Ada sebuah kampung tempatnya di Tanjung Sasar dimana manusia pertama kali menginjakkan kakidi pulau Sumba, ada 3 orang bersaudara yang ingin menetap di Sumba yaitu Umbu Riri, Umbu Sebu, dan Umbu Kawolu, pada suatu hari mereka merencanakan untuk membangun sebuah rumah adat dan rumah itu mereka perkirakan harus diselesaikan rumah adat itu dalam waktu satu bulan, setelah itu mereka mulai mencari tempat untuk menetap dan tempat rumah adat itu, lalu mereka berpikir bagaimana kalau kita mencari tempat untuk menetap sambil berburuh,dan dimana kita mendapat hasil buruang disitulah kita menetap. Lalu mereka berangkatlah di sebelah barat pulau Sumba sambil berburuh mereka tiba di sebuah kampung, kampong itu di beri nama eloh mereka yaitu Elu Gika Na Pada Ngadu Gika Na Loda (Elopada). Setelah itu mereka menuju ke Loli tibalah di sebuah kampung dan mereka kehabisan makanan lalu mereka memberi nama kampung itu Tarung yang artinya tidak makan dengan sangat terpaksa mereka harus bermalam itu kampung...
Pada zaman dahulu di kampung Watumanu, hidup seorang nenek yang bernama Ine Wio. Dia hidup sendirian dan dia juga tergolong orang yang miskin. Hidupnya hanya bergantung pada hasil kebunnya. Ine Wio sangat rajin,walaupun sudah tua tapi terus bekerja. Pada pagi hari Ine Wio berangkat ke kebun. Tiba-tiba di tengah jalan,dia teringat kalau ada sesuatu yang lupa, yaitu tempat sirih pinang dengan pisau. Akhirnya Ine Wio kembali ke kampung, untuk mengambil barang yang dilupanya dan kembali lagi ke kebun. Tetapi sesampainya di tengah jalan di tempat yang sama, dia mengingat kalau ada sesuatu yang lupa lagi, yaitu anak ayam. Dia tidak pernah merasa lelah. Ine Wio pun segera kembali ke kampung untuk mengambil anak ayam dan kembali lagi ke kebun. Di kebunnya ada sebuah pondok yaitu tempat untuk beristirahat dan menyimpan hasil panen. Sesampainya di kebun, Ine Wio meletakkan barangnya di dalam pondok dan anak ayamnya diikat di tiang para-para di bawah tanah. Sesudah itu Ine Wio mulai bekerja. Dia...
Konon, Adalah dua bersaudara bernama Bobi dan Nombi. Keduanya yatim-piatu dan tunawisma. Untuk menyambung hidup keduanya mengemis kesana ke mari. Ndoi, janda yang tinggal di Monikuru beriba hati lalu merawat kedua anak itu. Kedua anak laki dan perempuan itu dipelihara dan dimanjakan oleh Ndoi bagaikan anak kandungnya sendiri. Tibalah masa kemarau yang amat panjang. Oleh karena lamanya musim kemarau itu, banyak orang terancam kelaparan. Kemarau yang luar biasa itu dipertanyakan oleh masyarakat kepada Mosalaki sebagai ketua adat. Kemudian disimpulkan pula oleh masyarakat bahwa kemarau panjang yang mengancam itu akibat adanya kesalahan dan dosa warga masyarakat pula. Dosa perzinahan menjadi tumpuan kesalahan paling krusial yang berakibatkan kelaparan sebagian besar masyarakat karena kekeringan yang berkepanjangan itu. Setelah diusut - usut, masyarakat menduga bahwa Bobi dan Nombi-lah yang karena hidup secara liar itu telah melakukan perbuatan mesum (incest), padahal keduanya sekandung...
cerita yang sangat unit dan menarik. Air Bama Merupakan sumber mata air utama untuk Kota larantuka. Pada zaman dahulu kala di Desa Onge kampung lama dari Desa Lewokluo ( sekarang ), tinggallah dua bersaudara. Yang pria bernama Bolok Jawa dan wanita bernama Sabu Peni.mereka berasal dari marga Leyn. Orang tua mereka sudah meninggal di kala keduanya telah berajak remaja. Keduanya hidup rukun dan damai. Bolok Jawa berladang dan menyadap lontar sedangkan Sabu Peni menenun dan mengurus rumah tangga selayaknya semua wanita di kala itu. Air minum merupakan masalah utama bagi Desa Onge maupun desa desa di sekitarnya. Hal ini sangat dirasakan apabila musim kemarau tiba. Penduduk mengeluh kekurangan air. Tidak jarang penduduk meninggal akibat kehausan. Apabila musim kemarau tiba kaum wanita beramai ramai memasuki hutan untuk menyadap embun pagi yang tergenang di dedaunan. Pekerjaan yang sangat berat dan membosankan selama enam bulan lamanya. Menjelang pagi buta mereka memasuki hutan membaw...
