Cerita Rakyat
Cerita Rakyat
Cerita Rakyat Nusa Tenggara Barat Bima
Cerita La Bango
- 12 Juli 2018
La Bango adalah seorang pemuda dari sebuah perkampungan di dekat kaki pegunungan. Dia ingin melamar seorang gadis kaya yang tinggal di kampung tengah. Setelah lamarannya di terima oleh kedua orang tua si gadis, La Bango harus mengabdi (ngge’e nuru) sebagai persyaratan meminang si gadis.
 
Setelah lima hari La Bango tinggal di rumah si gadis, tiba-tiba hujan lebat turun, kemudian ayah si gadis menyuruh La Bango untuk menambal alang-alang atap rumah yang  bocor. La Bango pun naik ke atap rumah untuk menambal atap tersebut, tanpa sengaja La Bango menengok ke bawah, tanpa sengaja ia melihat calon kekasihnya sedang mengoles lulur ke seluruh tubuhnya, semua tubuhnya kelihatan, termasuk buah dadanya.
 
La bango langsung turun dari atap dan berlari pulang kerumahnya untuk menemui ibunya. Sesampainya di rumah ia memarahi ibunya mengapa tak memberitahunya tentang dua buah bisul sebesar cangkir yang dimiliki oleh calon kekasihnya tersebut. Sang ibu memberitahu bahwa itu bukan bisul, tetapi buah dada dan semua perempuan memiliki itu. Tetapi La Bango tetap tidak suka dengan wanita yang dadanya menonjol.
 
Akhirnya La Bango memutuskan untuk mencari gadis lain dan meminta saran ibunya. Ibunya memberi saran agar mencari gadis yang ramah. Maka pergilah La Bango mencari. Di tengah perjalanan ia menemukan seorang perempuan yang telah meninggal dunia dimanana mulutnya menganga dan matanya terbelalak. La Bango membawanya ke rumahnya kemudian mayat tersebut di ikat di tiang tengah dengan posisi berdiri. Ibunya mencium bau busuk lalu mencari sumbernya. Ternyata berasal dari mayat yang dibawa La Bango. Sang ibupun memarahi La Bango dan menyuruh La Bango menguburkan mayat tersebut. Setelah selesai menguburkan mayat tersebut La Bango mendengar suara kentut ibu dan bapaknya dan mencium bau busuk itu berasal dari kedua orang tuanya. La Bangopun menyeret ibu dan bapaknya untuk dikubur, karena menurutnya semua yang sudah berbau busuk harus dikubur. Tanpa mendengarkan teriakan ibu dan bapaknya La Bango mengubur kedua orang tuanya hidup-hidup. Tak lama kemudian, terdengar bunyi kentut dari pantatnya dan mengeluarkan bau busuk, akhirnya La Bango menguburkan dirinya sendiri, tetapi hanya sebatas leher.
 
Setelah malam tiba lewatlah dua orang maling yang tak sengaja menyenggol kepala La Bango. Merekapun menolong La Bango dan mengajaknya untuk pergi mencuri. Sesuai kesepakatan La Bango yang masuk ke dalam rumah untuk mencuri dan kedua maling tersebut menunggu di luar. Si maling menyuruh La Bango untuk mencari barang yang terasa berat, La Bango pun membawakannya batu tugku. Kedua maling tersebut memaki La Bango karna kebodohannya. Kemudian maling tersebut menyuruh lagi La Bango untuk mengambil barang yang merah-merah menyala. Kemudian La Bango mengambil barang yang merah menyala yang di tutupi abu di atas tungku. Ia mengais bara api itu, dan membungkusnya dengan sarung. Dalam perjalanan keluar sarungnya terbakar dan bara api tersebut jatuh satu demi satu. Setiap bara api yang jatuh La Bango selalu berkata “Itu sudah jatuh sebiji”.
 
