Tokok Lele adalah Permainan perorangan dengan alat bantu berupa 2 buah batang kayu, Satu sebagai pemukul berukuran 30cm dan umpannya yaitu 15cm. Lalu si umpan atau “lele” diletakkan di ujung lobang kecil memanjang. Ujung umpan di pukul atau bahasa lainnya “tokok” dengan pemukul sehingga melesat ke udara setelah sebelumnya membentur tanah. Tidak memerlukan tempat khusus untuk dapat bermain tokok lele ini. Hanya saja membutuhkan lapangan terbuka yang penontonnya berada di belakang pemain, agar tidak cidera saat pemain pantak lele beraksi. Menjelang pemainan dimulai, ditentukan dulu siapa yang lebih awal memukul anak tongkat yang sudah setengah tegak di lubang yang telah disiapkan. Dengan cara sut menggunakan jari tangan.Pemenang sut akan memukul anak tongkat duluan yang diletakkan dalam lubang dengan ujung yang ke luar. Dalam memukul anak tongkat sebenarnya ada tiga cara, Pertama ujung yang dipukul mengakibatkan anak tongkat melesat ke atas...
"Magodang anak, pangolihononhon, magodang boru pahutaon (pamulion)". Artinya: Jika putra sudah dewasa, ia akan dicarikan istri (dinikahkan) dan jika putri sudah dewasa dia patut bersuami (tinggal di kampung suaminya). Masyarakat Batak, tak terkecuali di kota-kota besar termasuk Jakarta, masih memegang kuat nilai-nilai budaya. Mulai dari sistem kekerabatan, hingga adat istiadat (termasuk ruhut paradaton dalam perhelatan adat mulai dari bayi, anak, remaja, perkawinan dan kematian) tetap terpelihara dalam kehidupan sehari-hari. A. Patiur Baba Ni Mual (permisi dan mohon doa restu Tulang) Prosesi ini merupakan langkah pertama yang dilakukan oleh orangtua terhadap hula-hula (kelompok marga asal sang istri) sebelum putranya menikah. Menurut adat, putri tulang (saudara kandung laki-laki dari pihak ibu) adalah jodoh pertama dari putranya. Apabila pasangan hidup yang dipilih bukan putri tulang, maka orang tuanya perlu membawa putranya permisi dan mohon doa restu tulang. Adat ini hanya dil...
Pernikahan atau perkawinan dalam Batak Toba merupakan tahapan awal dimana kedua mempelai mulai memasuki adat Batak secara penuh. Seperti pada suku lain, Batak Toba menempatkan proses dan tahapan pernikahan merupakan sesuatu ritual yang sakral dan penuh makna. Sebab memulai suatu keluarga dalam adat Batak Toba berarti memulai suatu tahapan pembentukan lingkungan sosial adat kecil yang nantinya mampu menyokong adat horja yang lebih besar dalam ruang lingkup Dalihan na Tolu (baca Sekilas tentang Dalihan na Tolu ) dan bentuk pelaksanaannya dalam tata cara Suhi ni Ampang na Opat (baca Apa arti Suhi ni Ampang na Opat? ) . Adapun tata cara adat Batak dalam pernikahan yang disebut dengan adat na gok, yaitu pernikahan orang Batak secara normal berdasarkan ketentuan adat terdahulu seperti tahap-tahap berikut ini: 1. Mangaririt Sekarang ini ada yang melaksanakan acara paulak une dan maningkir tangga &nb...
Dalam Provinsi Sumatera Utara terdapat Kepulauan Nias, yang menyimpan begitu banyak kebudayaan. Masyarakat Nias memberi nama pada daerah tempat tinggal mereka dengan sebutan “Ono Niha” (Ono = anak atau keturunan, Niha = manusia) dan pulau Nias sebagai “Tano Niha” (Tano = tanah). Suku Nias adalah masyarakat yang hidup dalam lingkungan adat dan kebudayaan yang masih tinggi. Masyarakat Nias kuno adalah masyarakat yang hidup dalam budaya megalitik (batu besar) yang dibuktikan dengan peninggalan sejarah berupa ukiran pada batu-batu besar yang masih ditemukan di wilayah pedalaman khususnya di Teluk Dalam (Nias Selatan), Onolimbu (Nias Barat)dan di tempat-tempat lain sampai pada saat zaman sekarang ini. Perkawinan dalam adat Nias merupakan hal yang paling penting dan sangat bersifat sakral. Masyarakat Suku Nias, menganggap bahwa perkawinan adalah kehidupan yang harus diteruskan diatas bumi ini karena harus dijalankan dengan hukum adat atau fondrako. 1. ...
