Belitung yang dulu dikenal dengan Billiton adalah nama sebuah pulau di Provinsi Bangka Belitung, Indonesia. Pulau yang terletak di bagian timur Sumatra ini terbagi menjadi dua kabupaten, yaitu Kabupaten Belitung dan Belitung Timur. Di pulau ini beredar sebuah cerita rakyat tentang sepasang suami-istri yang hendak membunuh anaknya. Berbagai cara telah mereka lakukan untuk membunuh anaknya, namun tidak pernah berhasil.
“Ya, Tuhan! Karuniakanlah kami seorang anak, walaupun sebesar kelingking!”
“Bang! Kenapa anak kita kecil sekali, Bang?” tanya sang Istri sedih.
- “Dik! Ingatkah doa kita selama ini? Bukankah kita selalu berdoa agar diberikan anak walaupun sebesar kelingking” tanya sang Suami mengingatkan istrinya.
- “Ooo, iya. Rupanya Tuhan mengabulkan doa kita sesuai dengan permintaan kita,” kata sang Istri.
- “Bang! Bagaimana caranya kita menyingkirkan Si Kelingking?” tanya sang Istri bingung.
- “Abang punya cara” jawab sang Suami.
- “Apa itu, Bang?” tanya sang Istri penasaran.
- “Besok pagi, aku akan mengajaknya ke hutan,” jawab sang Suami.
- “Ke hutan? Untuk apa, Bang?” tanya sang Istri tambah bingung.
- “Aku akan membuangnya di tengah hutan” jawab sang Suami.
- “Kelingking! Kamu berdiri di situ saja! Ayah akan menebang pohon ini!” seru sang Ayah.
- “Baik, Ayah!” jawab Si Kelingking menuruti perintah ayahnya.
“Matilah kau kerdil! Ha... ha... ha...!” seru sang Ayah sambil tertawa terbahak-bahak, lalu mendekati pohon besar itu.
- “Bang! Mulai hari ini, hidup kita akan jadi tenang,” kata sang Istri kepada suaminya.
- Namun, menjelang siang hari, tiba-tiba terdengar suara teriakan dari luar rumah.
- “Ayah...! Ayah....! Diletakkan di mana kayu ini?”
- “Bang! Sepertinya itu suara Kelingking. Bukankah anak itu sudah mati?” tanya sang Istri heran.
- “Ayo, kita keluar melihatnya!” seru sang Suami penasaran.
- “Ayah! Diletakkan di mana kayu ini?” tanya Si Kelingking.
- “Letakkan di situ saja!” perintah ayahnya.
- “Bang! Apa lagi yang harus kita lakukan?” tanya sang Istri bingung.
- “Besok Abang akan mengajaknya pergi ke gunung untuk mengambil batu,” jawab sang Suami sambil tersenyum.
- “Tenang, Dik! Recanaku ini pasti akan berhasil,” tambah sang Suami dengan penuh keyakinan.
- “Kelingking! Ayah akan naik ke atas gunung hendak mendongkel batu-batu itu. Kamu tunggu di sini saja sambil menghadang dan mengumpulkan batu-batu itu,” perintah sang Ayah.
- “Baik, Ayah!” jawab Si Kelingking.
“Kelingking! Kelingking! Kelingking!” seru sang Ayah memanggil anaknya.
- “Apakah Abang yakin jika anak itu benar-benar sudah mati?” tanya sang Istri dengan perasaan ragu-ragu.
- “Iya, Dik! Abang berhasil menindihnya dengan batu besar,” jawab sang Suami.
- “Ya, syukurlah kalau begitu. Hidup kita akan benar-benar jadi tenang kembali,” kata sang Istri dengan perasaan lega.
- “Ayah...! Ayah...! Diletakkan di mana batu ini?” tanya suara itu.
- “Letakkan di situ!” jawab Ayah Si Kelingking tanpa sadar.
Pertama, menjauhi sifat suka memandang rendah orang lain. Sifat ini digambarkan oleh perilaku ayah dan ibu Si Kelingking. Mereka hanya melihat bentuk fisik dan kerakusan anak mereka, sehingga mereka berniat membuangnya. Namun, di luar dugaan mereka bahwa meskipun badannya kecil, ternyata Si Kelingking memiliki kekuatan yang luar biasa yang tidak dimiliki oleh orang lain. Menyadari hal itu, mereka pun menjadi sayang kepada Si Kelingking. Dari sini dapat dipetik sebuah pelajaran bahwa jika membenci seseorang janganlah berlebihan, karena bisa jadi rasa benci itu berubah menjadi rasa sayang.
Kedua, ajal manusia ada di tangan Tuhan. Hal ini dapat dilihat pada cerita di atas bahwa walaupun ayah dan ibu Si Kelingking beberapa kali mencoba ingin membunuhnya, namun tidak pernah berhasil.
Sumber: http://agathanicole.blogspot.com/2017/09/kisah-si-kelingking.html
 
