 
            Bentuknya menyerupai tumpeng ukuran mini, tidak istimewa, dan terkesan seperti penganan ketan kukus di Pulau Jawa. Namun, rasanya berbeda. Anda tak perlu menyantap habis Kukus Rap Menggale untuk merasakan perbedaan kudapan khas Pulau Belitung ini. Cukup pada gigitan pertama. Kukus Rap Menggale masih jarang ditemui di rumah makan sekujur Pulau Belitung, karena hanya orang-orang tertentu yang mengetahui resepnya. Padahal, kudapan ini makanan rakyat biasa yang dibuat ibu-ibu di rumah. Belitong Kite, resto tradisional di jantung kota Tanjungpandan -- ibu kota Pulau Belitung -- mengangkat kembali makanan tradisional ini dan dijajakan ke wisatawan; lokal dan mancanegara. Rap Menggale adalah tepung singkong. Jadi, Kukus Rap Menggale adalah tepung singkong yang dikukus. Belitong Kite punya cara sendiri membuat penganan ini. Singkong, sebagai bahan dasar Kukus Rap Menggale, dicui bersih dan direndam di air sungai yang mengalir selama 12 jam. Setelah direndam, singkong diubah menjadi tep...
 
                     
            Di tepian Sungai Cerucuk, Belitung, hiduplah sepasang suami-istri bersama anak laki-lakinya. Kulup nama anak laki-laki itu. Meskipun hidup sederhana, mereka selalu tampak ceria. Gubuk reot di pinggir muara sungai itu tak membuat mereka dukacita. Mereka tetap saja bersahaja. Emak Kulup telah lama sakit. Perutnya membuncit. Hari demi hari kakinya terlihat semakin mengecil. Kata orang, Emak mendapat tulah penunggu sungai. Ketika itu Kulup masih kecil, sangat kecil bahkan. Usianya belum genap dua tahun. Itulah sebabnya Kulup tidak ingat betul apa penyebab sakit emaknya. Ia pun tidak tahu kebenaran cerita orang tentang penyakit emaknya itu. Sejak emaknya sakit, Kulup dibesarkan sendiri oleh ayahnya. Lelaki setengah baya itu harus bekerja keras untuk menghidupi diri, istri, dan anaknya. Hari-harinya dihabiskannya untuk bekerja, bekerja, dan bekerja. Pagi-pagi sekali ia sudah berada di ladang, mengurus tanaman. Atau, ia pergi ke sungai, menengok bubu yang dipasang pada sore har...
 
                     
            Bujang Katak adalah seorang pemuda miskin yang tinggal di sebuah dusun di daerah Bangka, Provinsi Bangka-Belitung (Babel), Indonesia. Ia dipanggil Bujang Katak karena bentuk tubuhnya seperti katak. Walaupun demikian, ia mempunyai istri seorang putri raja yang cantik jelita. Bagaimana Bujang Katak dapat mempersunting seorang putri raja? Ikuti kisahnya dalam cerita rakyat nusantara Kisah Bujang Katak berikut ini! * * * Alkisah, di sebuah dusun di daerah Bangka, Provinsi Bangka-Belitung (Babel), hidup seorang perempuan tua yang sangat miskin. Ia tinggal seorang diri di sebuah gubuk reot yang terletak di kaki bukit. Ia tidak memiliki sanak saudara. Untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, ia menggarap sebidang tanah (ladang) warisan orang tuanya. Pada suatu ketika, musim tanam tiba. Seluruh warga dusun sibuk bekerja di ladang masing-masing, tidak terkecuali perempuan tua itu. Namun karena tubuhnya sudah lemah, ia sebentar-sebentar beristirahat untuk melepas lelah. Ketika...
 
                     
            Paga adalah seorang pemuda yang hidup pada zaman dahulu. Tubuhnya terbilang kecil namun keberaniannya sangat mengagumkan. Pada suatu hari ia datang ke desa Penyak di Pulau Bangka. Ia merasa betah tinggal di desa itu hingga akhirnya memutuskan untuk menetap, walau sesungguhnya keamanan desa Penyak tidaklah terlalu baik. Kerap kali terjadi perampokan dan penjarahan di desa Penyak. Yang mengherankan, para perampok dan penjarah itu langsung menghilang setelah melakukan aksi jahat mereka. Warga desa tidak mengetahui dari mana para perampok itu berasal dan kemana pula mereka pergi. Para perampok itu seperti hilang ditelan bumi setelah melakukan aksi jahatnya. Di desa Penyak itu juga terdapat hutan yang terkenal angker. Tidak pernah ada penduduk desa Penyak yang berani memasuki hutan. Menurut mereka, hutan itu dihuni oleh hantu, jin, setan, dan dedemit yang sangat menyeramkan. Mereka percaya, siapa pun juga yang nekat memasuki hutan itu akan berakhir dengan kematiannya karena dimangsa...
 
