Alat Musik
Alat Musik
Cerita Rakyat Kepulauan Bangka Belitung Bangka Belitung
KISAH PA UDAK DAN RAKSASA
- 18 Juli 2018

Pak Udak adalah seorang manusia biasa yang sering dianggap sebagai anak dewa oleh warga di desanya.
Suatu ketika, Pak Udak diajak oleh tetangganya yang bernama Pak Senjaring untuk mengambil buah duku di kebun sepasang raksasa bernama Kakek dan Nenek Gergasi.
Namun,malang nasib Pak Udak, ia tertangkap oleh dua raksasa itu.

Dahulu, di daerah Bangka Belitung, ada seorang lelaki bernama Pak Udak. Oleh warga, ia dianggap sebagai anak dewa karena kerap mendapat pertolongan jika tertimpa musibah. Di suatu pagi, Pak Udak sedang duduk bersantai di depan rumahnya. Datanglah seorang tetangganya yang bernama Pak Senjaring.
  • “Sedang apa, Pak Udak?” sapa Pak Senjaring sambil menepuk pundak Pak Udak.
  • “Sedang duduk-duduk saja,” jawab Pak Udak, 
  • “Ada apa gerangan? Kok pagi-pagi begini sudah bertamu? Ada yang bisa saya bantu?”
Pak Senjaring hanya tersenyum, lalu menjawab.
  • “Begini, Pak Udak. Dari pada tidak ada kerjaan, bagaimana kalau kita pergi ke kebun milik Kakek dan Nenek Gergasiuntuk mengambil buah duku?” ajak Pak Senjaring.
  • “Tidak, Ah. Saya takut,” tolak Pak Udak, 
  • “Mereka itu raksasa yang suka memangsa manusia!”
  • “Iya, Pak Udak. Tapi, aku yakin tidak akan terjadi sesuatu pada kita. Bukankah Pak Udak selalu dilindungi oleh dewa? Dewa pasti akan melindungi kita,” bujuk Pak Senjaring.
Pak Udak akhirnya tergoda oleh bujukan Pak Senjaring. Mereka pun segera menyiapkan bekal perjalanan, termasuk sarau, yaitu keranjang bertali yang disangkutkan di punggung.
 
Setelah dua hari menempuh perjalanan, mereka pun tiba di kebun yang ditumbuhi puluhan pohon duku yang sedang berbuah lebat. Mereka tiba di sana pada hari sudah gelap. Sementara bulan sedang tidak tampak. Pak Udak mulai sedikit takut.
  • “Apa yang harus kita lakukan Pak Senjaring?” tanya Pak Udah, ‘”Suasana kebun ini gelap sekali, kita tidak bisa memetik buah duku.”
  • “Kalau begitu, sebaiknya kita tunggu sampai hampir pagi,” ujar Pak Senjaring.
  • “Tapi, kita harus bangun sebelum Nenek Gergasi dan suaminya terbangun,” kata Pak Udak.
Akhirnya malam itu, mereka memutuskan untuk beristirahat. Kakek dan Nenek Gergasi sedang terlelap. Suara dengkuran dua raksasa itu mirip dengkuran harimau. Pak Udak dan Pak Senjaring pun sulit memejamkan mata.
 
Saat pagi mulai menjelang, Pak Udak dan Pak Senjaring segera menuju ke ladang. Setelah memilih pohon duku yang berbuah lebat, mereka pun mulai memanjat.
  • “Hati-hati, Pak Udak. Jangan menimbulkan suara berisik,” bisik Pak Senjaring.
  • “Baik,” jawab Pak Udak.
Pak Udak dan Pak Senjaring pun mulai memetik buah duku. Sebentar saja, sarau Pak Senjaring telah penuh. Sementara sarau Pak Udak baru separuhnya. Rupanya, duku yang telah dipetik Pak Udak sebagian besar langsung dimakan.
“Pak Udak, ayo cepat turun! Kita tinggalkan tempat ini!” seru Pak Senjaring.
Pak Udak tidak menghiraukan seruan Pak Senjaring. Ia masih terus memakan buah duku. Karena matahari sudah mulai terbit, Pak Senjaring segera bersembunyi ke dalam semak belukar di pinggir kebun.
 
