Cerita Rakyat
Cerita Rakyat
Cerita Rakyat Lampung Lampung
Asal Usul Lampung Makai Keratun
- 27 Desember 2018

Pada suatu pagi Pangeran Jakkep berdiri di beranda rumahnya. Ketika itu masih pagi sekali. Angin bertiup sepoi-sepoi basa sehingga menggoyangkan daun tumbuh-tumbuhan disana. Dari jauh tampak oleh Pengeran Jakkep serombongan bajau (bajak laut), dengan senjata terhunus sedang menuju kampungnya dan akan mengadakan serangan terhadap kampungnya dan akan mengadakan serangan terhadap kampungnya itu. Melihat keadaan demikian, Pangeran Jakkep memperhitungkan dari pada anak buahnya akan habis terbunuh, lebih baik dia sendiri yang membunuh mereka, karena kalau sampai anak buahnya terbunuh oleh musuh, ia akan mendapat malu. Karena itu Pangeran Jakkep mengambil senjatanya dan segera membunuh anak buahnya sendiri, sampai tak terlihat seorang pun yang tertinggal.

Namun diam-diam salah seorang anak buahnya ada yang berhasil menyelamatkan diri, bersembunyi di balik pintu rumahnya.

Setelah lama ditunggu, rombogan bajau tidak juga kunjung tiba, Pangeran Jakkep memperhatikan lebih cermat dan teliti ke arah yang tadi disangkanya gerombolan bajau dengan memegang senjata (pedang) terhunus di tangannya. Ternyata yang tampak olehnya tadi  bukanlah gerombolan bajau melainkan pohon-pohon pisang yang daunnya melambai-lambai ditiup angin pagi. Karena murkanya, Pangeran Jakkep menebas pohon-pohon pisang itu semuanya dengan membabi buta, sehingga habislah pohon-pohon pisang itu rata dengan tanah.

Setelah selesai menebas pohon-pohon pisang itu Pangeran Jakkep kembali ke rumahnya seraya berkata dengan geram, "Saya bersumpah bahwa semua keturunan saya, semua anak cucu saya, tidak boleh memakan pisang." Agaknya Pangeran Jakkep tertipu oleh pohon-pohon pisang tadi. Anak buahnya yang bersembunyi di balik pintu, mendekati  Pangeran Jakkep dan berkata "Jangan bersumpah tidak boleh makan pisang, tetapi tidak boleh menananmnya saja." Sumpah tidak boleh menanam pisang ini berlaku sampai turun temurun. Tetapi sekarang tidak diperhatikan lagi oleh keturunan Pangeran Jakkep, dan banyak di antara mereka yang telah melanggar sumpah ini, dan menanam pisang seperti orang lainnya.

Selang beberapa lama, datang lagi orang-orang dari seberang yang mengaku Sultan Banten dan rombongannya. Rombongan ini sangat disegani dan dihormati oleh Pangeran Jakkep beserta keluarganya. Maklum saja tamu mereka ini adalah tamu agung yaitu seorang Sultan.

Minak Putih Penyurit, seorang yang berasal dari Lampung dan telah lama berguru pada Sultan Banten dan merupakan utusan Sultan Banten yang sebenarnya, tidak sampai di Lampung, dan kemana perginya tak seorang pun yang tahu. Selama 7 (tujuh) hari lamanya tamu tersebut menginap di rumah Pangeran Jakkep. Istri Pangeran Jakkep selalu memperhatikan tingkah laku tamu-tamunya ini dengan seksama akhirnya berkata pada suaminya, "Jika tamu kita itu benar-benar Sultan biasanya kalau tidur tidak demikian itu. Kalau Sultan tidur terlentang, maka ia akan terlentang terus. Tapi tamu tersebut tidur dengan perputar-putar di atas ranjangnya." Seorang penjaga (pengawal) Sultan dari pihak Pangeran Jakkep menambahkan. "Kalau ia benar Sultan asli, maka bila barang-barangnya (petinya) ditembak  tidak akan hancur".

Kemudian mereka mengambil sepucuk meriam dan langsung ditembakkan ke arah peti-peti yang dibawa oleh Sultan. Dan tempat peti-peti itu hancur semuanya.

