Masa kesultanan Bima telah berlangsung lebih dari tiga abad. Pada masa itu perkembangan Islam cukup pesat. Pendidikan Islam dan Alqur’an diberlakukan merata ke seluruh negeri yang dimulai dari pelataran Istana hingga ke pelosok dusun dan desa. Lantunan Ayat-ayat suci Alqur’an terdengar dari sudut-sudut kampung, di surau dan masjid-masjid terutama ba’da magrib sambil menanti masuknya waktu shalat Isya. Memasuki abad ke- 17 Dan 18 bisa dikatakan sebagai masa-masa keemasan peradaban Islam di Dana Mbojo. Guru-guru dan Ulama didatangkan dari Sulawesi dan Sumatra. Merekalah yang kemudian dikenal di Dana Mbojo sebagai orang-orang Melayu. Pada perkembangan selanjutnya, para guru dan ulama itu menikah dengan gadis-gadis Mbojo dan beranak keturunan di Bumi Maja Labo Dahu ini. Sebagai ungkapan terima kasih Sultan Bima kepada para guru dan ulama itu, diberikanlah tanah sawah dan ladang untuk mereka garap yang berloasi di sebelah utara Istana Bima. Tanah-tan...
Konon kisahnya, putera Mahkota Raja Bima ingin melakukan petualangan. Diawali dari arah barat, menuju ke arah selatan dan berakhir di arah utara. Namun ia belum berhenti sampai di situ. Sekembalinya di istana, ia memohon restu kepada ayahandanya. “ Anakda ingin berpetualangan lagi.” Katanya “ Berikanlah restu kepada anakda untuk yang terakhir kali.” “ Aku restui permintaanmu anakda, tetapi kamu harus berhati-hati dan bawalah bekal serta pengawal yang agak banyak.” “ Terima kasih ayahanda. Segala titah akan anakda laksanakan.” “ Ke arah mana lagi yang ingin kau telusuri?” Sang Raja ingin tahu. “ Ke arah timur ayahanda. Saya ingin melihat matahari terbit, setelah di barat saya sudah melihat matahari terbenam.” Jawabnya sambil berpamitan pada ayahandanya. Pada suatu pagi yang cerah, rombongan putera Mahkota mulai melakukan petualangan. Rombongan itu kelihatannya lebih banyak dari...
Cerita legenda Wadu Ntanda Rahi diyakini banyak terdapat di seluruh pelosok Mbojo. Masyarakat Sanggar khususnya taloko meyakini bahwa di sanalah tempat cerita Wadu Ntanda Rahi itu. Namun Inti atau hakikat ceritanya hanyalah satu yaitu tentang kesetiaan seorang istri dalam mengarungi bahtera hidup berumah tangga. Ia menjadi batu karena ingin mengabdikan cinta dan kesetiaannnya kepada sang Suami yang telah merantau dan tenggelam di lautan luas Pada suatu hari seorang istri yang sangat menyayangi sang suami, pergi keatas bukit gunung untuk melihat suaminya yang pergi berlayar.Tapi sebelum dia pergi ke atas bukit banyak orang-orang di tempatnya itu yang melarang dia untuk naik keatas sana namun dia tidak mendengarkan dan tidak menghiraukan nasehat dari orang-orang itu, malah menjalankan keinginannya itu untuk melihat suaminya walaupun banyak orang yang melarang, dia tidak perduli dengan semua itu. Akhirya dia kesana dengan keinginan yang tinggi karena semua ini yang dia l...
La Bango adalah seorang pemuda dari sebuah perkampungan di dekat kaki pegunungan. Dia ingin melamar seorang gadis kaya yang tinggal di kampung tengah. Setelah lamarannya di terima oleh kedua orang tua si gadis, La Bango harus mengabdi (ngge’e nuru) sebagai persyaratan meminang si gadis. Setelah lima hari La Bango tinggal di rumah si gadis, tiba-tiba hujan lebat turun, kemudian ayah si gadis menyuruh La Bango untuk menambal alang-alang atap rumah yang bocor. La Bango pun naik ke atap rumah untuk menambal atap tersebut, tanpa sengaja La Bango menengok ke bawah, tanpa sengaja ia melihat calon kekasihnya sedang mengoles lulur ke seluruh tubuhnya, semua tubuhnya kelihatan, termasuk buah dadanya. La bango langsung turun dari atap dan berlari pulang kerumahnya untuk menemui ibunya. Sesampainya di rumah ia memarahi ibunya mengapa tak memberitahunya tentang dua buah bisul sebesar cangkir yang dimiliki oleh calon kekasihnya tersebut....
Di Kerajaan Sanggar, hidup seorang putri cantik. Namanya Dae La Minga. Aura kecantikannya tergambar dari julukannya “ Oha ra ngaha ninu oi nono “, maksudnya tenggorokannya bening, sehingga makanan dan minuman yang ditelan terlihat dengan jelas. Tiap hari sang putri mandi di Sori Sabu atau Sungai Sabu dekat istana. Rupanya kesempatan sang putri pergi mandi dimanfaatkan oleh banyak pangeran yang berebut ingin melihatnya. Sampai suatu ketika muncul tragedi, perkelahian antar pangeran yang berusaha menatap wajah sang putri. Salah satu pangeran terbunuh. Putri sangat terpukul. Oleh orang tuanya, dia disembunyikan di lumbung padi, untuk menghindari fitnah. Rupanya perang tanding antar pangeran berlanjut. Mereka bahkan membuat kesepakatan, siapa yang menang akan menikahi sang putri. Sampai ada satu pangeran yang keluar sebagai juara duel Sori Sabu . Dia datang menemui putri dan melamarnya. Raja dan permaisuri menerima pemuda itu dengan baik namun...
