Pada zaman dahulu kala, hiduplah sebuah keluarga kecil, yang terdiri dari pasangan suami istri dan dikaruniai dua orang anak. Karunia anak pertama di beri nama Kopong,dan yang bungsu diberi nama Barek. Kehidupan dari keluarga ini sangatlah berkekurangan. Ayah dari Kopong dan Barek bernama Demon yang bekerja sebagai pemungut kayu bakar dan hasil pungutan dijual untuk menghasilkan uang,sedangkan ibu mereka bernama Benga, yang bekerja sebagai pengurus rumah tangga.
Disuatu ketika tepatnya malam hari,duduklah suami istri beserta dua orang anaknya untuk makan malam bersama. Disela makan malam,terlintas dipikiran Demo yang ingin mengatakan sesuatu kepada sang istri. Dan seusai makan malam, Demon memerintah Kopong dan Barek untuk segera tidur, karena ada sesuatu yang ingin dibicarakan kepada sang istri, yang mana tidak boleh diketahui oleh Kopong dan Barek. Sesuai perintah, akhirnya keduanya pun beranjak bangun dari tempat duduk dan tidur. Disela perbincangan sang suami dan istrinya, sang suami menceritakan bahwa ia tak sanggup lagi untuk menghidupi keluarga, terutama Kopong dan Barek yang dianggap bisanya cuma menambah beban keluarga. Mendengar keluhan sang suami,ternyata sang istri juga memendam perasaan yang sama,yakni sama-sama tertekan dengan keberadaan Kopong dan Barek dalam keluarga. Diakhir perbincangan, keduanya mengambil suatu keputusan, yakni membuang Kopong dan Barek sejauh mungkin dari keluarga. Ditengah perbincangan tadi,ternyata dengan tanpa sengaja didengar oleh si Kopong yang masih belum mengantuk karena banyaknya nyamuk yang mengganggu suasana tidurnya.
Keesokan harinya disaat fajar menyingsing, Demon memerintahkan kedua anaknya untuk bersiap-siap mengikuti sang ayah dan ibu menuju hutan, dengan alasan mencari kayu. Mendengar perintah itu si Kopong mulai membaca pikiran ayahnya tentang perlakuan terhadap mereka sesampai di hutan nanti. Dengan bayangan yang ada, Kopong mengumpulkan kerikil sebanyak mungkin sebagai persiapan menuju hutan. Dalam perjalanan, diambilnya satu-persatu kerikil yang ada dan diletakan sepanjang perjalanan menuju hutan, dengan maksud agar ia bersama adiknya Barek dapat mengetahui jalan pulang melalui bantuan kerikil yang tersimpan sepanjang jalan.
"Tibalah mereka di tengah hutan". Sang ayah membagi arah pencarian kayu. Diperintahkannya Kopong dan Barek ke arah lain untuk mencari kayu. Dan yang terjadi setelah itu adalah, sang suami bersama istri berbelok untuk pulang ke rumah tanpa pengetahuaan kedua anaknya. Selang beberapa jam kemudian, Kopong menyuruh adiknya untuk pulang ke rumah dengan mengikuti arah kelikir yang sudah diletakan sepanjang perjalanan tadi. Dan akhirnya,sampailah juga mereka dirumah dengan selamat. Sesampai didepan pintu, kedua orang tua mereka terkejut akan kehadiran anak mereka, yang sebenarnya sudah dipastikan tersesat. Namun kehadiran mereka diterima dengan tangisan sandiwara.
Menjelang malam tersusun kembali rencana yang sama dari kedua orangtua Kopong dan Benga. Dan yang sama pula pembicaraannya didengar oleh si sulung. Keesokan harinya, si Kopong menyiapkan sepotong roti dengan maksud yang sama,seperti halnya dilakukan dengan kerikil. Sang ayah kembali mengajak mereka ke hutan yang lebih jauh dari yang kemarin. Dalam perjalanan, si Kopong melakukan hal yang sama dengan roti yang ada,sebagai penunjuk jalan sepulang nanti. Sesampai di hutan, pembagian arah yang sama pula dilakukan oleh sang ayah, dan sang suami beserta istri pulang meninggalkan kedua anaknya. Melihat sandiwara yang ada, si Kopong dan Barek kembali pulang mengikuti arah roti yang sudah diletakan sepanjang perjalanan tadi. Namun yang terjadi adalah,roti yang ada habis dimakan semut,sehingga tidak ada petunjuk yang jelas yang harus diikuti menuju jalan pulang. Ditengah kebingungan yang ada,terlihat sebuah pohon yang amat tinggi,dan si Kopong berusaha untuk naik keatas pohon itu, agar ia bisa memantau jalan pulang. Terlihatlah sebuah rumah yang sangat terang dan besar. Kopong mengajak adiknya untuk berjalan menuju arah rumah tersebut.