Kemudian datanglah Sultan Banten yang asli dan langsung menegur mereka, "Mengapa barang-barang ini kalian hancurkan? Mana Minak Patih Penyurit? Semua urusan ini sudah saya serahkan padanya? tetapi mengapa ia menghilang?" Mereka pun menjawab, bahwa mereka tidak tahu menahu ke mana perginya Minak Patih Penyurit.    

Sultan segera memerintahkan untuk mencari Minak Patih Penyurit sampai ketemu dan dibawa menghadap Sultan. Jika Minak Patih Penyurit tidak ketemu atau mereka kembali tidak membawa Minak Patih Penyurit maka mereka sendiri yang akan dibunuh oleh Sultan.

Beberapa orangpun berangkat, masing-masing menentukan arah untuk mencari Minak Patih Penyurit dengan harapan akan bertemu dan membawa beliau pulang menghadap Sultan, sebab mereka takut mati dibunuh Sultan jika tidak berhasil. Salah seorang di antara para pencari ini bertemu dengan Minak Patih Penyurit di Kuala Way Tulang Bawang.

Beliau sedang memancing ikan. Si pencari menyatakan bahwa ia sengaja mencari beliau atas perintah Sultan Banten agar beliau segera menghadap Sultan. Dijawab oleh Manik Patih Penyurit, bahwa beliau tidak ingin menghadap Sultan, atau kembali ke kampungnya ataupun kembali berguru pada Sultan lagi, karena istri tak punya, harta tak ada, apa lagi anak. "Karena itu saya lebih baik tinggal di sini saja," kata Minak Patih Penyurit.

Mendengar itu si pencari berkata dengan mengiba dan putus asa karena takut akan dibunuh Sultan, lebih baik Bapak ambil pedang saya ini (seraya menyerahkan pedangnya kepada Manik patih Penyurit) dan bunuhlah saya sekarang juga karena perintah Sultan, kalau saya kembali tidak bersama Bapak kami akan dibunuh beliau. Dari pada saya kembali sendiri akan dibunuh beliau, lebih baik bapak saja yang membunuh saya".

Mendengar ini, Minak Patih Penyurit merasa sangat terharu dan sedih, merasa kasihan kepada si pencari yang juga anak buahnya sendiri itu. Manik Patih Penyurit menyetujui kehendak si pencari itu dan dengan rasa berat berangkatlah mereka menghadap Sultan Banten yang telah menunggu di Banten.

Setiba di Banten, Minak patih Penyurit langsung menghadap Sultan, Sultan bertanya, "Dari mana kau selama ini menghilang? Lain yang diperintahkan lain pula yang dikerjakan!" Tetapi Manik Patih Penyurit tidak menjawab sepatah pun. Beliau tetap diam membisu seribu kata. Kemudian Sultan melanjutkan 'Baiklah kalau begitu saya tahu apa keinginanmu."

Pada malam harinya, Sultan memerintahkan agar Minak Patih Penyurit tidur dikamar istri Sultan yang tua dan demikian seterusnya dengan istri-istri Sultan yang lainnya. Setelah berlalu tujuh malam berturut-turut. Minak Patih Penyurit tetap tidur seperti biasa, tidak melakukan sesuatu perbuatan tercela sedikit pun. Kiranya selama itu, Sultan banten memberi ujian kepada Manik Patih Penyurit.

Pada hari berikutnya, Sultan Banten memanggil Minak Patih Penyurit, untuk menghadap dan Sultan berkata, "Manik Patih Penyurit, saya tahu apa keinginanmu. Kamu boleh membawa dan kawin dengan istri saya yang tua. Hanya permintaan saya, kalau nanti kamu punya anak laki-laki, jangan di khitan di Lampung, tetapi bawa kemari, nanti saya khitan disini."

Istri Sultan yang tua pun dibawa ke lampung dan dikawini oleh Minak Patih Penyurit. Setahun kemudian mereka mempunyai anak laki-laki. Sesuai dengan janji semula, maka setelah anak ini besar di bawa ke Banten untuk dikhitan oleh Sultan Banten. Rupanya Sultan Banten mempunyai pertimbangan lain yaitu "Kalau kelak anak laki-laki dari Minak Patih Penyurit dewasa, kawin dan kemudian mempunyai keturnan lagi, maka keturunannya ini pasti akan mendirikan kerajaan baru di Lampung, yang akan menjadi tandingan kerajaan Banten. Lebih dari itu, tentunya kerajaan baru ini akan bersahabat dengan kerajaan Palembang bersama-sama menggempur Banten.

