum lagi sore." tanya seorang perempuan tersebut.
"Saya menjual ikan-ikan itu dengan harga murah agar lekas habis, sebab saya harus mengurus adik lelaki saya yang masih kecil, juga memasak untuk makan kami bertiga," jawab Tampe Ruma Sani.
"Oh! ternyata engkau punya adik kecil juga, siapakah namanya?"
''Adik lelakiku bernama Laga Ligo."
Perempuan itu terus menanyakan beberapa pertanyaan, seolah ingin sekali tahu banyak mengenai keluarga Tampe Ruma Sani. Gadis manis yang lugu itu pun tak punya prasanqka buruk, ia menjawab setiap pertanyaan dengan ceria.
Perempuan itu ternyata bermaksud untuk menikahi ayah Tampe Ruma Sani. Sejak perkenalannya dengan gadis itu, ia datang beberapa kali ke rumahnya. Perempuan itu mencoba mengambil hati ayah Tampe Ruma Sani. Ia ikut membantu mengerjakan pekerjaan rumah dan mengasuh Tampe Ruma Sani dan Laga Ligo. Lama kelamaan, hati ayah Tampe Ruma Sani pun Iuluh dan ia menikahi perempuan itu agar kedua anaknya ada yang mengurus. Kini, perempuan itu menjadi ibu tiri Tampe Ruma Sani.
Tampe Ruma Sani pun senang karena tugasnya menjadi ringan. Ia tak perlu lagi mengerjakan pekerjaan rumah, semua sudah dilakukan ibu tirinya. Ia dapat menjual ikan dengan tenang, tanpa harus terburu-buru pulang. Namun hal itu tidak berarti Tampe Ruma Sani berpangku tangan. Ia tetap membantu ibu tirinya di rumah.
Sang ibu tiri kerap meminta Tampe Ruma Sani untuk menumbuk padi. Ia berpesan agar beras yang masih utuh harus dipisahkan dengan beras kecil yang sudah hancur. Tampe Ruma Sani tak paham mengapa beras-beras itu harus dipisahkan, tapi ia menuruti kehendak ibu tirinya.
Beberapa bulan setelah ibu tiri tinggal di rumah, ia mulai berubah. Awalnya perempuan itu bersikap baik pada kedua anak tirinya, namun sekarang ia mulai suka memarahi mereka, dan kadang-kadang juga memukul jika kedua anak itu dianggapnya tidak menuruti kehendaknya. Sikap buruknya ini dilakukan jika sang ayah pergi melaut.
Jika sang ayah pulang, ibu tiri menyiapkan makanan yang sangat lezat-lezat, namun jika suaminya pergi melaut, kedua anak itu hanya diberikan nasi yang dimasak dan beras hancur. Tentu saga Tampe Ruma Sani dan adiknya merasa sangat sedih Mereka pun mengadukan perilaku ibu tiri kepada ayah mereka.
Sayangnya, sang ibu tiri ini pintar benar berkilah. Ia berhasil meyakinkan suaminya bahwa ia tidak bersalah dan kedua anak itu mengada-ada. Ia juga berhasil memengaruhi suaminya agar lebih memercayainya.
Dan keesokkan harinya ketika sang suami pergi lagi melaut, Tampe Ruma Sani pun dihajarnya habis-habisan sampai babak belur oleh ibu tirinya atas tindakkannya yang telah mengadu kepada ayahnya.
"Berani-beraninya kalian melapor pada ayahmu!" bentaknya. "lngat! Sekali lagi kalian mengadu, aku tidak segan-segan membunuh kalian berdua!" Suara keras sang ibu membuat kedua anak itu merasa ketakutan.
Dari hari ke hari, Tempa Ruma Sani dan adiknya menjalani kehidupan dengan penuh penderitan, namun mereka menghadapinya dengan penuh kesabaran. Tahun demi tahun berlalu, kedua anak itu sekarang sudah remaja. Mereka pun sepakat untuk hidup mandiri terbebas dari cengkraman ibu tiri.
