Sop Tunjang atau yang biasa disebut sop tulang kaki sapi, mulai diperkenalkan penjualnya pada 1990. Ia bermula dari daerah Japura, Indragiri Hulu, sekitar dua ratus kilometer dari Ibu kota Riau, Pekanbaru. Adalah Ibu Situ, 70 tahun yang memperkenalkan makanan ini pada masyarakat. Pada awalnya, sop tunjang bukanlah sesuatu yang menjadi menu utama. Sejatinya, Siti hanya penjual miso biasa. Sebagai penjual miso, idenya menambahkan potongan tulang kaki sapi ke mangkok miso pelanggannya hanyalah sebagai bonus.
Namun, lama kelamaan, justru banyak pelanggan yang minta tulang ini tanpa miso. Alhasil, porsinya pun berubah. Ia menjadi semangkok sop tulang kaki sapi yang akhirnya dikenal dengan sop tunjang. Dan tunjang itu sendiri adalah nama lain dari makanan yang diolah dari lutut kaki sapi ke bawah. Untuk mengolahnya, bulu kaki sapi ini terlebih dahulu dibuang dengan cara dibakar. Kemudian kaki sapi tersebut disayat-sayat hingga mendapatkan daging khas sapi. Bersama tulang yang masih ada, daging kulitnya, sering disebut jangat, direbus sekitar dua jam. Ini dilakukan untuk mengeluarkan kari sapi tulang sehingga terasa enak dan gurih. Setelah itu, barulah ia dimasak sesuai dengan resep standar sop pada umumnya. Untuk menimbulkan rasa pedas, dapat digunakan cabai rawit, yang kemudian dicampur dengan asam dari jeruk nipis dan rempah-rempah bumbu sup.
Sop Tunjang yang berasal dari tulang sapi memang diyakini bisa menimbulkan persoalan kolesterol atau hipertensi (darah tinggi). Ada keyakinan lain bahwa sop tulang juga bisa meningkatkan kalsium pada tulang.
Bahan-bahan:
Bumbu Sop Tunjang :
Cara Membuat Masakan Sop Tunjang :

sumber: Masakan Dapurku (http://www.masakandapurku.com/2015/06/resep-sup-tunjang-khas-riau.html)
Reference:
Kelahiran seorang anak yang dinantikan tentu membuat seorang ibu serta keluarga menjadi bahagia karena dapat bertemu dengan buah hatinya, terutama bagi ibu (melahirkan anak pertama). Tetapi tidak sedikit pula ibu yang mengalami stress yang bersamaan dengan rasa bahagia itu. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan tentang makna dari pra-kelahiran seseorang dalam adat Nias khusunya di Nias Barat, Kecamatan Lahomi Desa Tigaserangkai, dan menjelaskan tentang proses kelahiran anak mulai dari memberikan nama famanoro ono khora sibaya. Metode pelaksanaan dalam penelitian ini adalah menggunakan metode observasi dan metode wawancara dengan pendekatan deskriptif. pendekatan deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan fakta sosial dan memberikan keterangan yang jelas mengenai Pra-Kelahiran dalam adat Nias. Adapun hasil dalam pembahasan ini adalah pra-kelahiran, pada waktu melahirkan anak,Pemberian Nama (Famatorõ Tõi), acara famangõrõ ono khõ zibaya (Mengantar anak ke rumah paman),...
Prajurit pemanah dari komunitas pemanah berkuda indonesia (KPBI) mengikuti Festival Keraton Nusantara 2017. mewakili kesultanan kasepuhan cirebon. PAKAIAN: terdiri dari ikat kepala/ totopong khas sunda jenis mahkuta wangsa. kain sembongb berwarnaungu di ikat di pinggang bersamaan dengan senjata tajam seperti golok dan pisau lalu baju & celana pangsi sunda. dengan baju corak ukiran batik khas sunda di bagian dada. untuk alas kaki sebagian besar memakai sendal gunung, namun juga ada yang memakai sepatu berkuda. BUSUR: sebagian besar memakai busur dengan model bentuk turkis dan ada juga memakai busur model bentuk korea. ANAK PANAH: Semua nya memakai anak panah bahan natural seperti bambu tonkin, kayu mapple & kayu spruce QUIVER (TEMPAT ANAK PANAH): Semua pemanah menggunakan quiver jenis backside quiver atau hip quiver . yaitu quiver yang anak panah di pasang di pinggang dan apabila anak panah di pasang di dalam quiver , nock anak panah menghadap ke belaka...
aksi pertunjukan pusaka dan pasukan kesultanan kacirebonan dari balaikota cirebon sampai ke keraton kacirebonan
Para pasukan penjaga keraton Sumedang larang