"Sampailah juga mereka di rumah itu". Namun tak disangka,rumah itu dihuni oleh raksasa yang sangat besar yang biasanya memangsa manusia. Dan pada akhirnya kedua anak itu ditangkap dan dikurung dalam rumah itu. Melihat postur tubuh yang amat kecil, akhirnya raksasa memutuskan untuk memelihara terlebih dahulu kedua anak itu, kelak besar nanti dan disitulah saatnya raksasa menyantap mereka. Suatu ketika, raksasa keluar dari rumah untuk mencari makanan. Kesempatan itu diambil oleh Kopong dan Barek untuk kabur dari rumah. Raksasa terasa mencium bau kedua anak yang telah kabur. Raksasa berusaha mengejar kedua anak itu, namun usahanya hanyalah sia-sia belaka karena disela ketakutan kedua anak itu ,terlihat dari langit seekor elang sembari menggenggam seekor anak ayam terbang menghampiri kedua anak itu dan menyuruh Kopong dan Barek naik keatas punggungnya. Elang itu mengepakkan sayapnya dan terus terbang hingga mengantar Kopong dan Barek ke isebuah kerajaan.
Setelah mengantarkan kedua anak itu, dengan bahasa isyarat, elang memberikan anak ayam tadi kepada Kopong untuk dipelihara dan setelah itu elang itu kembali terbang tak tahu kemana. Dalam kerajaan itu,dipimpin oleh seorang raja yang bijak dan baik hati. Raja itu menyuruh Kopong dan Benga untuk tinggal di kerajaan. Kedua anak itu pun mengikuti ajakan raja. Waktu terus berganti seiring pertambahan umur kedua anak itu dan kini mereka telah dewasa, serta ayam yang dipelihara juga kini menjandi seekor ayam jantan yang sangat tangguh.
Suatu ketika karena umur raja yang sudah terlalu jauh masuk ke masa tua, ia akhirnya melakukan suatu sayembara yaitu sabung ayam. Yang menang dalam sayembara itu, berhak menjadi raja baru dalam kerajaan itu. Mendengar itu, Kopong meminta izin kepada raja untuk turut mengikuti sayembara tersebut. Izin pun dilimpahkan raja kepada Kopong. Keesokan harinya sayembara pun dibuat. Dan entah ada angin apa, sayembara itu akhirnya dimenangkan oleh Kopong.Raja sangat bangga dengan kemenangan yang dicapai Kopong.Disaat itu juga pelimpahan kekuasaan diberikan kepada Kopong untuk menjadi pemimpin di kerajaan itu. Setahun kepemimpinan telah dijalani, terlintas dipikirannya tentang orangtua. Kopong dan Barek berniat untuk menjumpai orang tua mereka. Akhirnya Kopong memerintah pengawalnya untuk mengantar mereka di tempat orangtua mereka tinggal. Sesampainya disana, kebingungan orangtua mereka mulai nampak. Demon dan Benga tidak mengenal dengan jelas wajah dari Kopong dan Barek. Akhirnya Kopong menjelaskan semua tentang apa yang terjadi selama ini. Suasana haru kembali nampak. Air mata pun turut hadir dalam suasana itu. Penyesalan demi penyesalan terus diungkapkan dari sang ayah atas tindakannya menelantarkan mereka. Seusai tangisan itu,Kopong dan Barek mengajak orangtua mereka untuk pindah dan tinggal di istana. Akhirnya suasana kemiskinan kini sudah hilang. Keluarga kecil itu kini hidup dengan suasana kasih dan dilimpahi kebahagiaan yang luar biasa.
SUMBER : https://nusantaralogin.blogspot.com/2013/07/kumpulan-cerita-daerah-nusa-tenggara.html?m=
Wisma Muhammadiyah Ngloji adalah sebuah bangunan milik organisasi Muhammadiyah yang terletak di Desa Sendangagung, Kecamatan Minggir, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Wisma ini menjadi pusat aktivitas warga Muhammadiyah di kawasan barat Sleman. Keberadaannya mencerminkan peran aktif Muhammadiyah dalam pemberdayaan masyarakat melalui pendekatan dakwah dan pendidikan berbasis lokal.
