Menurut cerita dalam adat istiadat Pepadun, sekitar tahun 1896, istilah “Sebambangan” sudah ada dan kebiasaan tersebut sudah dilakukan mulei dan mekhanai (gadis dan bujang) Lampung Pepadun. Jadi sebambangan merupakan proses perkawinan adat lampung, yang beradat Pepadun, dengan cara mengambil gadis dengan jalan pintas atas kemauan sendiri; dengan kata lain Ngelakei (larian) Adapun prosesi sebambangan tersebut antara lain: Harus meninggalkan surat (penepik) atau uang sepeninggalan. Sebelum masuk rumah calon suaminya, gadis tersebut mencuci kakinya (cebuk calok) dengan air Kembang 7 (tujuh) macam dengan tujuan: Supaya kembang itu menjadi buah Supaya rumah itu menjadi harum dengan kedatangan calon pengantin perempuan Netek salah, yaitu pihak Laki-laki berkunjung ke tempat keluarga calon mempelai wanita untuk ngantar salah Setelah satu atau dua hari, pihak laki-laki mengantar perdamaia...
Senjata Tradisional Badik Lampung Badik adalah senjata tradisional yang dapat dijumpai di beberapa wilayah di Indonesia diantaranya adalah di Lampung dan Sulawesi Selatan. Badik yang ada di Lampung maupun di Sulawesi memiliki bentuk yang sama, akan tetapi belum diketahui secara pasti asa badik tersebut. Hanya saja ada dugaan bahwa rakyat Goa Sulawesi Selatanlah yang membawa dan mengenalkan badik ke KerjaanTulang Bawang Lampung. Berdasarkan ukuran badik, senjata tradisional badik Lampung ini dibedakan menjadi 2, yaitu badik kecil yang berukuran bilah 11 cm dan lebar sekitar 2 cm dan dan badik siwokh yang memiliki panjang bilah lebih dari 12 cm serta lebar lebih dari 2 cm.
Badik adalah senjata tradisional yang dapat dijumpai di beberapa wilayah di Indonesia diantaranya adalah di Lampung dan Sulawesi Selatan. Badik yang ada di Lampung maupun di Sulawesi memiliki bentuk yang sama, akan tetapi belum diketahui secara pasti asa badik tersebut. Hanya saja ada dugaan bahwa rakyat Goa Sulawesi Selatanlah yang membawa dan mengenalkan badik ke KerjaanTulang Bawang Lampung. Berdasarkan ukuran badik, senjata tradisional badik Lampung ini dibedakan menjadi 2, yaitu badik kecil yang berukuran bilah 11 cm dan lebar sekitar 2 cm dan dan badik siwokh yang memiliki panjang bilah lebih dari 12 cm serta lebar lebih dari 2 cm.
Badik adalah senjata tradisional yang dapat dijumpai di beberapa wilayah di Indonesia diantaranya adalah di Lampung dan Sulawesi Selatan. Badik yang ada di Lampung maupun di Sulawesi memiliki bentuk yang sama, akan tetapi belum diketahui secara pasti asa badik tersebut. Hanya saja ada dugaan bahwa rakyat Goa Sulawesi Selatanlah yang membawa dan mengenalkan badik ke KerjaanTulang Bawang Lampung. Berdasarkan ukuran badik, senjata tradisional badik Lampung ini dibedakan menjadi 2, yaitu badik kecil yang berukuran bilah 11 cm dan lebar sekitar 2 cm dan dan badik siwokh yang memiliki panjang bilah lebih dari 12 cm serta lebar lebih dari 2 cm. http://www.tradisikita.my.id/2015/05/3-senjata-tradisional-lampung.html
Maca Seh terdiri dari kata “maca” = membaca, dan “Seh” = Syekh, artinya membaca riwayat Syekh Abdul Qodir Jaelani, yaitu salah seorang tokoh ulama fiqih, tarekat, dan sufisme yang sangat dihormati oleh kalangan Sunni di seluruh dunia. Bacaan riwayat tersebut ditulis pada sebuah buku dalam bentuk manuskrip (tulisan tangan), yang dalam pengelompokan ilmu sosial termasuk ke dalam kelompok naskah kuno. Naskah Maca Seh ditulis dalam huruf Arab (Arab Pegon) dengan menggunakan bahasa Jawa, bentuknya adalah wawacan. Wawacan adalah cerita yang ditulis berdasarkan aturan tertentu yang disebut pupuh. Dalam praktiknya, tradisi Maca Seh ini tidak dibaca sekaligus tamat, tetapi berlangsung secara terus-menerus dalam kurun waktu tertentu. Biasanya dilakukan seminggu sekali, yaitu pada malam Jum’at, artinya setiap kali membaca dilakukan sebanyak 1 (satu) pupuh (bab). Hal ini dikarenakan cerita yang berbentuk wawacan ini mengenal sebutan “tujuh belas pupuh&rdq...