            Kelahiran seorang anak yang dinantikan tentu membuat seorang ibu serta keluarga menjadi bahagia karena dapat bertemu dengan buah hatinya, terutama bagi ibu (melahirkan anak pertama). Tetapi tidak sedikit pula ibu yang mengalami stress yang bersamaan dengan rasa bahagia itu. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan tentang makna dari pra-kelahiran seseorang dalam adat Nias khusunya di Nias Barat, Kecamatan Lahomi Desa Tigaserangkai, dan menjelaskan tentang proses kelahiran anak mulai dari memberikan nama famanoro ono khora sibaya. Metode pelaksanaan dalam penelitian ini adalah menggunakan metode observasi dan metode wawancara dengan pendekatan deskriptif. pendekatan deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan fakta sosial dan memberikan keterangan yang jelas mengenai Pra-Kelahiran dalam adat Nias. Adapun hasil dalam pembahasan ini adalah pra-kelahiran, pada waktu melahirkan anak, Pemberian Nama (Famatorõ Tõi), acara famangõrõ ono khõ zibaya (Mengantar anak ke rumah paman)...
 
                     
            Prajurit pemanah dari komunitas pemanah berkuda indonesia (KPBI) mengikuti Festival Keraton Nusantara 2017. mewakili kesultanan kasepuhan cirebon. PAKAIAN: terdiri dari ikat kepala/ totopong khas sunda jenis mahkuta wangsa. kain sembongb berwarnaungu di ikat di pinggang bersamaan dengan senjata tajam seperti golok dan pisau lalu baju & celana pangsi sunda. dengan baju corak ukiran batik khas sunda di bagian dada. untuk alas kaki sebagian besar memakai sendal gunung, namun juga ada yang memakai sepatu berkuda. BUSUR: sebagian besar memakai busur dengan model bentuk turkis dan ada juga memakai busur model bentuk korea. ANAK PANAH: Semua nya memakai anak panah bahan natural seperti bambu tonkin, kayu mapple & kayu spruce QUIVER (TEMPAT ANAK PANAH): Semua pemanah menggunakan quiver jenis backside quiver atau hip quiver . yaitu quiver yang anak panah di pasang di pinggang dan apabila anak panah di pasang di dalam quiver , nock anak panah menghadap ke belaka...
 
                     
            Prajurit pemanah dari komunitas pemanah berkuda indonesia (KPBI) mengikuti Festival Keraton Nusantara 2017. mewakili kesultanan kasepuhan cirebon. PAKAIAN : terdiri dari ikat kepala/ totopong khas sunda jenis mahkuta wangsa. kain sembong berwarna ungu di ikat di pinggang bersamaan dengan senjata tajam seperti golok ataupun pisau lalu baju & celana pangsi sunda. dengan baju corak ukiran batik khas sunda di bagian dada. untuk alas kaki sebagian besar memakai sendal gunung, namun juga ada yang memakai sepatu berkuda. BUSUR : sebagian besar memakai busur dengan model bentuk turkis dan ada juga memakai busur model bentuk korea. ANAK PANAH : Semua nya memakai anak panah bahan natural seperti bambu tonkin, kayu mapple & kayu spruce QUIVER (TEMPAT ANAK PANAH): Semua pemanah menggunakan quiver jenis backside quiver atau hip quiver . yaitu quiver yang anak panah di pasang di pinggang dan apabila anak panah di pasang di dalam quiver , nock anak panah menghad...
 
                     
            aksi pertunjukan pusaka dan pasukan kesultanan kacirebonan dari balaikota cirebon sampai ke keraton kacirebonan
 
                     
            Para pasukan penjaga keraton Sumedang larang
