Sup Tunjang Khas Riau adalah satu dari sekian banyak makanan yang berasal dari Riau, masakan ini terbuat dari tulang sapi yang masih terdapat dagingnya yang dimasak menjadi sup dan makanan inilah yang dikenal dengan nama sup tunjang, makanan tersebut pada saat proses pembuatannya membutuhkan waktu yang lama supaya kaki sapi ini matang dengan sempurna dan supaya dagingnya menjadi lebih empuk. Sup Tunjang juga terbuat dari bumbu dan rempah-rempah pilihan sehingga makanan ini memiliki rasa yang sangat berkualitas, enak dan tentunya sehat. Kuliner yang satu ini biasanya disajikan sebagai menu utama pada saat jamuan makan dan bagi anda yang ingin membuat Sup Tunjang sendiri di rumah resepnya sebagai berikut. Bahan: 1 kg tulang iga sapi 400 gram kentang, potong dadu 3 buah wortel, potong bulat 3 buah tomat, potong-potong 7 batang daun bawang, potong-potong 6 batang dan daun saledri, iris halus Minyak goreng secukupnya Air secukupnya...
Bolu Kemojo Salah satu warisan kuliner khas dari Indonesia yang sampai saat ini masi tetap terjaga adalah kue bolu kemojo. Kue bolu kemojo merupakan makanan dalam bentuk kue yang berasal dari daerah Pekanbaru Riau. Makanan ini tentu saja sudah menjadi ciri khasnya di kota pekanbaru tersebut. Jajanan ini selalu jadi hidangan istimewa pada saat hajatan / kenduri dan sering disajikan untuk menu buka puasa serta jadi sajian bagi tamu dihari raya Idul Fitri. Bagi anda yang sedang berkunjung ke daerah Pekanbaru Riau, sempatkan sejenak waktu anda untuk mencoba resep kue yang sudah populer ini. Rasanya tidak akan lengkap ketika anda berkunjung ke daerah Riau namun anda tidak mencicipi jajanan kuliner khas dari kota tersebut. Makanan ini terbuat dari campuran bahan telur, tepung, santan dan juga bahan yang lainnya. Bolu Kemojo tidak seperti bolu kebanyakan yang sering kita jumpai. Bolu Kemojo memiliki ciri khas tersendiri. Teksturnya sengaja dibiarkan tidak menge...
Otak-otak adalah salah satu makanan khas di Kepulauan Riau, baik di Batam, Tanjung Pinang, maupun di Pulau Penyengat. Pokoknya dimanapun kita makan, penganan ini tidak pernah ketinggalan. Di sini terdapat dua jenis otak-otak yaitu otak-otak yang terbuat dari ikan dan dari cumi yang lebih pedas. Otak-otak ini dibungkus dengan daun kelapa yang berwarna hijau sekalian dengan lidinya, yang kemudian dibakar dengan bara api.
Asal Usul dan Perkembangan Kuantan Singingi adalah sebuah daerah yang secara administratif termasuk dalam Provinsi Riau. Daerahnya banyak memiliki sungai. Kondisi geografis yang demikian, pada gilirannya membuat sebagian besar masyarakatnya memerlukan jalur1 sebagai alat transportasi Kemudian, muncul jalur-jalur yang diberi ukiran indah, seperti ukiran kepala ular, buaya, atau harimau, baik di bagian lambung maupun selembayung-nya. Selain itu, ditambah lagi dengan perlengkapan payung, tali-temali, selendang, tiang tengah (gulang-gulang) serta lambai-lambai (tempat juru mudi berdiri). Perubahan tersebut sekaligus menandai perkembangan fungsi jalur menjadi tidak sekadar alat angkut, namun juga menunjukkan identitas sosial. Sebab, hanya penguasa wilayah, bangsawan, dan datuk-datuk saja yang mengendarai jalur berhias itu. Perkembangan selanjutnya (kurang lebih 100 tahun kemudian), jalur tidak hanya berfungsi sebagai alat transportasi dan simbol status sosial seseorang, tetapi...
Kuansing (Kuantan Singingi) adalah sebuah daerah yang secara administratif termasuk dalam Provinsi Riau. Di daerah yang masyarakatnya adalah pendukung kebudayaan Melayu ini ada sebuah permainan yang disebut sebagai tali merdeka. Inti dari permainan ini adalah melompat tali-karet yang tersimpul. Penamaan permainan ini ada kaitannya dengan tingkah laku atau perbuatan yang dilakukan pemain itu sendiri, khususnya pada lompatan yang terakhir. Pada lompatan ini (yang terakhir), tali direnggangkan oleh pemegangnya setinggi kepalan tangan yang diacungkan ke udara. Kepalan tangan tersebut hampir mirip dengan apa yang dilakukan oleh para pejuang ketika mengucapkan kata “merdeka”. Gerakan tangan yang menyerupai simbol kemerdekaan itulah yang kemudian dijadikan sebagai nama permainan yang bersangkutan. Kapan dan dari mana permainan ini bermula sulit diketahui secara pasti. Namun, dari nama permainan itu sendiri dapat diduga bahwa permainan ini muncul di zaman penjajahan. Pem...
