Keberadaan Batik Babaran Wonogiren dimulai dari pengembangan Motif Batik Mangkunagaran. Pengertian Batik Wonogiren bukan dari Kabupaten Wonogiri, tetapi hasil karya seorang pembatik asal Pura Mangkunagaran. Nama Wonogiren diambil dari nama istri seorang Bupati Wonogiri bernama Kanjeng Wonogiren. Batik Wonogiren adalah batik dengan babaran cara Kanjeng Wonogiren. Pada perkembangannya babaran Wonogiren digemari oleh masyarakat pengguna kain batik pada saat kekuasaan KGPAA Mangkunagara VII – VIII. Batik Wonogiren merupakan salah satu motif untuk memberi ciri khas dan menandai daerah kekuasaannya di daerah Wonogiri. Tirtomoyo merupakan daerah pembatikan terbesar di Kabupaten Wonogiri, yang mempunyai kaitan erat dengan sejarah masuknya seni kerajinan batik dari budaya Mataram di Surakarta kedalam konsep batik Wonogiren. Peran masyarakat Kecamatan Tirtomoyo dalam pengembangan motif batik Wonogiren adalah menghasilkan motif-motif batik kreasi baru dengan efek remukan pada motif...
Istilah lintang ngalih yang dipakai untuk menamakan jenis permainan anak ini, terdiri dari 2 (dua) buah kata, yaitu: lintang berarti bintang; ngalih, berasal dari kata "alih" berarti pindah. Jadi istilah lintang ngalih, berarti bintang berpindah atau bintang beralih. Di lain daerah, ada pula yang menamakan jenis permainan ini dengan istilah: "Lintang Alihan", yang berarti bintang pindahan. Dari kedua istilah yang diartikan menurut etimologinya itu dalam kaitannya dengan peristiwa jalannya permainan ini, di kandung maksud bahwa permainan lintang ngalih atau lintang Alihan merupakan kegiatan anak-anak yang diwujudkan dalam bentuk gerakan-gerakan mengandung unsur olahraga dengan menggambarkan rangkaian peristiwa berpindah-pindahnya bintang dari suatu tempat ke tempat lain secara berturut-turut. Permainan ini dapat dilakukan oleh anak-anak baik laki-laki, perempuan maupun campuran yang berusia 7 sampai 13 tahun dengan jumlah peserta biasanya berkisar antara 10 sampai 14 orang bahkan d...
Candi Borobudur sudah ditemukan sejak tahun 1814, namun baru pada tahun 1885, Relief Karmawibhangga diketahui. Relief Karmawibhangga ditemukan oleh seorang arkeolog bernama J. W. Izzerman. Pada awal penemuan Candi Borobudur, relief ini tidak langsung terlihat karena tertutup batu-batu yang disusun sebagai teras. Akibatnya, tingkat Kamadhatu dianggap sebagai tingkatan candi yang paling bawah. Relief Karmawibhangga terdiri dari 160 panel. Secara keseluruhan, relief ini menggambarkan hukum sebab akibat. Apabila di panel kanan menggambarkan sebab, maka di panel kanan akan digambarkan akibatnya. Karmawibhangga juga menggambarkan kondisi sosial masyarakat Jawa pada masa itu. Beberapa panel menggambarkan kelompok masyarakat seperti kelompok rohaniwan, pedagang, serta bangsawan. Ditampilkan pula kebiasaan bercocok tanam serta kesenian yang tengah tumbuh di masyarakat. Sekitar tahun 1890-an, seluruh batu teras penutup Karmawibhangga pernah dilepas. Keseluruhan panel pun diabadika...
Banyak yang mengatakan tak lengkap bila berlibur ke Solo tanpa mencicipi Serabi Notosuman. Brand serabi yang terkenal ini diambil dari nama jalan, tempat pertama kali kios serabi ini didirikan. Ya, Jalan Notosuman yang sekarang berubah nama menjadi Jalan Moh Yamin. Perubahan nama jalan pun tidak berpengaruh dan brand ini tetap dikenal dengan nama Serabi Notosuman. Dikatakan, penjual serabi yang telah merintis usaha sejak 1923 ini berasal dari satu keturunan Hoo Gek Hok. Di Solo ini, ada dua serabi Notosuman yang dikenal sebagai serabi bungkus hijau dan serabi bungkus oranye. Serabi Notosuman bungkus hijau dikenal sebagai Serabi Nyonya Lidia yang bertempatan Jalan Moh Yamin No.28, sementara Serabi bungkus oranye dikenal sebagai Serabi Notosuman Nyonya Handayani bertempatan di Jalan Moh Yamin No.51. Bila membicarakan proses pembuatan Serabi Notosuman, pun terbilang masih sederhana dan tradisional. Masih menggunakan tungku dan arang. Dengan adonan yang telah disiapkan aka...
