|
|
|
|
Upacara Kelah Tanggal 05 Aug 2018 oleh OSKM18_16918369_Serena Dagun. |
Upacara Kelah
Mungkin ini pertama kali anda mendengar upacara ini, namun asal anda tahu ini merupakan puncak upacara adat dalam kehidupan manusia. Upacara Kelah ini berasal dari wilayah Manggarai, baik Manggarai Barat, Timur, dan Raya. Upacara ini merupakan ritual pelepasan resmi arwah ke dunia lain. Dalam keyakinan adat orang Manggarai, kehidupan orang hidup dan mati diibaratkan dipisahkan oleh air, dimana Kelah ini merupakan upacara pengantaran arwah tersebut melewati sisi lain dari air.
Upacara Kelah ini merupakan upacara penutup dari kehidupan manusia. Piar Sumpeng salah satu upacara khas Manggarai juga menjadi upacara pengawalan kehidupan manusia. Upacara ini dilaksanakan saat bayi pertama lahir ke dunia. Ada hal yang menjadi alasan penting kenapa Kelah dilaksanakan : supaya arwah tersebut tidak bergentayangan lagi.
Kelah dapat berlangung kapan saja. Setelah seseorang meninggal pihak keluarga menentukan bulan kapan kelah dilaksanakan biasanya dilakukan setelah waktu panen. Namun kadang ada juga yang melaksanakannya setelah upacara tiga hari meninggalnya orang tersebut yang bernama Sor Wae.
Dalam acara kelah yang diundang adalah besan peremuan yang disebut anak rona dan besan laki-laki yang disebut anak woe. Malam sebelum acara kelah berlangsung, dilaksanakan ritual adat yang bernama Takung yang berarti memberi. Dalam ritual Takung ini seluruh arwah dipanggil dan diberi sesajen berupa ayam jantan. Setelah itu pada pagi hari dilaksanakan acara bernama Pangga yang berarti pembatas. Acara Pangga ini merupakan acara perlindungan dari roh jahat. Anak rona yang memimpin pembacaan mantra dan doa supaya kesedihan keluarga yang ditinggalkan diubah menjadi kebahagian dan kesejahteraan. Saat Pangga berlangsung pintu ditutup dan semua keluarga berkumpul. Dalam acara pangga ini juga terdapat penyembelihan babi di pintu masuk. Lalu bagian dalam babi tersebut dibakar sebagai sesajen kepada roh. Dalam Upacara Kelah ini setiap anak rona membawa hadiah untuk keluarga seperti babi, beras, dan lain-lain. Namun setelah acara selesai barang tersebut diuangkan kembali oleh pihak keluarga pelaksana Kelah dan uang tersebut harus lebih besar dari harga barang aslinya. Sedangkan anak woe wajib membantu keluarga yang ditinggalkan berupa uang tanpa imbalan, tidak seperti anak rona.
#OSKMITB2018
Gambus
Oleh
agus deden
| 21 Jun 2012.
Gambus Melayu Riau adalah salah satu jenis instrumental musik tradisional yang terdapat hampir di seluruh kawasan Melayu.Pergeseran nilai spiritual... |
Hukum Adat Suku...
Oleh
Riduwan Philly
| 23 Jan 2015.
Dalam upaya penyelamatan sumber daya alam di kabupaten Aceh Tenggara, Suku Alas memeliki beberapa aturan adat . Aturan-aturan tersebut terbagi dal... |
Fuu
Oleh
Sobat Budaya
| 25 Jun 2014.
Alat musik ini terbuat dari bambu. Fuu adalah alat musik tiup dari bahan kayu dan bambu yang digunakan sebagai alat bunyi untuk memanggil pend... |
Ukiran Gorga Si...
Oleh
hokky saavedra
| 09 Apr 2012.
Ukiran gorga "singa" sebagai ornamentasi tradisi kuno Batak merupakan penggambaran kepala singa yang terkait dengan mitologi batak sebagai... |