                     
            Pak Udak adalah seorang manusia biasa yang sering dianggap sebagai anak dewa oleh warga di desanya. Suatu ketika, Pak Udak diajak oleh tetangganya yang bernama Pak Senjaring untuk mengambil buah duku di kebun sepasang raksasa bernama Kakek dan Nenek Gergasi. Namun,malang nasib Pak Udak, ia tertangkap oleh dua raksasa itu. Dahulu, di daerah Bangka Belitung, ada seorang lelaki bernama Pak Udak . Oleh warga, ia dianggap sebagai anak dewa karena kerap mendapat pertolongan jika tertimpa musibah. Di suatu pagi, Pak Udak sedang duduk bersantai di depan rumahnya. Datanglah seorang tetangganya yang bernama Pak Senjaring . “Sedang apa, Pak Udak?” sapa Pak Senjaring sambil menepuk pundak Pak Udak. “Sedang duduk-duduk saja,” jawab Pak Udak, “Ada apa gerangan? Kok pagi-pagi begini sudah bertamu? Ada yang bisa saya bantu?” Pak Senjaring hanya tersenyum, lalu menjawab. &ldquo...
 
                     
            Belitung yang dulu dikenal dengan Billiton adalah nama sebuah pulau di Provinsi Bangka Belitung, Indonesia. Pulau yang terletak di bagian timur Sumatra ini terbagi menjadi dua kabupaten, yaitu Kabupaten Belitung dan Belitung Timur. Di pulau ini beredar sebuah cerita rakyat tentang sepasang suami-istri yang hendak membunuh anaknya. Berbagai cara telah mereka lakukan untuk membunuh anaknya, namun tidak pernah berhasil. Alkisah, di sebuah desa di Pulau Belitung, hiduplah sepasang suami-istri yang miskin. Walaupun hidup miskin, mereka tetap rukun dan bahagia. Namun, kebahagiaan itu terasa belum lengkap, karena mereka belum mempunyai anak. Untuk itu, setiap malam kedua orang suami-istri itu senantiasa berdoa kepada Tuhan agar dikaruniai seorang anak. “Ya, Tuhan! Karuniakanlah kami seorang anak, walaupun sebesar kelingking!” Rupanya doa mereka dikabulkan oleh Tuhan Yang Mahakuasa. Tidak beberapa lama kemudian sang Istri hamil. Sepasang suami-istri itu sangat sena...
 
                     
            Bujang Katak adalah seorang pemuda miskin yang tinggal di sebuah dusun di daerah Bangka, Provinsi Bangka-Belitung (Babel), Indonesia. Ia dipanggil Bujang Katak karena bentuk tubuhnya seperti katak. Walaupun demikian, ia mempunyai istri seorang putri raja yang cantik jelita. Pada suatu masa di sebuah dusun di daerah Bangka, Provinsi Bangka-Belitung (Babel), hidup seorang perempuan tua yang sangat miskin. Ia tinggal seorang diri di sebuah gubuk reot yang terletak di kaki bukit. Ia tidak memiliki sanak saudara. Untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, ia menggarap sebidang tanah (ladang) warisan orang tuanya. Pada suatu ketika, musim tanam tiba. Seluruh warga dusun sibuk bekerja di ladang masing-masing, tidak terkecuali perempuan tua itu. Namun karena tubuhnya sudah lemah, ia sebentar-sebentar beristirahat untuk melepas lelah. Ketika sedang duduk beristirahat, tiba-tiba ia berangan-angan ingin mempunyai anak. “Seadainya aku mempunyai anak tentu aku tidak s...
 
                     
            Kepulauan Bangka-Belitung (Babel) adalah salah satu provinsi di Pulau Sumatera, Indonesia. Disebut kepulauan, karena wilayah provinsi ini terdiri dari beberapa pulau. Salah satu di antaranya adalah Pulau Bangka, yang terletak di sebelah timur Pulau Sumatera. Secara topografis, wilayah Pulau Bangka terdiri dari rawa-rawa, daratan rendah, dan perbukitan. Di daerah perbukitan terdapat hutan lebat, sedangkan pada daerah rawa terdapat hutan bakau. Menurut sebuah cerita yang sangat terkenal di kalangan masyarakat Pulau Bangka, pada zaman dahulu di daerah perbukitan yang dihampari hutan lebat itu, pernah hidup seorang pemuda yatim-piatu yang miskin. Sehari-harinya, ia bekerja sebagai pemburu babi hutan. Suatu ketika, pemuda itu mendapat hadiah berupa perhiasan emas, intan permata dan berlian dari seseorang sehingga ia menjadi kaya raya. Apa sebenarnya yang telah dilakukan pemuda itu, sehingga ia mendapat hadiah yang sangat berharga itu? Ikuti kisahnya berikut...
 
                     
            Kampung Gedong terletak di Kuto Panji, Kecamatan Belinyu, Kabupaten Bangka, sekitar 54 kilometer dari Sungailiat. Kampung Gedong adalah permukiman awal masyarakat Tionghoa Hakka yang didatangkan Belanda dari Guangdong, propinsi di Republik Rakyat Cina (RRC), di penghujung abad ke-19, atau ketika pertambangan timah secara masif dimulai. Perkampungan yang ada memiliki rumah berarsitektur khas Cina Hakka. Pemukiman ini belum dapat dipastikan sejak kapan mulai berdiri, namun rumah-rumah yang ada tidak berdiri secara serempak melainkan satu per satu dengan berjalannya waktu. Rumah-rumah yang ada di kampung ini belum ada listrik dari PLN. mereka menggunakan genset untuk kehidupan sehari-hari. Mata pencaharian masyarakat kampung Gedong sendiri adalah Pengrajin, Nelayan dan Pedagang. kampung ini juga menghasilkan kerupuk kemplang. Kampung ini sendiri sudah ditetapkansebagai desa wisata sejak tahun 2000 oleh pemerintah kabupaten Bangka. #OSKMITB2018