Mendengar suara La Bango yang punya rumah terbangun, kedua maling yang berada diluar langsung melarikan diri. Sang pemilik rumah terkejut melihat La Bango berada di dalam rumahnya, kemudian dia bertanya mengapa La Bango bisa ada dirumahnya dan apa saja yang telah dicuri. La Bangopun menjawab dia diajak oleh kedua temannya dan menceritakan kejadian tadi. Mendengar kisah pencurian La Bango yang punya rumah tertawa terbahak-bahak dan tidak jadi menghukum Bango. La Bangopun diajak untuk tinggal dirumah tersebut.
 
Setelah berminggu-minggu pemilik rumah melihat budi pekerti La Bango yang jujur dan patuh. Suatu hari sang pemilik rumah akan pergi ke ladang dan menitipkan anak bayinya untuk dimandikan. Yang punya rumah berpesan agar anak bayinya jangan dimandikan dengan air dingin tetapi dengan air hangat.
 
Tibalah waktunya madi, La Bango pergi ke dapur untuk memanaskan air. Setelah airnya mendidih La Bango menuangkan air tersebut kedalam sebuah belanga yang biasa dipakai untuk memandikan bayi tersebut. Ia mengambil bayi tersebut dan dimandikannya dalam air yang panas mendidih. Bayi tersebut berteriak, menangis sambil meronta. Kemudian bayi itu mati, kulitnya melepuh. Setelah memandikannya La Bango membungkus anak tersebut dengan kain sarung dan ditaruh kembali ke dalam ayunan.
 
Tak berapa lama kemudian datanglah yang punya rumah dan menanyakan bayinya sedang apa, apakah sudah dimandikan. La Bango menjawab “Sudah saya mandikan dengan air panas. Tidurnya nyenyak sekali dari tadi belum bangun-bangun”
Orang tua bayi tersebut terkejut dan pergi mendatangi bayinya di ayunan. Dilihatnya kulit bayinya terkelupas dan sudah meninggal. Sang pemilik rumah tak dapat menahan nafsu amarahnya, dipukulnya La Bango dan di usirnya.

 

Diskusi

Silahkan masuk untuk berdiskusi.

Daftar Diskusi

Rekomendasi Entri

Gambar Entri
Wisma Muhammadiyah Ngloji
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

Wisma Muhammadiyah Ngloji adalah sebuah bangunan milik organisasi Muhammadiyah yang terletak di Desa Sendangagung, Kecamatan Minggir, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Wisma ini menjadi pusat aktivitas warga Muhammadiyah di kawasan barat Sleman. Keberadaannya mencerminkan peran aktif Muhammadiyah dalam pemberdayaan masyarakat melalui pendekatan dakwah dan pendidikan berbasis lokal.

avatar
Bernadetta Alice Caroline
Gambar Entri
SMP Negeri 1 Berbah
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

SMP Negeri 1 Berbah terletak di Tanjung Tirto, Kelurahan Kalitirto, Kecamatan Berbah, Sleman. Gedung ini awalnya merupakan rumah dinas Administratuur Pabrik Gula Tanjung Tirto yang dibangun pada tahun 1923. Selama pendudukan Jepang, bangunan ini digunakan sebagai rumah dinas mandor tebu. Setelah Indonesia merdeka, bangunan tersebut sempat kosong dan dikuasai oleh pasukan TNI pada Serangan Umum 1 Maret 1949, tanpa ada yang menempatinya hingga tahun 1951. Sejak tahun 1951, bangunan ini digunakan untuk kegiatan sekolah, dimulai sebagai Sekolah Teknik Negeri Kalasan (STNK) dari tahun 1951 hingga 1952, kemudian berfungsi sebagai STN Kalasan dari tahun 1952 hingga 1969, sebelum akhirnya menjadi SMP Negeri 1 Berbah hingga sekarang. Bangunan SMP N I Berbah menghadap ke arah selatan dan terdiri dari dua bagian utama. Bagian depan bangunan asli, yang sekarang dijadikan kantor, memiliki denah segi enam, sementara bagian belakangnya berbentuk persegi panjang dengan atap limasan. Bangunan asli dib...