Ketika bangun tidur, kedua raksasa pemilik ladang itu terkejut melihat banyak kulit duku yang berserakan di bawah pohon.
  • “Siapa yang telah mengambil buah duku kita?” tanya Kakek Gergasi.
  • “Lihat di atas pohon itu!” seru Nenek Gergasi, “Dialah pelakunya.”
  • “Hai, manusia. Cepat turun!” teriak Kakek Gergasi.
Pak Udak yang berada di atas pohon menjadi ketakutan. Seluruh tubuhnya gemetar. Ia tidak berani turun, meskipun Kakek Gergasi sudah berkali-kali menyuruhnya. Kakek Gergasi yang murka kemudian mengguncang-guncang pohon itu hingga pegangan Pak Udak terlepas dan tubuhnya jatuh ke tanah.
 
Kedua raksasa itu segera menghampiri Pak Udak yang tidak sadarkan diri. Pak Senjaring yang menyaksikan peristiwa tersebut segera meninggalkan tempat itu dengan berlinang air mata. Ia yakin bahwa pastilah Pak Udak akan dimangsa oleh kedua raksasa itu.
 
Di kebun duku, kedua raksasa itu terlihat sedang mengamati Pak Udak yang masih pingsan.
  • “Apa yang akan kita lakukan pada anak manusia ini?” tanyak Nenek Gergasi.
  • “Sebaiknya manusia ini kita pelihara dulu. Nanti setelah gemuk barulah kita sembelih untuk dijadikan gulai,” ujar Kakek Gergasi.
Kedua raksasa itu memasukkan Pak Udak ke dalam kurungan. Setiap hari, Pak Udak diberi makan yang banyak agar cepat gemuk. Pak Udak hanya bisa meratapi nasibnya. Ia sering menangis karena teringat pada anaknya yang akan kehilangan ayahnya.
 
Ketika Pak Udak sedang menangis, tiba-tiba anak pasangan raksasa itu, si Gerasi, datang menghampirinya. Saat itu, kedua orang tua si Gerasi sedang tidak ada di rumah mereka.
  • “Kenapa kamu menangis?” tanya anak raksasa itu.
  • “Hatiku sedih. Anakku tak lama lagi akan kehilangan ayahnya,” jawab Pak Udak.
Ketika bercerita, Pak Udak sambil memperagakan ketika ia menimang-nimang anaknya sambil menyanyikan lagu-lagu indah. Rupanya, anak raksasa itu tertarik dan meminta kepada Pak Udak agar dirinya ditimang dan dinyanyikan.
“Pak Udak, mau kamu menimang dan menyanyikan tembang-tembang indah untukku?” pinta Gerasi.
Pak Udak pun tidak menyia-nyiakan kesempatan itu. 
  • “Baiklah. Aku menyanggupi permintaanmu. Tapi, bagaimana aku bisa menimangmu jika aku masih berada di dalam kurungan ini?” kata Pak Udak.
  • “Tenang, Pak Udak. Aku akan mengeluarkanmu dari kurungan itu,” kata si Gerasi.
Si Gerasi pun membuka pintu kurungan itu dan Pak Udak pun segera keluar. Pak Udak kemudian mencoba untuk menimang si Gerasi. Meskipun berkali-kali terjerembab karena badan anak raksasa itu sangat berat, Pak Udak akhirnya berhasil menidurkan Gerasi. Pak Udak dengan hati-hati memasukkan si Gerasi ke dalam kurungan, lalu segera meninggalkan tempat itu. Tak lupa ia membawa semua makanan yang tersedia.
 
Setiba di perkampungan, Pak Udak disambut oleh warga dengan suka cita. Para warga, terutama Pak Senjaring, amat heran melihat Pak Udak mampu meloloskan diri dari santapan Nenek dan Kakek Gergasi.
“Bagaimana kamu bisa meloloskan dari diri, Pak Udak?” tanya Pak Senjaring.
Pak Udak pun menceritakan upaya yang telah dilakukannya hingga bisa meloloskan diri. Semua warga menjadi terharu mendengar cerita Pak Udak. Mereka menganggap bahwa semua itu karena pertolongan dewa. Mereka pun semakin semakin percaya bahwa Pak Udak adalah anak dewa. Sejak itulah, derajat Pak Udak di mata warga sekitarnya semakin tinggi dan akhirnya ia pun diangkat menjadi kepala kampung.
 
Sumber: http://agathanicole.blogspot.com/2017/09/kisah-pa-udak-dan-raksasa.html

Diskusi

Silahkan masuk untuk berdiskusi.