Ikan Patin dalam bahasa latin disebut pangasius hypopthalmus . Ia merupakan ikan sungai yang dahulu banyak ditemukan di Sungai Indragiri, sekitar dua ratus kilometer dari Pekanbaru, Riau. Namun seiring perkembangan waktu, ikan ini sudah banyak dibudidayakan, baik di sungai (karamba air deras) atau di kolam-kolam biasa. Sebagai makanan khas, ada perbedaan citarasa antara ikan patin yang dihasilkan di sungai dengan ikan patin hasil budidaya kolam. Ikan Patin sungai memiliki rasa daging yang terasa sedikit kenyal dan padat. Saat daging kepala ikan ditarik dari celah-celah tulang, rasanya pun akan terasa "mengikat". Selain lebih gurih dan manis, aroma yang ditimbulkan juga lebih harum. Sementara daging ikan patin yang dibudidayakan di sungai terasa agak lembek. Daging kepala ikan pun akan rontok tanpa perlu menariknya dari celah tulang. Perbedaan juga terasa di penciuman, di mana ikan patin kolam kadang memiliki aroma lumpur. Kekhasan ikan patin terletak pada rasa asam pedasnya. Da...
Sop Tunjang atau yang biasa disebut sop tulang kaki sapi, mulai diperkenalkan penjualnya pada 1990. Ia bermula dari daerah Japura, Indragiri Hulu, sekitar dua ratus kilometer dari Ibu kota Riau, Pekanbaru. Adalah Ibu Situ, 70 tahun yang memperkenalkan makanan ini pada masyarakat. Pada awalnya, sop tunjang bukanlah sesuatu yang menjadi menu utama. Sejatinya, Siti hanya penjual miso biasa. Sebagai penjual miso, idenya menambahkan potongan tulang kaki sapi ke mangkok miso pelanggannya hanyalah sebagai bonus. Namun, lama kelamaan, justru banyak pelanggan yang minta tulang ini tanpa miso. Alhasil, porsinya pun berubah. Ia menjadi semangkok sop tulang kaki sapi yang akhirnya dikenal dengan sop tunjang. Dan tunjang itu sendiri adalah nama lain dari makanan yang diolah dari lutut kaki sapi ke bawah. Untuk mengolahnya, bulu kaki sapi ini terlebih dahulu dibuang dengan cara dibakar. Kemudian kaki sapi tersebut disayat-sayat hingga mendapatkan daging khas sapi. Bersama tulang yang ma...
Srikayo Pisang Rajo adalah salah satu kue khas dari Riau. Makanan ini memang tidak terbuat dari buah srikaya, tapi benar jika jajanan tersebut terbuat dari potongan pisang raja yang kemudian diolah bersama kocokan telur, gula pasir, daun pandan serta santan. Bentuknya yang kenyal dengan citarasa manis dan gurih membuat lidah ketagihan untuk terus mencicipinya. Bahan-bahan: 3 buah pisang raja, kupas 4 butir telur, kocok lepas 1 ¼ ons gula pasir ¼ sendok teh garam 1 lembar daun pandan, potong-potong 400 ml santan kelapa Cara Membuat: 1. Siapkan bahan-bahan dan pelengkap yang digunakan untuk membuat Srikayo Pisang Rajo khas Riau. 2. Setelah itu, ambil pisang yang sudah dikupas kemudian potong-potong dengan ketebalan ½ cm. 3. Siapkan loyang dengan ukuran 16x16x4 cm yang telah diolesi minyak goreng tipis-tipis dan dialasi plastik. 4. Tata potongan pisang di atasnya lalu sisihkan dulu untuk mencampur kocokan telur bersama gula pasir, garam dan...
Kek Pisang atau Cake Pisang merupakan makanan khas Riau yang menggunakan bahan utama pisang ambon atau pisang raja dan pisang 40 hari. Makanan ini memiliki rasa yang berbeda dengan cake pada umumnya, sebab cita rasa pisangnya sangat terasa. Bahan-bahan: 3 buah pisang ukuran sedang, haluskan 2 ons tepung terigu protein sedang 1 ½ ons mentega, lelehkan 1 ½ ons gula pasir 5 sendok makan susu bubuk 7 butir telur ayam 1 sendok teh TBM ½ sendok teh baking powder Cara Membuat: 1. Pertama, siapkan bahan-bahan yang diperlukan beserta loyang dengan diameter 20x20 cm. Olesi loyang tersebut dengan mentega tipis-tipis lalu taburi tepung terigu sampai rata. 2. Sisihkan dulu untuk mengayak tepung terigu, susu bubuk serta baking powder. Kemudian, kocok telur bersama gula pasir hingga mengembang. 3. Tambahkan TBM, lalu kocok hingga mengental. Kalau sudah, masukkan ayakan tepung tadi bersama pisang yang telah dihaluskan. 4. Masukkan juga mentega leleh dan...