×

Akun anda bermasalah?
Klik tombol dibawah
Atau
×

DATA


Kategori

Cerita Rakyat

Elemen Budaya

Cerita Rakyat

Provinsi

Jawa Tengah

Asal Daerah

Ambarawa

Benteng Pendem Ambarawa (Benteng Fort Willem I) #DaftarSB2019

Tanggal 13 Feb 2019 oleh Yunitakartika12 .

Benteng Pendem Ambarawa

 

Benteng Fort Willem I atau lebih dikenal dengan nama Benteng Pendem Ambarawa adalah bangunan bersejarah yang berada di Ambarawa, SemarangJawa Tengah. Benteng yang dibangun pada tahun 1834 dan selesai 1845, ini berada dekat dengan Museum Kereta Api, atau di belakang Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Ambarawa, dan berada di kompleks Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Kelas II Ambarawa. Benteng ini pernah digunakan sebagai lokasi pengambilan gambar untuk film Soekarno yang di sutradarai oleh Hanung Bramantyo

 

Menggunakan istilah pendem atau pendhem (bahasa Jawa) karena benteng ini berada di bawah tanah atau terkubur, sebagai siasat perang. Untuk menjangkau situs sejarah ini ada dua jalan masuk, pertama dapat melewati jalan alternatif dekat dengan RSUD Ambarawa. Dan yang ke-dua melewati pintu masuk ke Lapas Ambarawa, dan dan dari situ bangunan benteng terletak disebelah kirinya.

Pada tahun 1840-an ketika VOC berkuasa di JawaAmbarawa merupakan titik sumbu strategis antara Semarang dan Surakarta. Pada awal abad 18, VOC membangun benteng benteng di sepanjang jalur Semarang – Oenarang (sekarang Ungaran) – Salatiga – Surakarta (Solo). Rancangan ini dimaksudkan untuk pengembangan hubungan dengan Kerajaan Mataram. Kamp-kamp militer juga dibangun di kota kota yang dilalui, tak terkecuali Ambarawa. Pada masa kekuasaan Kolonel Hoorn, tahun 1827-1830, sempat ada barak militer dan penyimpanan logistik militer, dan pada tahun 1834 dibangunlah sebuah benteng modern di Ambarawa yang kemudian diberi nama Benteng Willem I yang pembangunannya berakhir pada tahun 1845.

Pada tahun 1853 sampai tahun 1927 digunakan sebagai barak militer KNIL yang terhubung ke MagelangYogyakarta, dan Semarang melalui jalur kereta api. Pada umumnya benteng dibangun dengan prinsip defensif dan kuat yang dimaksudkan untuk pertahanan dari serangan musuh. Sering dijumpai pula dibangun parit mengelilingi benteng untuk memaksimalkan pertahanan. Namun Benteng Willem I ini ternyata memiliki desain yang berbeda. Dengan banyak jendela, benteng ini bukan dirancang untuk pertahanan. Kemungkinan adalah untuk barak militer dan penyimpanan logistik militer. Di benteng ini juga tidak dilengkapi bangunan sebagai tameng. Dan tidak ada bekas bekas lobang di puncak puncak dinding seperti halnya pada benteng benteng peninggalan Portugis yang dirancang untuk memasang meriam.

Riwayat benteng :

No

Tahun

Keterangan

1

1834-1845

Pembangunan benteng

2

1865

Terjadi gempa bumi besar yang mengakibatkan beberapa bagian bangunan benteng hancur

3

1927

Benteng Willem I disesuaikan dari penjara tawanan anak anak menjadi penjara tahanan politik dan tahanan dewasa

4

19421945

Dikuasai Jepang dan dipergunakan sebagai kamp militer

5

1945

Markas besar TKR (Tentara Keamanan Rakyat)

6

1950

Sebagai penjara dewasa dan barak militer

7

1985

Sebagai penjara anak anak dan barak militer

8

1991

Sebagai Penjara kelas IIB dan barak militer

9

2003–sekarang

Lapas Kelas II A dan barak militer

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Benteng Pendem Ambarawa

 

Benteng Fort Willem I atau lebih dikenal dengan nama Benteng Pendem Ambarawa adalah bangunan bersejarah yang berada di Ambarawa, SemarangJawa Tengah. Benteng yang dibangun pada tahun 1834 dan selesai 1845, ini berada dekat dengan Museum Kereta Api, atau di belakang Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Ambarawa, dan berada di kompleks Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Kelas II Ambarawa. Benteng ini pernah digunakan sebagai lokasi pengambilan gambar untuk film Soekarno yang di sutradarai oleh Hanung Bramantyo

 

Menggunakan istilah pendem atau pendhem (bahasa Jawa) karena benteng ini berada di bawah tanah atau terkubur, sebagai siasat perang. Untuk menjangkau situs sejarah ini ada dua jalan masuk, pertama dapat melewati jalan alternatif dekat dengan RSUD Ambarawa. Dan yang ke-dua melewati pintu masuk ke Lapas Ambarawa, dan dan dari situ bangunan benteng terletak disebelah kirinya.