SMP Negeri 1 Berbah terletak di Tanjung Tirto, Kelurahan Kalitirto, Kecamatan Berbah, Sleman. Gedung ini awalnya merupakan rumah dinas Administratuur Pabrik Gula Tanjung Tirto yang dibangun pada tahun 1923. Selama pendudukan Jepang, bangunan ini digunakan sebagai rumah dinas mandor tebu. Setelah Indonesia merdeka, bangunan tersebut sempat kosong dan dikuasai oleh pasukan TNI pada Serangan Umum 1 Maret 1949, tanpa ada yang menempatinya hingga tahun 1951. Sejak tahun 1951, bangunan ini digunakan untuk kegiatan sekolah, dimulai sebagai Sekolah Teknik Negeri Kalasan (STNK) dari tahun 1951 hingga 1952, kemudian berfungsi sebagai STN Kalasan dari tahun 1952 hingga 1969, sebelum akhirnya menjadi SMP Negeri 1 Berbah hingga sekarang. Bangunan SMP N I Berbah menghadap ke arah selatan dan terdiri dari dua bagian utama. Bagian depan bangunan asli, yang sekarang dijadikan kantor, memiliki denah segi enam, sementara bagian belakangnya berbentuk persegi panjang dengan atap limasan. Bangunan asli dib...
Pabrik Gula Randugunting menyisakan jejak kejayaan berupa klinik kesehatan. Eks klinik Pabrik Gula Randugunting ini bahkan telah ditetapkan sebagai cagar budaya di Kabupaten Sleman melalui SK Bupati Nomor Nomor 79.21/Kep.KDH/A/2021 tentang Status Cagar Budaya Kabupaten Sleman Tahun 2021 Tahap XXI. Berlokasi di Jalan Tamanmartani-Manisrenggo, Kalurahan Tamanmartani, Kapanewon Kalasan, Kabupaten Sleman, pabrik ini didirikan oleh K. A. Erven Klaring pada tahun 1870. Pabrik Gula Randugunting berawal dari perkebunan tanaman nila (indigo), namun, pada akhir abad ke-19, harga indigo jatuh karena kalah dengan pewarna kain sintesis. Hal ini menyebabkan perkebunan Randugunting beralih menjadi perkebunan tebu dan menjadi pabrik gula. Tahun 1900, Koloniale Bank mengambil alih aset pabrik dari pemilik sebelumnya yang gagal membayar hutang kepada Koloniale Bank. Abad ke-20, kemunculan klinik atau rumah sakit di lingkungan pabrik gula menjadi fenomena baru dalam sejarah perkembangan rumah sakit...
Kompleks Panti Asih Pakem yang terletak di Padukuhan Panggeran, Desa Hargobinangun, Kecamatan Pakem, Kabupaten Sleman, merupakan kompleks bangunan bersejarah yang dulunya berfungsi sebagai sanatorium. Sanatorium adalah fasilitas kesehatan khusus untuk mengkarantina penderita penyakit paru-paru. Saat ini, kompleks ini dalam kondisi utuh namun kurang terawat dan terkesan terbengkalai. Beberapa bagian bangunan mulai berlumut, meskipun terdapat penambahan teras di bagian depan. Kompleks Panti Asih terdiri dari beberapa komponen bangunan, antara lain: Bangunan Administrasi Paviliun A Paviliun B Paviliun C Ruang Isolasi Bekas rumah dinas dokter Binatu dan dapur Gereja
Jembatan Plunyon merupakan bagian dari wisata alam Plunyon-Kalikuning yang masuk kawasan TNGM (Taman Nasional Gunung Merapi) dan wisatanya dikelola Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) setempat, yaitu Kalikuning Park. Sargiman, salah seorang pengelola wisata alam Plunyon-Kalikuning, menjelaskan proses syuting KKN Desa Penari di Jembatan Plunyon berlangsung pada akhir 2019. Saat itu warga begitu penasaran meski syuting dilakukan secara tertutup. Jembatan Plunyon yang berada di Wisata Alam Plunyon-Kalikuning di Cangkringan, Kabupaten Sleman. Lokasi ini ramai setelah menjadi lokasi syuting film KKN Desa Penari. Foto: Arfiansyah Panji Purnandaru/kumparan zoom-in-whitePerbesar Jembatan Plunyon yang berada di Wisata Alam Plunyon-Kalikuning di Cangkringan, Kabupaten Sleman. Lokasi ini ramai setelah menjadi lokasi syuting film KKN Desa Penari. Foto: Arfiansyah Panji Purnandaru/kumparan "Syuting yang KKN itu kebetulan, kan, 3 hari, yang 1 hari karena gunungnya tidak tampak dibatalkan dan diu...