avatar
Bernadetta Alice Caroline
Gambar Entri
Pabrik Gula Randugunting
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

Pabrik Gula Randugunting menyisakan jejak kejayaan berupa klinik kesehatan. Eks klinik Pabrik Gula Randugunting ini bahkan telah ditetapkan sebagai cagar budaya di Kabupaten Sleman melalui SK Bupati Nomor Nomor 79.21/Kep.KDH/A/2021 tentang Status Cagar Budaya Kabupaten Sleman Tahun 2021 Tahap XXI. Berlokasi di Jalan Tamanmartani-Manisrenggo, Kalurahan Tamanmartani, Kapanewon Kalasan, Kabupaten Sleman, pabrik ini didirikan oleh K. A. Erven Klaring pada tahun 1870. Pabrik Gula Randugunting berawal dari perkebunan tanaman nila (indigo), namun, pada akhir abad ke-19, harga indigo jatuh karena kalah dengan pewarna kain sintesis. Hal ini menyebabkan perkebunan Randugunting beralih menjadi perkebunan tebu dan menjadi pabrik gula. Tahun 1900, Koloniale Bank mengambil alih aset pabrik dari pemilik sebelumnya yang gagal membayar hutang kepada Koloniale Bank. Abad ke-20, kemunculan klinik atau rumah sakit di lingkungan pabrik gula menjadi fenomena baru dalam sejarah perkembangan rumah sakit...

avatar
Bernadetta Alice Caroline
Gambar Entri
Kompleks Panti Asih Pakem
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

Kompleks Panti Asih Pakem yang terletak di Padukuhan Panggeran, Desa Hargobinangun, Kecamatan Pakem, Kabupaten Sleman, merupakan kompleks bangunan bersejarah yang dulunya berfungsi sebagai sanatorium. Sanatorium adalah fasilitas kesehatan khusus untuk mengkarantina penderita penyakit paru-paru. Saat ini, kompleks ini dalam kondisi utuh namun kurang terawat dan terkesan terbengkalai. Beberapa bagian bangunan mulai berlumut, meskipun terdapat penambahan teras di bagian depan. Kompleks Panti Asih terdiri dari beberapa komponen bangunan, antara lain: Bangunan Administrasi Paviliun A Paviliun B Paviliun C Ruang Isolasi Bekas rumah dinas dokter Binatu dan dapur Gereja

avatar
Bernadetta Alice Caroline
Gambar Entri
Jembatan Plunyon Kalikuning
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

Jembatan Plunyon merupakan bagian dari wisata alam Plunyon-Kalikuning yang masuk kawasan TNGM (Taman Nasional Gunung Merapi) dan wisatanya dikelola Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) setempat, yaitu Kalikuning Park. Sargiman, salah seorang pengelola wisata alam Plunyon-Kalikuning, menjelaskan proses syuting KKN Desa Penari di Jembatan Plunyon berlangsung pada akhir 2019. Saat itu warga begitu penasaran meski syuting dilakukan secara tertutup. Jembatan Plunyon yang berada di Wisata Alam Plunyon-Kalikuning di Cangkringan, Kabupaten Sleman. Lokasi ini ramai setelah menjadi lokasi syuting film KKN Desa Penari. Foto: Arfiansyah Panji Purnandaru/kumparan zoom-in-whitePerbesar Jembatan Plunyon yang berada di Wisata Alam Plunyon-Kalikuning di Cangkringan, Kabupaten Sleman. Lokasi ini ramai setelah menjadi lokasi syuting film KKN Desa Penari. Foto: Arfiansyah Panji Purnandaru/kumparan "Syuting yang KKN itu kebetulan, kan, 3 hari, yang 1 hari karena gunungnya tidak tampak dibatalkan dan diu...

avatar
Bernadetta Alice Caroline