Pada tahun 1840-an ketika VOC berkuasa di JawaAmbarawa merupakan titik sumbu strategis antara Semarang dan Surakarta. Pada awal abad 18, VOC membangun benteng benteng di sepanjang jalur Semarang – Oenarang (sekarang Ungaran) – Salatiga – Surakarta (Solo). Rancangan ini dimaksudkan untuk pengembangan hubungan dengan Kerajaan Mataram. Kamp-kamp militer juga dibangun di kota kota yang dilalui, tak terkecuali Ambarawa. Pada masa kekuasaan Kolonel Hoorn, tahun 1827-1830, sempat ada barak militer dan penyimpanan logistik militer, dan pada tahun 1834 dibangunlah sebuah benteng modern di Ambarawa yang kemudian diberi nama Benteng Willem I yang pembangunannya berakhir pada tahun 1845.

Pada tahun 1853 sampai tahun 1927 digunakan sebagai barak militer KNIL yang terhubung ke MagelangYogyakarta, dan Semarang melalui jalur kereta api. Pada umumnya benteng dibangun dengan prinsip defensif dan kuat yang dimaksudkan untuk pertahanan dari serangan musuh. Sering dijumpai pula dibangun parit mengelilingi benteng untuk memaksimalkan pertahanan. Namun Benteng Willem I ini ternyata memiliki desain yang berbeda. Dengan banyak jendela, benteng ini bukan dirancang untuk pertahanan. Kemungkinan adalah untuk barak militer dan penyimpanan logistik militer. Di benteng ini juga tidak dilengkapi bangunan sebagai tameng. Dan tidak ada bekas bekas lobang di puncak puncak dinding seperti halnya pada benteng benteng peninggalan Portugis yang dirancang untuk memasang meriam.

Riwayat benteng :

No

Tahun

Keterangan

1

1834-1845

Pembangunan benteng

2

1865

Terjadi gempa bumi besar yang mengakibatkan beberapa bagian bangunan benteng hancur

3

1927

Benteng Willem I disesuaikan dari penjara tawanan anak anak menjadi penjara tahanan politik dan tahanan dewasa

4

19421945

Dikuasai Jepang dan dipergunakan sebagai kamp militer

5

1945

Markas besar TKR (Tentara Keamanan Rakyat)

6

1950

Sebagai penjara dewasa dan barak militer

7

1985

Sebagai penjara anak anak dan barak militer

8

1991

Sebagai Penjara kelas IIB dan barak militer

9

2003–sekarang

Lapas Kelas II A dan barak militer

 

Sumber : https://id.wikipedia.org/wiki/Benteng_Pendem_Ambarawa

 

 

DISKUSI


TERBARU


Diniyohu dan Ma...

Oleh Ninaninu Cafe | 24 May 2024.
Makanan Tradisional Gorontalo

Diniyohu, Ilabulo, Binthe Biluhuta, Dabu-Dabu Sagela

Omu dan Kue Ker...

Oleh Ninaninu Cafe | 24 May 2024.
Minuman dan Kue Tradisional

Minuman Omu dan Kue Kering tradisional Gorontalo

Menjelajahi Kek...

Oleh Nikeisha | 22 May 2024.
Makanan Tradisional

Selamat menikmati perjalanan kuliner Anda di Pulau Dewata, dan mari kita terus mendukung dan mempromosikan kekayaan kuliner Indonesia di mata dunia.

Menjelajahi Kek...

Oleh Kelis | 22 May 2024.
Makanan Tradisional

Selamat menikmati perjalanan kuliner Anda di Pulau Dewata, dan mari kita terus mendukung dan mempromosikan kekayaan kuliner Indonesia di mata dunia.

Budaya adat bet...

Oleh Rizka Vivi Aurelia | 18 May 2024.
Seni pertunjukan dan Makanan khas betawi

Perkenalkan Saya Rizka Vivi Aurelia, Saat ini saya berusia 21 tahun, saya ingin mengikuti perlombaan dari budaya indonesia. semoga hasil dari editing...

FITUR


Gambus

Oleh agus deden | 21 Jun 2012.
Alat Musik

Gambus Melayu Riau adalah salah satu jenis instrumental musik tradisional yang terdapat hampir di seluruh kawasan Melayu.Pergeseran nilai spiritual...

Hukum Adat Suku...

Oleh Riduwan Philly | 23 Jan 2015.
Aturan Adat

Dalam upaya penyelamatan sumber daya alam di kabupaten Aceh Tenggara, Suku Alas memeliki beberapa aturan adat . Aturan-aturan tersebut terbagi dala...

Fuu

Oleh Sobat Budaya | 25 Jun 2014.
Alat Musik

Alat musik ini terbuat dari bambu. Fuu adalah alat musik tiup dari bahan kayu dan bambu yang digunakan sebagai alat bunyi untuk memanggil pend...

Ukiran Gorga Si...

Oleh hokky saavedra | 09 Apr 2012.
Ornamen Arsitektural

Ukiran gorga "singa" sebagai ornamentasi tradisi kuno Batak merupakan penggambaran kepala singa yang terkait dengan mitologi batak sebagai...