Karena itu anak laki-laki Minak Patih Penyurit bukannya di sunat seperti biasa, tetapi harus dikebiri untuk mencegah jangan sampai kelak dia mempunyai keturunan lagi." Itulah sebabnya Minak Patih Penyurit tidak memmpunyai keturunan dari anak laki-laki sampai sekarang. Kalau anak laki-laki ini sampai mempunyai keturunan, berarti Lampung akan mempunyai Sultan seperti Banten, dan Banten tentu akan kalah, karena semua ilmu-ilmu Sultan telah diajarkan kepada istrinya yang tua yang sekarang telah menjadi istri Minak Patih Penyurit.

Itulah sebabnya di Lampung tidak mempunayi Sultan seperti kerajaan lainnya, tetapi hanya mempunyai ratu. Selain dari pada itu di Lampung hanya mempunyai Perwakilan (kewalian), bukannya sebagai Sultan atau Raja. Perwalian ini di sebut "jenjem."

 

 

Sumber : Cerita Rakyat (Mite dan Legende) Daerah Lampung, Depdikbud

Diskusi

Silahkan masuk untuk berdiskusi.

Daftar Diskusi

Rekomendasi Entri

Gambar Entri
Dari Rendang Hingga Gudeg: 10 Mahakarya Kuliner Indonesia yang Mengguncang Lidah
Makanan Minuman Makanan Minuman
DKI Jakarta

1. Rendang (Minangkabau) Rendang adalah hidangan daging (umumnya sapi) yang dimasak perlahan dalam santan dan bumbu rempah-rempah yang kaya selama berjam-jam (4–8 jam). Proses memasak yang sangat lama ini membuat santan mengering dan bumbu terserap sempurna ke dalam daging. Hasilnya adalah daging yang sangat empuk, padat, dan dilapisi bumbu hitam kecokelatan yang berminyak. Cita rasanya sangat kompleks: gurih, pedas, dan beraroma kuat. Rendang kering memiliki daya simpan yang panjang. Rendang adalah salah satu hidangan khas Indonesia yang paling terkenal dan diakui dunia. Berasal dari Minangkabau, Sumatera Barat, masakan ini memiliki nilai budaya yang tinggi dan proses memasak yang unik. 1. Asal dan Filosofi Asal: Rendang berasal dari tradisi memasak suku Minangkabau. Secara historis, masakan ini berfungsi sebagai bekal perjalanan jauh karena kemampuannya yang tahan lama berkat proses memasak yang menghilangkan air. Filosofi: Proses memasak rendang yang memakan waktu lama mela...

avatar
Umikulsum
Gambar Entri
Resep Ayam Goreng Bawang Putih Renyah, Gurih Harum Bikin Nagih
Makanan Minuman Makanan Minuman
Jawa Barat

Ayam goreng adalah salah satu menu favorit keluarga yang tidak pernah membosankan. Namun, jika kamu ingin mencoba variasi yang lebih gurih dan harum, ayam goreng bawang putih renyah adalah pilihan yang tepat. Ciri khasnya terletak pada aroma bawang putih yang kuat serta kriukannya yang renyah saat digigit. Resep ini juga sangat mudah dibuat, cocok untuk menu harian maupun ide jualan. Bahan-Bahan Bahan Ayam Ungkep ½ kg ayam (boleh potong kecil agar lebih cepat matang) 5 siung bawang putih 4 siung bawang merah 1 sdt ketumbar bubuk 1 ruas kunyit (opsional untuk warna) Garam secukupnya Kaldu bubuk secukupnya Air ± 400 ml Bahan Kriuk Bawang 5–6 siung bawang putih, cincang halus 3 sdm tepung maizena ¼ sdt garam ¼ sdt lada Minyak banyak untuk menggoreng Cara Membuat Ungkep ayam terlebih dahulu Haluskan bawang putih, bawang merah, kunyit, dan ketumbar. Tumis sebentar hingga harum. Masukkan ayam, aduk rata, lalu tuang air. Tambahkan garam dan kaldu...