Tersebutlah kisah, ada dua orang raja yaitu raja di Hulu sungai dan raja di Hilir sungai yang berselisih paham kerena kerbau mereka beranak. Raja di Hulu sungai mempunyai seekor kerbau jantan, sedangakan Raja di Hilir sungai mempunyai seekor kerbau betina. Kedua kerbau tersebut sama-sama mandi disatu sungai di waktu yang sama. Lama kelamaan kerbau betina milik Raja di Hilir Sungai bunting dan kemudian melahirkan anak. Peristiwa kerbau tersebut beranak, diketahui oleh Raja di Hulu Sungai . Raja di Hilir Sungai dinamakan juga raja Kedo Agona, merasa pasti bahwa anak kerbau itu adalah miliknya, sedangkan sebaliknya Raja di Hulu Sungai mengaku bahwa anak kerbau itu adalah miliknya. Karena tak mungkin kerbau betina itu akan beranak tanpa kerbau jantan miliknya. Sedangkan di sungai itu tak ada kerbau lain, kecuali kedua kerbau itu. Karena keduanya sama-sama bersikeras mempertahankan pendapatnya dan masing-masing merasa berhak memiliki anak kerbau itu, akhirnya kedua raja itu ber...
Pada suatu pagi Pangeran Jakkep berdiri di beranda rumahnya. Ketika itu masih pagi sekali. Angin bertiup sepoi-sepoi basa sehingga menggoyangkan daun tumbuh-tumbuhan disana. Dari jauh tampak oleh Pengeran Jakkep serombongan bajau (bajak laut), dengan senjata terhunus sedang menuju kampungnya dan akan mengadakan serangan terhadap kampungnya dan akan mengadakan serangan terhadap kampungnya itu. Melihat keadaan demikian, Pangeran Jakkep memperhitungkan dari pada anak buahnya akan habis terbunuh, lebih baik dia sendiri yang membunuh mereka, karena kalau sampai anak buahnya terbunuh oleh musuh, ia akan mendapat malu. Karena itu Pangeran Jakkep mengambil senjatanya dan segera membunuh anak buahnya sendiri, sampai tak terlihat seorang pun yang tertinggal. Namun diam-diam salah seorang anak buahnya ada yang berhasil menyelamatkan diri, bersembunyi di balik pintu rumahnya. Setelah lama ditunggu, rombogan bajau tidak juga kunjung tiba, Pangeran Jakkep memperhatikan lebih cermat dan te...
Zaman dulu ada seorang saudagar yang kaya raya, dia mempunyai tiga orang anak laki-laki. Ketiga anak tersebut sejak kecil sudah biasa dimanjakan, semua kemauannya dituruti karena uangnya banyak. Sampai mereka besar kelakuannya tidak berubah menjadi anak manja yang hanya tahu senangnya saja. Mereka tidak pernah mau bekerja apalagi mau belajar bersaha seperti ayahnya. Ketika mereka masih pemuda tanggung, dengan takdir Yang Kuasa, ayah mereka meninggal dunia. Mereka sangat sedih karena tidak mempunyai ayah lagi, dan kebingungan bagaimana caranya menyelamatkan harta mereka. Mereka tidak mempunyai ilmu pengetahuan dan tidak pernah diberi bimbingan semasa ayahnya masih hidup, maka mereka tetap tidak bisa melanjutkan usaha ayah mereka. Kerja mereka hanya makan, tidur berpoya-poya menghabiskan harta benda yang ada. Lama kelamaan harta yang ada habis semua, mereka jatuh melarat tidak ada lagi yang hendak dimakan dan dipakai. Uang dan harta benda yang banyak dulu habis tidak berbe...
Pada zaman dahulu, tersebutlah seorang pertapa yang bergelar Pangeran Wironegoro. Salah satu kekuatan yang dimiliki hasil dari pertapaannya itu ialah kekebalan. Pada suatu ketika, Pangeran Wironegoro berunding dengan bajak laut diatas sesaat (rumah adat). Karena kekebalannya, Pangeran Wironegoro mengamuk, menyerang orang-orang Bugis yang ada disaat itu, sehingga orang-orang yang ada saat itu menjadi bingung dan kucar-kacir. Salah seorang temannya yang bernama Pangeran Becahyo telah terbunuh. Salah seorang dari bajau orang Bugis bersembunyi diatas sesaat. Ia tidak mengikuti teman-temannya yang lain. Kemudian bajau Bugis yang bersembunyi tadi, melihat sebilah tombak dan tanpa pikir panjang diambilnya tombak itu dan dilemparkannya ke arah Pangeran Wironegoro. Pangeran Wironegoro tidak menyangka akan mendapat serangan yang tiba-tiba, hingga ia terluka oleh tombak itu. Sambil memegangi lukanya Pangeran Wironegoro bersumpah, bahwa seluruh keturunannya yang mempunyai ilmu kebal, se...