Mereka mengutarakan maksud tersebut kepada sang ayah dan meminta izin untuk merantau.
"Sekarang kami berdua sudah cukup dewasa, Ayah! izinkanlah saya dan kakak untuk merantau dan mengejar cita-cita serta pengalaman hidup diluar sana," pinta Laga Ligo mewakili kakak perempuannya.
Awalnya sang ayah merasa sangat keberatan, namun akhirnya ia memberikan izin juga karena melihat tekad kedua anaknya sangat besar. Ibu tiri pun merasa senang sebab itu berarti ia tak perlu lagi capek-capek mengurus kedua anak itu.
Pagi-pagi buta, Tempa Ruma Sani dan Laga Ligo meninggalkan desa neIayan tempat kelahiran mereka berdua dan mulai merantau. Mereka terus berjalan tidak tentu arah dan tujuan, melalui hutan dan sungai yang belum pernah mereka ketahui.
Setelah beberapa hari berjalan, perbekalan mereka pun mulai menipis. Kedua remaja itu mulai kelelahan. Beruntung mereka menemukan sebuah rumah di tengah hutan. Dengan penuh harapan untuk mendapat sedikit makanan dari pemilik rumah, mereka pun mengetuk pintunya. Tak ada jawaban.
"Mungkinkah sang pemilik rumah sedang berpergian?" Tempa Ruma Sani bertanya-tanya. Dengan rasa penasaran lalu mereka pun mengetuk kembali pintunya, tetap tidak ada sahutan. Akhirnya mereka memberanikan diri untuk membuka pintu yang tidak terkunci,
Mereka pun masuk ke dalam rumah, dan menemukan bahwa rumah itu kosong. Namun anehnya, di meja tersedia makanan lezat yang sepertinya baru saja dimasak. Masih hangat dan mengepul. Terbit air liur keduanya ketika melihat makanan tersebut, namun meski sangat kelaparan, mereka tak hendak menyentuhnya tanpa izin sang pemilik rumah.
"Sebaiknya kita menunggu saja di dalam rumah, menanti sang tuan rumah kembali," sang kakak berkata kepada adiknya.
Mereka pun menanti pemilik rumah, dan tertidur pulas karena kelelahan dan lapar. Ketika mereka terbangun, hari ternyata telah berganti pagi, namun pemilik rumah belum juga muncul. Keanehan terjadi Iagi karena di meja makan telah tersaji makanan yang baru dimasak.
"Siapa yang memasak makanan ini? Mengapa kita tidak mengetahuinya?"
"Entahlah, Kak." Jawab adiknya. "Yang pasti aku sangat lapar. Bolehkah kita memakannya sedikit?"
"Ya, kukira tidak apa-apa. Nanti kalau ketahuan, kita akan menjelaskan pada pemiliki rumah. Lagipula sayang sekali jika makanan tersebut tidak dimakan." Kakak beradik tersebut lantas memakan sajian tersebut sampai habis tidak tersisa. Setelah rnakan, Tempa Ruma Sani membersihkan piring dan peralatan makan.
Tiga hari sudah mereka tinggal menempati rumah di tengah hutan tersebut, namun mereka belum berjumpa dengan pemilik rumah. Dan setiap mereka bangun pagi, makanan hangat yang lezat-lezat selalu sudah tersedia di meja makan. Keduanya sangat heran, namun menikmati saja makanan yang tersedia dengan mengucapkan rasa syukur yang tak terhingga.
Pada hari keempat sang kakak berkata kepada adiknya
"Adikku, bagaimana jika makanan yang biasa tersaji tidak tersaji lagi pada hari-hari berikutnya? Apakah yang akan kita makan?"
Laga Ligo juga kebingungan, namun segera teringat seusatu. Beberapa waktu yang lalu ia melihat di sudut dapur ada tiga buah karung besar yang berisi cengkih, pala serta merica.
"Bagaimana kalau kita menjual rempah-rempah yang tersedia banyak dalam karung besar itu ke pasar, Kak?"