Lagu ini menceritakan bagaimana seorang ibu memanggil anaknya untuk berkumpul bersama Mai fali e Mai fali e Mama hala ita fali e Mai fali e Mai fali e Mama hala ita fali e Le doa tenaso Mulaka modiso Mama hala ita fali e Mai fali e, fali leo e Mama hala ita fali e
Tarian caci adalah tradisi masyarakat Manggarai, Nusa Tenggara Timur. Uniknya, Tarian caci tak hanya menampilkan gerak tari. Masuk dalam kategori Martial Arts, Tarian caci juga menyajikan nyanyian, musik tradisional , hingga aksi bela diri. Semula, Tarian Caci dilakukan sebagai ritual permohonan izin untuk memotong pohon yang dihuni oleh arwah nenek moyang. Namun kini, tarian Caci menjelma sebagai upacara penyambutan tamu atau biasa dihelat sebagai bentuk rasa syukur oleh masyarakat suku Tado, Manggarai, Nusa Tenggara Timur. Tarian caci juga identik dengan sebutan tarian perang. Aksi tarian perang ini akan memperlihatkan pertarungan 2 kelompok, yakni kelompok yang menyerang dan kelompok yang menangkis. D ibalik atraktifnya tarian Caci, nyatanya juga sarat akan filosofi hidup manusia. Ini terlihat dari 3 properti yang digunakan, yakni larik atau pecut yang dianalogikan sebagai kekuatan arwah jahat. Sedangkan nggiling atau perisai dan koret atau...
Manek Bot dan Bete Dou adalah anak laki-laki dan perempuan seorang raja. Bete Dou adalah seorang putri yang cantik jelita. Seluruh keluarga sangat menyayanginya. Saking sayangnya, sang Raja serta sang Permaisuri membuatkan rumah kecil di atas pohon beringin besar dan rimbun. Tujuannya agar sang Putri aman dari segala bahaya. Manek Bot diberi tugas untuk membuat rumah tersebut. Jika ingin datang ke rumah itu, Manek Bot menyediakan tangga yang terdiri dari dua puluh satu anak tangga. Dua puluh satu anak tangga itu terbagi menjadi tujuh anak tangga besar, tujuh sedang, dan tujuh kecil. Sang Raja meminta sang Putri untuk menetap di rumah pohon itu. Sang Putri pun melalui kehidupan seorang diri di rumah pohon tersebut. Pekerjaan sehari-harinya adalah menyulam dan mengayam tikar. Karena bosan dan sedih, saat malam ia sering menyanyikan lagu-lagu sedih. Suatu malam, seorang putra raja dari Kerajaan Loro yang bernama Mane Loro mendengar lagu sedih Putri Bete Dou. Mane Loro seger...
flobamora tanah air ku yang tercinta........ tempat beta ... di besarkan ibunda meski beta lama jauh di rantau orang beta inga mama janji pulang e Biar pun tanjung teluknya jauh tapele nusa ku tapi slalu terkenang di kalbu ku u.....u...u.... Anak timor main sasando dan ma nyanyi bolelebo rasa girang dan badendang pulang e......... Hampir siang beta bangun sambil managis mengenangkan flobamora lelebo................. rasa dingin beta ingat di pangku mama air mata basa pipi sayang e.......... Sumber : www.lagu-daerah.com/2015/06/lirik-lagu-daerah-nusa-tenggara-timur.html
Kabupaten Sumba Barat merupakan salah satu kabupaten di provinsi Nusa Tenggara Timur. Sumba Barat ini memiliki tradisi perkawinan yang unik dan khas. Dalam tradisi perkawinan, Sumba Barat memiliki sejumlah syarat yang harus dipenuhi oleh calon pengantin pria dan wanita. Perempuan yang sudah siap berumah tangga selain matang secara biologis, harus mempunyai ketermpilan khusus khas Sumba, seperti: Menenun kain atau sarung (matonu ingi monno ghee), pandai membuat tempat siri pinang (mawana kaleku pamama), pandai menari (nego), kerja kebun(manairo oma), sopan dan selalu berbakti kepada orang tuanya Pada zaman dahulu bua wine pria yang siap dipinang atau atau dilamar, biasa menggunakan mamoli sebagai lambang kedewasaan. Demikian halnya dengan bua mane, selain matang secara biologis mereka juga harus mempunyai keterampilan-keterampilan khusus pria Sumba, seperti: Harus pandai menari (kataga), memiliki ketangkasan dan kealihan menungg...