Meletusnya Gunung Tambora 200 tahun yang lalu ternyata menyimpan berjuta cerita. Salah satu cerita yang beredar di masyarakat adalah legenda mengenai Raja di Tambora yang berbuat jahat kepada seorang ulama hingga menyebabkan gunung setinggi 4.300 meter di atas permukaan laut (mdpl) itu meletus. Putri keturunan terakhir Sultan Bima, Siti Maryam Salahuddin atau yang biasa disapa Ina Kau Mary (Ibu Besar Maryam) menceritakan kisah itu saat detikcom dan Tim Ekspedisi NKRI 2015 berkunjung ke kediamannya di Kota Bima. Konon lebih dari 2 abad yang lalu, ada seorang ulama yang membawa ajaran Islam ke daerah Tambora. Ia selalu melarang warga setempat makan daging babi dan anjing karena diharamkan dalam ajaran Islam. Raja Tambora kala itu tak tahan dengan larangan tersebut. Ia kemudian 'mengerjai' sang ulama dengan mengundang makan daging anjing. Namun sang Raja menipu ulama dengan memberitahukan bahwa daging jamuannya adalah daging kambing. "Ra...
Dulu, Kerajaan Pekat dan Tambora makmur. Raja dan rakyat di kerajaan tersebut masih percaya pada roh-roh halus. Kerajaan Dompu, Bima dan Sanggar sudah Islam. Seorang da’i kelana asal Bagdad datang ke Kerajaan Pekat dan Tambora. Namanya Syekh Saleh Al-Bagdadi. Dia bermaksud mengislamkan masyarakat setempat. Caranya sangat santun. Ajaran agama disampaikan dengan lemah lembut. Syekh mengajarkan Sahadat dan Sholat. Juga memberi tahu soal perbuatan halal dan haram. Antara lain yang tergolong haram adalah memakan bangkai, anjing dan babi. Mulanya Syekh diterima baik. Tapi ternyata itu hanya sikap berpura-pura. Sebagian mereka tidak ingin Syekh mengubah kepercayaan mereka. Sekali waktu masyarakat Tambora menjamu Syekh. Aneka makanan lezat seperti gulai dihidangkan. Syekh menikmati makan tersebut. Usai makan, masyarakat bertanya, “Bagaimana Syekh, apakah masakan kami enak?”. Syekh menjawab, “Alhamdulillah, sangat enak”. “Gulai yang enak tadi adala...
Permaisuri Raja Dompu, Putri Nila Fatirah, dikutuk oleh seorang nenek sihir. Penyihir tersebut iri dengan kecantikan dan kebaikan permaisuri. Permaisuri kemudian diubah menjadi seekor kerbau. Karena malu permaisuri yang sudah menjadi kerbau tersebut lalu mengasingkan diri ke hutan belantara di Doro Londa (Gunung Londa), Bima. Ikut serta dua putrinya yang masih kecil, Nurul Patindah dan Nurtindah. Cukup lama sang permaisuri di Doro Londa , hingga kedua putrinya menjadi gadis. Kendati berujud kerbau, sang permaisuri mendidik anak-anaknya tata krama dan sopan santun serta keterampilan. Termasuk mengajarkan sholat dan mengaji. Tak lupa pula membekali kedua putrinya dengan keterampilan menari dan menyanyi. Sampai suatu waktu, seorang pangeran dari Bima berburu menjangan ke Doro Londa . Pangeran secara tidak sengaja menemukan tempat permaisuri dengan kedua putrinya. Ketika itu permaisuri tidak ada di tempat karena sedang mencari makan. Demi meliha...
Pada zaman dahulu, di bumi Sari (sekarang di Desa Sari Kecematan Sape Kabupaten Bima), tinggalah sepasang suami-istri yang sudah menjadi kakek dan nenek. Mereka bekerja sebagai petani, mengembala kerbau, dan senang bertapa. Setiap hari mereka mengembala ternaknya di suatu tempat yang tidak jauh dari gubuk sederhananya, yaitu tempat mereka berpuluh-puluh tahun berteduh dari teriknya matahari dan derasnya rinai hujan. Sayangnya, kebahagiaan mereka tidak lengkap tanpa kehadiran sang buah hati. Pasangan ini sangat menginginkan seorang anak untuk mewarisi kehidupannya. Merekapun terus berdoa dan berusaha untuk mendapatkan seorang anak, tapi belum juga terwujud. Pada suatu hari, pasangan ini pergi ke gunung untuk mengembala kerbau miliknya. Tiba-tiba sang kakek membuang air kecil di sebuah sungai, lalu air sungai tersebut diminum oleh salah satu kerbau berwarna yang mereka miliki. Hari berganti hari kerbau yang meminum air tersebut pun hamil dan melahi...