"Baiklah kalau begitu berangkatlah ke pasar, kakak tunggu saja di sini. Siapa tahu pemilik rumah datang."
"Baiklah, tapi sebaiknya kakak hati-hati. Jangan membuka pintu untuk orang lain selama aku pergi." Sang adik pun segera berangkat membawa satu karung kecil rempah-rampah untuk menjualnya di pasar terdekat.
Pada saat yang sama, rombongan raja sedang berburu. Mereka keheranan menemukan rumah di tengah hutan itu. Raja penasaran siapakah yang berani tinggal serta membangun rumah di hutan lebat seperti ini. Dengan segera, ia memerintah pengawalnya untuk mengetuk pintu beberapa kali, namun tidak ada jawaban. Di dalam rumah, Tampe Rama Sani tidak berani membukakan pintu rumah, dia diam saja tidak menjawab ketukan itu. Gadis manis itu justru bersembunyi di bawah meja dengan ketakutan.
Karena tidak mendapat jawaban, para pengawal raja memutuskan untuk masuk dan memeriksa keadaan. Awalnya mereka tak menemukan siapapun, dan tak melihat Tampe Rama Sani yang sedang bersembunyi. Akan tetapi, rambut gadis itu terlalu panjang untuk disembunyikan sehingga para pengawal segera menemukannya. Mereka meminta Tampe Rama Sani keluar dari persembunyiannya.
Dengan wajah ketakutan, Tampe Rama Sani akhirnya keluar dan menemui sang raja. Ia menceritakan kisahnya dan juga adiknya yang tengah menjual rempah di pasar. Sang raja pun iba, dan akhirnya mengajak Tampe Rama Sani dan Laga Ligo untuk menjadi anak angkatnya. Mereka berdua pun hidup bahagia di istana.
Pesan Moral dari Cerita Rakyat NTT : Tampe Ruma Sani adalah kesabaran dan kepasrahan yang tulus akan membuat kebahagian segera datang menjemputmu.
Sumber: https://www.dongengceritarakyat.com/cerita-rakyat-ntt-dongeng-nusa-tenggara-timur/amp/
1. Rendang (Minangkabau) Rendang adalah hidangan daging (umumnya sapi) yang dimasak perlahan dalam santan dan bumbu rempah-rempah yang kaya selama berjam-jam (4–8 jam). Proses memasak yang sangat lama ini membuat santan mengering dan bumbu terserap sempurna ke dalam daging. Hasilnya adalah daging yang sangat empuk, padat, dan dilapisi bumbu hitam kecokelatan yang berminyak. Cita rasanya sangat kompleks: gurih, pedas, dan beraroma kuat. Rendang kering memiliki daya simpan yang panjang. Rendang adalah salah satu hidangan khas Indonesia yang paling terkenal dan diakui dunia. Berasal dari Minangkabau, Sumatera Barat, masakan ini memiliki nilai budaya yang tinggi dan proses memasak yang unik. 1. Asal dan Filosofi Asal: Rendang berasal dari tradisi memasak suku Minangkabau. Secara historis, masakan ini berfungsi sebagai bekal perjalanan jauh karena kemampuannya yang tahan lama berkat proses memasak yang menghilangkan air. Filosofi: Proses memasak rendang yang memakan waktu lama mela...
Ayam goreng adalah salah satu menu favorit keluarga yang tidak pernah membosankan. Namun, jika kamu ingin mencoba variasi yang lebih gurih dan harum, ayam goreng bawang putih renyah adalah pilihan yang tepat. Ciri khasnya terletak pada aroma bawang putih yang kuat serta kriukannya yang renyah saat digigit. Resep ini juga sangat mudah dibuat, cocok untuk menu harian maupun ide jualan. Bahan-Bahan Bahan Ayam Ungkep ½ kg ayam (boleh potong kecil agar lebih cepat matang) 5 siung bawang putih 4 siung bawang merah 1 sdt ketumbar bubuk 1 ruas kunyit (opsional untuk warna) Garam secukupnya Kaldu bubuk secukupnya Air ± 400 ml Bahan Kriuk Bawang 5–6 siung bawang putih, cincang halus 3 sdm tepung maizena ¼ sdt garam ¼ sdt lada Minyak banyak untuk menggoreng Cara Membuat Ungkep ayam terlebih dahulu Haluskan bawang putih, bawang merah, kunyit, dan ketumbar. Tumis sebentar hingga harum. Masukkan ayam, aduk rata, lalu tuang air. Tambahkan garam dan kaldu...