avatar
Apitsupriatna
Gambar Entri
Resep Ayam Ungkep Bumbu Kuning Cepat, Praktis untuk Masakan Harian
Makanan Minuman Makanan Minuman
Jawa Barat

Ayam ungkep bumbu kuning adalah salah satu menu rumahan yang paling praktis dibuat. Rasanya gurih, aromanya harum, dan bisa diolah lagi menjadi berbagai hidangan seperti ayam goreng, ayam bakar, hingga pelengkap nasi kuning. Keunggulan lainnya, resep ini termasuk cepat dan cocok untuk kamu yang ingin memasak tanpa ribet namun tetap enak. Berikut resep ayam ungkep bumbu kuning cepat yang bisa kamu coba di rumah. Bahan-Bahan ½ kg ayam, potong sesuai selera 4 siung bawang putih 5 siung bawang merah 1 ruas kunyit 1 ruas jahe 1 ruas lengkuas (geprek) 2 lembar daun salam 2 lembar daun jeruk 1 batang serai (geprek) 1 sdt ketumbar bubuk (opsional) Garam secukupnya Kaldu bubuk secukupnya Air ± 400–500 ml Minyak sedikit untuk menumis Cara Membuat Haluskan bumbu Blender atau ulek bawang merah, bawang putih, kunyit, jahe, dan ketumbar bubuk (jika dipakai). Semakin halus bumbunya, semakin meresap ke ayam. Tumis bumbu hingga harum Panaskan sedikit m...

avatar
Apitsupriatna
Gambar Entri
Konsep Ikan Keramat Sebagai Konservasi Lokal Air Bersih Kawasan Goa Ngerong Tuban
Cerita Rakyat Cerita Rakyat
Jawa Timur

Sumber daya air merupakan sebuah unsur esensial dalam mendukung keberlangsungan kehidupan di bumi. Ketersediaan air dengan kualitas baik dan jumlah yang cukup menjadi faktor utama keseimbangan ekosistem serta kesejahteraan manusia. Namun, pada era modern saat ini, dunia menghadapi krisis air yang semakin mengkhawatirkan (Sari et al., 2024). Berkurangnya ketersediaan air disebabkan oleh berbagai faktor global seperti pemanasan, degradasi lingkungan, dan pertumbuhan penduduk yang pesat. Kondisi tersebut menuntut adanya langkah-langkah strategis dalam pengelolaan air dengan memperhatikan berbagai faktor yang tidak hanya teknis, tetapi juga memperhatikan sosial dan budaya masyarakat. Salah satu langkah yang relevan adalah konservasi air berbasis kearifan lokal. Langkah strategis ini memprioritaskan nilai-nilai budaya masyarakat sebagai dasar dalam menjaga sumber daya air. Salah satu wilayah yang mengimplementasikan konservasi berbasis kearifan lokal yaitu Goa Ngerong di kecamatan Rengel,...

avatar
Muhammad Rofiul Alim
Gambar Entri
Upacara Kelahiran di Nias
Ritual Ritual
Sumatera Utara

Kelahiran seorang anak yang dinantikan tentu membuat seorang ibu serta keluarga menjadi bahagia karena dapat bertemu dengan buah hatinya, terutama bagi ibu (melahirkan anak pertama). Tetapi tidak sedikit pula ibu yang mengalami stress yang bersamaan dengan rasa bahagia itu. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan tentang makna dari pra-kelahiran seseorang dalam adat Nias khusunya di Nias Barat, Kecamatan Lahomi Desa Tigaserangkai, dan menjelaskan tentang proses kelahiran anak mulai dari memberikan nama famanoro ono khora sibaya. Metode pelaksanaan dalam penelitian ini adalah menggunakan metode observasi dan metode wawancara dengan pendekatan deskriptif. pendekatan deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan fakta sosial dan memberikan keterangan yang jelas mengenai Pra-Kelahiran dalam adat Nias. Adapun hasil dalam pembahasan ini adalah pra-kelahiran, pada waktu melahirkan anak,Pemberian Nama (Famatorõ Tõi), acara famangõrõ ono khõ zibaya (Mengantar anak ke rumah paman),...

avatar
Admin Budaya