Benteng Pendem Ambarawa Benteng Fort Willem I atau lebih dikenal dengan nama Benteng Pendem Ambarawa adalah bangunan bersejarah yang berada di Ambarawa, Semarang , Jawa Tengah . Benteng yang dibangun pada tahun 1834 dan selesai 1845 , ini berada dekat dengan Museum Kereta Api , atau di belakang Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Ambarawa, dan berada di kompleks Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Kelas II Ambarawa. Benteng ini pernah digunakan sebagai lokasi pengambilan gambar untuk film Soekarno yang di sutradarai oleh Hanung Bramantyo Menggunakan istilah pendem atau pendhem (bahasa Jawa ) karena benteng ini berada di bawah tanah atau terkubur, sebagai siasat perang. Untuk menjangkau situs sejarah ini ada dua jalan masuk, pertama dapat melewati jalan alternatif dekat dengan RSUD Ambarawa. Dan yang ke-dua melewati pintu masuk ke Lapas Ambarawa...
Sambal Walang Sangit Sambal merupakan jenis makanan Indonesia yang tidak dapat dipisahkan dalam kehidupan sehari-hari. Di Indonesia terdapat berberapa jenis sambal seperti sambal bawang, sambal trasi, sambal pecel, sambal tomat dan masih banyak lagi. Di desa Songputri Wonogiri terdapat jenis sambal yang cukup extrim yaitu sambel walang sangit. Walang Sangit merupakan jenis hama serangga yang mengeluarkan bau menyengat dan cenderung tidak disukai oleh manuisa. Akan tetapi di desa Songputri, Wonogori jenis serangga ini dijadikan sebagai bahan membuat sambal. Belum diketahui sejak kapan jenis sambel ini mulai dikonsumsi oleh masyarakat di daerah Wonogiri. Berberapa pendapat mengatakan bahwa sambel ini tercipta karena adanya kreasi masyarakat akibat rendahnya kualitas sumber daya pangan yang tersedia. Di Wonogori hampir sebagian besar tanahnya tidak terlalu subur, berbatuan dan kering sehingga sulit untuk ditanami. Sulitnya masyarakat dalam bertanam tersebut menyebabkan masyarak...
Kemeriahan dapat dilihat sepanjang Jalan Sudiroprajan dengan adanya gunungan kue keranjang, atraksi barongsai, reog ponorogo dan kesenian Jawa lain serta hiasan lampion. Pemandangan yang dapat disaksikan di Solo, Jawa Tengah ketika Grebeg Sudiro. Grebeg Sudiro diadakan untuk memperingati Tahun Baru Imlek dengan perpaduan budaya Tionghoa dan jawa. Perayaan ini mulai dilaksanakan sejak 2007. Penggagas utamanya ialah Bapak Oei Bengki, Bapak Sarjono Lelono Putro dan Bapak Kamajaya yang kemudian mendapat persetujuan dari Kepala Kelurahan Sudiroprajan beserta jajaran aparatnya, para budayawan dan tokoh masyarakat serta LSM di Kelurahan Sudiroprajan. Orang-orang yang patut kita apresiasikan karena telah terlibat secara aktif mendorong pelaksanaan perayaan yang membangunkan rasa persatuan umat di Solo.
Permainan Tradisional : Egrang Nama permainan ini berbeda-beda setiap daerahnya seperti di Bengkulu disebut Ingkau yang berarti sepatu bambu. Sumatera Barat dinamakan Tengkak-tengkak. Lampung disebut Egrang yang berarti terompah pancung, terbuat dari pohon bambu bulat panjang dan di Jawa Tengah dikatakan Jangkungan/Egrang yang diambil dari nama burung berkaki panjang, Batungkau di Kalimantan Selatan, Tilako di Sulawesi Tengah, dan Marjalengkat di Batak Toba. Di Pulau Jawa, permainan Egrang banyak dijumpai dan dimainkan layaknya permainan biasa, yaitu dengan berjalan kaki. Namun di daerah Sulawesi Tengah, Egrang biasanya digunakan untuk perlombaan balapan Egrang. Tidak hanya sekedar balapan, tapi juga sambil saling menjatuhkan dengan cara memukul kaki Egrang lawan. Di daerah Batak Toba, Egrang atau Marjalengkat ini pada waktu tempo dulu sering dilakukan sebagai ajang adu ketangkasan yang berdaya guna untuk meningkatkan kemampuan berlari dengan me...
Omah Lowo dikenal dengan sebutan Gedung Lowo karena sudah lama tidak digunakan. Karena banyaknya populasi kelalawar yang menghuni rumah ini, maka rumah ini dijuluki sebagai Omah Lowo. Luas bangunan rumah ini diperkirakan sekitar 1.500 meter persegi yang berdiri di atas lahan seuas 3000 meter persegi, memiliki 4 kmar tidur yang luas, dimana 2 kamar berada di sebelah sisi kanan dan 2 kamar lainnya berada di sebelah sisi kiri rumah, serta dipisahkan dengan 2 buah ruangan yang cukup besar. Pada tahun 1990-an rumah ini sempat digunakan sebagai kantor haji dan kamar dagang. Pada awalnya digunakan sebagai rumah tinggal bangsawan atau penjabat Belanda. Pada tahun 1945 rumah ini dibeli dan dihuni oleh sepasang keluarga Sie Djian Ho. Terletak di jalan Slamet Riyadi yang bertuliskan "Villa Liberty" dengan bentuk khas arsitektur kolonial. Pada masa kemerdekaan Omah Lowo pernah ditinggali sebagai salah satu tempat persembunyian para gerilyawan, dan setelah merdeka bangunan di serahkan ke pemerinta...