Ayam ungkep bumbu kuning adalah salah satu menu rumahan yang paling praktis dibuat. Rasanya gurih, aromanya harum, dan bisa diolah lagi menjadi berbagai hidangan seperti ayam goreng, ayam bakar, hingga pelengkap nasi kuning. Keunggulan lainnya, resep ini termasuk cepat dan cocok untuk kamu yang ingin memasak tanpa ribet namun tetap enak. Berikut resep ayam ungkep bumbu kuning cepat yang bisa kamu coba di rumah. Bahan-Bahan ½ kg ayam, potong sesuai selera 4 siung bawang putih 5 siung bawang merah 1 ruas kunyit 1 ruas jahe 1 ruas lengkuas (geprek) 2 lembar daun salam 2 lembar daun jeruk 1 batang serai (geprek) 1 sdt ketumbar bubuk (opsional) Garam secukupnya Kaldu bubuk secukupnya Air ± 400–500 ml Minyak sedikit untuk menumis Cara Membuat Haluskan bumbu Blender atau ulek bawang merah, bawang putih, kunyit, jahe, dan ketumbar bubuk (jika dipakai). Semakin halus bumbunya, semakin meresap ke ayam. Tumis bumbu hingga harum Panaskan sedikit m...
Sumber daya air merupakan sebuah unsur esensial dalam mendukung keberlangsungan kehidupan di bumi. Ketersediaan air dengan kualitas baik dan jumlah yang cukup menjadi faktor utama keseimbangan ekosistem serta kesejahteraan manusia. Namun, pada era modern saat ini, dunia menghadapi krisis air yang semakin mengkhawatirkan (Sari et al., 2024). Berkurangnya ketersediaan air disebabkan oleh berbagai faktor global seperti pemanasan, degradasi lingkungan, dan pertumbuhan penduduk yang pesat. Kondisi tersebut menuntut adanya langkah-langkah strategis dalam pengelolaan air dengan memperhatikan berbagai faktor yang tidak hanya teknis, tetapi juga memperhatikan sosial dan budaya masyarakat. Salah satu langkah yang relevan adalah konservasi air berbasis kearifan lokal. Langkah strategis ini memprioritaskan nilai-nilai budaya masyarakat sebagai dasar dalam menjaga sumber daya air. Salah satu wilayah yang mengimplementasikan konservasi berbasis kearifan lokal yaitu Goa Ngerong di kecamatan Rengel,...
Kelahiran seorang anak yang dinantikan tentu membuat seorang ibu serta keluarga menjadi bahagia karena dapat bertemu dengan buah hatinya, terutama bagi ibu (melahirkan anak pertama). Tetapi tidak sedikit pula ibu yang mengalami stress yang bersamaan dengan rasa bahagia itu. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan tentang makna dari pra-kelahiran seseorang dalam adat Nias khusunya di Nias Barat, Kecamatan Lahomi Desa Tigaserangkai, dan menjelaskan tentang proses kelahiran anak mulai dari memberikan nama famanoro ono khora sibaya. Metode pelaksanaan dalam penelitian ini adalah menggunakan metode observasi dan metode wawancara dengan pendekatan deskriptif. pendekatan deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan fakta sosial dan memberikan keterangan yang jelas mengenai Pra-Kelahiran dalam adat Nias. Adapun hasil dalam pembahasan ini adalah pra-kelahiran, pada waktu melahirkan anak,Pemberian Nama (Famatorõ Tõi), acara famangõrõ ono khõ zibaya (Mengantar anak ke rumah paman),...