Daftar Diskusi

Rekomendasi Entri

Gambar Entri
Upacara Kelahiran di Nias
Ritual Ritual
Sumatera Utara

Kelahiran seorang anak yang dinantikan tentu membuat seorang ibu serta keluarga menjadi bahagia karena dapat bertemu dengan buah hatinya, terutama bagi ibu (melahirkan anak pertama). Tetapi tidak sedikit pula ibu yang mengalami stress yang bersamaan dengan rasa bahagia itu. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan tentang makna dari pra-kelahiran seseorang dalam adat Nias khusunya di Nias Barat, Kecamatan Lahomi Desa Tigaserangkai, dan menjelaskan tentang proses kelahiran anak mulai dari memberikan nama famanoro ono khora sibaya. Metode pelaksanaan dalam penelitian ini adalah menggunakan metode observasi dan metode wawancara dengan pendekatan deskriptif. pendekatan deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan fakta sosial dan memberikan keterangan yang jelas mengenai Pra-Kelahiran dalam adat Nias. Adapun hasil dalam pembahasan ini adalah pra-kelahiran, pada waktu melahirkan anak, Pemberian Nama (Famatorõ Tõi), acara famangõrõ ono khõ zibaya (Mengantar anak ke rumah paman)...

avatar
Admin Budaya
Gambar Entri
Prajurit Pemanah Kasultanan Kasepuhan Cirebon Di Festival Keraton Nusantara
Seni Pertunjukan Seni Pertunjukan
Jawa Barat

Prajurit pemanah dari komunitas pemanah berkuda indonesia (KPBI) mengikuti Festival Keraton Nusantara 2017. mewakili kesultanan kasepuhan cirebon. PAKAIAN: terdiri dari ikat kepala/ totopong khas sunda jenis mahkuta wangsa. kain sembongb berwarnaungu di ikat di pinggang bersamaan dengan senjata tajam seperti golok dan pisau lalu baju & celana pangsi sunda. dengan baju corak ukiran batik khas sunda di bagian dada. untuk alas kaki sebagian besar memakai sendal gunung, namun juga ada yang memakai sepatu berkuda. BUSUR: sebagian besar memakai busur dengan model bentuk turkis dan ada juga memakai busur model bentuk korea. ANAK PANAH: Semua nya memakai anak panah bahan natural seperti bambu tonkin, kayu mapple & kayu spruce QUIVER (TEMPAT ANAK PANAH): Semua pemanah menggunakan quiver jenis backside quiver atau hip quiver . yaitu quiver yang anak panah di pasang di pinggang dan apabila anak panah di pasang di dalam quiver , nock anak panah menghadap ke belaka...

avatar
ASEP NU KASEP TEA ATUH PIRAKU
Gambar Entri
Prajurit pemanah kasultanan kasepuhan cirebon di festival keraton nusantara
Seni Pertunjukan Seni Pertunjukan
Jawa Barat

Prajurit pemanah dari komunitas pemanah berkuda indonesia (KPBI) mengikuti Festival Keraton Nusantara 2017. mewakili kesultanan kasepuhan cirebon. PAKAIAN : terdiri dari ikat kepala/ totopong khas sunda jenis mahkuta wangsa. kain sembong berwarna ungu di ikat di pinggang bersamaan dengan senjata tajam seperti golok ataupun pisau lalu baju & celana pangsi sunda. dengan baju corak ukiran batik khas sunda di bagian dada. untuk alas kaki sebagian besar memakai sendal gunung, namun juga ada yang memakai sepatu berkuda. BUSUR : sebagian besar memakai busur dengan model bentuk turkis dan ada juga memakai busur model bentuk korea. ANAK PANAH : Semua nya memakai anak panah bahan natural seperti bambu tonkin, kayu mapple & kayu spruce QUIVER (TEMPAT ANAK PANAH): Semua pemanah menggunakan quiver jenis backside quiver atau hip quiver . yaitu quiver yang anak panah di pasang di pinggang dan apabila anak panah di pasang di dalam quiver , nock anak panah menghad...

avatar
ASEP NU KASEP TEA ATUH PIRAKU
Gambar Entri
Kirab agung milad ke 215 kesultanan kacirebonan
Seni Pertunjukan Seni Pertunjukan
Jawa Barat

aksi pertunjukan pusaka dan pasukan kesultanan kacirebonan dari balaikota cirebon sampai ke keraton kacirebonan

avatar
ASEP NU KASEP TEA ATUH PIRAKU
Gambar Entri
PANURUNG: Pasukan Pengawal Keraton Sumedang Larang
Senjata dan Alat Perang Senjata dan Alat Perang
Jawa Barat

Para pasukan penjaga keraton Sumedang larang

avatar
ASEP NU KASEP TEA ATUH PIRAKU