Banyak peneliti setuju bahwa rumah-rumah tradisional Nias (Omo Hada) termasuk diantara contoh-contoh terbaik dari arsitektur vernakular di Asia. Rumah-rumah ini dibangun tanpa menggunakan paku dan jauh lebih mampu menahan gempa kuat, daripada rumah-rumah modern. Ada variasi dalam arsitektur dan gaya di seluruh pulau. Rumah Nias ditinggikan dari tanah dan dibangun untuk pertahanan, karena orang-orang Nias dulu tinggal dalam peperangan abadi. Banyak arsitek dan antropolog dari seluruh dunia telah mengunjungi Nias untuk mempelajari gaya bangunan unik rumah adat ini. Banyak orang tua Nias dilahirkan di rumah-rumah seperti ini. Tetapi karena biaya dan usaha untuk mempertahankan rumah tradisional ini menjadikan mereka semakin-semakin langka. Pengunjung dapat melihat banyak contoh dari rumah-rumah tradisional di seluruh pulau, khususnya di daerah selatan yang mempunyai beberapa desa yang sangat terpelihara. Ribuan tahun lamanya, dua suku utama di Nias hidu...
Sarune Bulu merupakan alat musik tradisional yang bahan pembuatannya menggunakan satu ruas bambu yang di setiap ujungnya di lubangi, ruas bambu ini memiliki panjang 10 sampai 12 cm dan memiliki diameter 1 – 2 cm. Pada badan bambu tersebut akan dilubangi 5 buah lubang yang berbeda-beda ukurannya. Pada salah satu ujungnya akan dipasang sebuah reeds (lidah) yang terbuat dari bambu yang dicungkil dan berfungsi sebagai penggetar, reeds ini akan diletakan di dalam badan Sarune dan panjang reedsnya adalah 5 cm. Sumber: https://alatmusik.org/alat-musik-tradisional-batak
Pemain dan penonton dituntut kewaspadaan dan disiplin. Seorang warga, Takdir Haria (45), menuturkan, seorang pemain harus menguasai betul teknik permainan fafiri agar tidak membahayakan dirinya dan juga penonton. Pemukul firi harus memahami betul cara memukulnya. Misalnya, dia harus mampu memukul persis sepertiga bagian firi di sebelah kanannya. ”Kalau pemukulannya sempurna, firi akan terlempar dan berputar-putar,” ujar Takdir. Tahapan permainan fafiri sebelum dinyatakan sebagai pemenang, menurut Takdir, harus melalui tahapan-tahapan yang cukup panjang. Mulai dari undian menentukan pemukul pertama dengan suit (adu jari, kelingking, ibu jari, dan telunjuk) dalam bahasa di sana disebut fasi. Yang menang akan berhak menjadi regu pertama memukul firi . Tahapan berikutnya adalah memukul. Para pemain memukul firi dan harus mengenai firi &n...
Prasasti Panai tidak memiliki angka tahun yang absolut. Prasasti ini menggunakan aksara pasca-Pallawa atau aksara Kawi Akhir dan berbahasa Melayu Kuno. Prasasti ini terbuat dari batu putih atau batu kapur yang berbentuk silinder berukuran tinggi 81 cm, keliling terbesar 124 cm, dan keliling terkecil 89 cm. Tulisan diukir melingkar mengikuti bentuk medianya. Sebagian besar, kondisi prasasti ini dalam keadaan aus karena media yang digunakan adalah batu yang sifatnya sangat rapuh dan sensitif dengan iklim sehingga mudah rusak, sehingga sebagian tulisan sulit untuk dibaca. Tulisan yang dapat dibaca pada prasasti ini sebanyak sepuluh baris. Prasasti ini ditemukan di kompleks Biaro Bahal I, Kecamatan Portibi, Kabupaten Padang Lawas Utara, Provinsi Sumatera Utara. Sebelumnya, prasasti sempat dikenal sebagai Prasasti Batu Gana, kemudian menjadi Prasasti Batu Gana I, penemuam ini berdasarkan adanya penemuan baru berupa prasasti dengan nama yang sama sekitar 2 ki...
Sosok Penampakan Hantu Beju Ganjang sangat ditakuti bagi etnis suku batak toba dan suku karo, khususnya masyarakat yang tinggal di daerah sekitar Tapanuli Utara. Dijuluki Beju Ganjang karena burungnya panjang ukuran tubuhnya yang sangat tinggi atau panjang menyerupai raksasa. Konon makhluk mistis ini suka bersembunyi dipohon-pohon tinggi seperti kelapa. Bagi siapapun yang apes bertemu dengannya, ia akan merubah wujudnya semakin lama semakin memanjang, kemudian mencekik dan mencabut nyawa orang tersebut. Menurut cerita masyarakat asli Batak, kehadiran Beju Ganjang memang sengaja dipelihara oleh Dukun sakti, untuk menjaga rumah dan sawahnya dari para pencuri. Entah kenapa lama kelamaan, Beju Ganjang digunakan sebagai sarana santet, untuk menghilangkan nyawa dari para pesaing dukun sakti tersebut. Tak diketahui dengan pasti siapa pemilik/pemelihara Beju Ganjang yang disebut sebagai Sigumoang,...