Cerita Rakyat
Cerita Rakyat
Cerita Rakyat Kepulauan Bangka Belitung Bangka Belitung
Si Penyumpit
- 18 Juli 2018
Kepulauan Bangka-Belitung (Babel) adalah salah satu provinsi di Pulau Sumatera, Indonesia. Disebut kepulauan, karena wilayah provinsi ini terdiri dari beberapa pulau. Salah satu di antaranya adalah Pulau Bangka, yang terletak di sebelah timur Pulau Sumatera. Secara topografis, wilayah Pulau Bangka terdiri dari rawa-rawa, daratan rendah, dan perbukitan. Di daerah perbukitan terdapat hutan lebat, sedangkan pada daerah rawa terdapat hutan bakau. 
Menurut sebuah cerita yang sangat terkenal di kalangan masyarakat Pulau Bangka, pada zaman dahulu di daerah perbukitan yang dihampari hutan lebat itu, pernah hidup seorang pemuda yatim-piatu yang miskin. Sehari-harinya, ia bekerja sebagai pemburu babi hutan.
Suatu ketika, pemuda itu mendapat hadiah berupa perhiasan emas, intan permata dan berlian dari seseorang sehingga ia menjadi kaya raya. 
Apa sebenarnya yang telah dilakukan pemuda itu, sehingga ia mendapat hadiah yang sangat berharga itu? Ikuti kisahnya berikut ini ! 
* * *
Alkisah, pada zaman dahulu kala, di sebuah daerah di Pulau Bangka, hiduplah seorang pemuda yang sangat mahir menyumpit binatang buruan. Sumpitannya selalu mengenai sasaran. Oleh karenanya, masyarakat memanggilnya si Penyumpit. Selain mahir menyumpit, ia juga pandai mengobati berbagai macam penyakit. Bakat menyumpit dan mengobati tersebut ia peroleh dari ayahnya. 
 
Pada suatu hari, Pak Raje, Kepala Desa di kampung itu, meminta si Penyumpit untuk mengusir kawanan babi hutan yang telah merusak tanaman padinya yang sedang berbuah, dengan dalih bahwa orang tua si Penyumpit sewaktu masih hidup pernah berhutang kepadanya. Demi membayar hutang orang tuanya, si Penyumpit rela bekerja pada Pak Raje. 
 
Keesokan harinya, berangkatlah si Penyumpit ke ladang Pak Raje untuk melaksanakan tugas. Sesampainya di ladang, ia membakar kemenyan untuk memohon kepada dewa-dewa dan mentemau (dewa babi), agar kawanan babi tersebut tidak merusak tanaman padi Pak Raje. Si Penyumpit kemudian melakukan ronda dengan memantau seluruh sudut ladang hingga larut malam. Sudah tiga malam si Penyumpit meronda, namun belum terlihat tanda-tanda yang mencurigakan. Meskipun situasi aman, si Penyumpit terus berjaga-jaga. 
 
Ketika memasuki malam ketujuh, dari kejauhan tampak oleh si Penyumpit tujuh kawanan babi hutan sedang beriring-iringan hendak memasuki ladang. Satu per satu babi hutan itu melompati pagar batu yang telah dibuat Pak Raje. Mengetahui hal itu, si Penyumpit segera bersembunyi di balik sebuah pohon besar dengan sumpit di tangan yang siap untuk digunakan. Ketika kawanan babi tersebut mulai mengobrak-abrik tanaman padi yang tak jauh dari pohon tempat ia bersembunyi, dengan hati-hati pemuda itu mengangkat sumpitnya, lalu disumpitkannya ke arah babi yang paling dekat dengannya. Sumpitannya tepat mengenahi sisi sebelah kiri perut babi itu. 
Sesaat kemudian, kawanan babi itu tiba-tiba menghilang bersama dengan anak sumpitnya. Melihat peristiwa aneh itu, si Penyumpit menjadi penasaran. 
 
Keesokan harinya, si Penyumpit menyusuri ceceran darah hingga ke tengah hutan. Sesampainya di tengah hutan, ia menemukan sebuah gua yang di sekelilingnya ditumbuhi semak-belukar. Dengan hati-hati, pemuda itu memasuki gua tersebut. Sesampainya di dalam, ia sangat terkejut, karena melihat seorang putri yang tergeletak di atas pembaringan yang dikelilingi oleh wanita-wanita cantik. Salah seorang dari wanita tersebut adalah ibu sang Putri. 
  • “Hai, anak muda! Engkau siapa?” tanya ibu sang putri. 
  • “Saya si Penyumpit,” jawab si pemuda dengan ramah. 
  • “Ada perlu apa Engkau ke sini?” tanya ibu sang putri dengan nada menyelidik. 
  • “Saya sedang mencari anak sumpit saya yang hilang bersama dengan seekor babi hutan,” jawabnya. 
  • “Benda yang engkau cari itu ada pada putriku,” kata ibu sang putri. 
  • “Bagaimana bisa anak sumpit saya ada pada putri Bibi?” tanya si Penyumpit heran.
  • “Ketahuilah, anak muda! Babi yang engkau sumpit itu adalah penjelmaan putriku,’ jelas ibu sang putri. 
  • Si Penyumpit sangat kaget mendengar penjelasan ibu sang putri. “Jadi…, kalian adalah babi jadi-jadian?” tanya si Penyumpit dengan heran. 
  • “Benar, anak muda,” jawab ibu sang putri. 
  • “Kalau begitu, saya minta maaf, karena tidak mengetahui hal itu,” kata si Penyumpit dengan rasa menyesal. “Sudahlah, anak muda. Lupakan saja semua kejadian itu. Yang penting sekarang adalah bagaimana melepaskan benda ini dari perut putriku,” kata ibu sang putri. 
  • “Baiklah. Saya akan melepaskan anak sumpit itu dan mengobati luka putri bibi. Tolong saya dicarikan beberapa helai daun keremunting dan tumbuklah hingga halus,” pinta si Penyumpit. 
Untuk memenuhi permintaan itu, ibu sang putri segera memerintahkan beberapa dayangnya untuk mencari daun keremunting yang banyak terdapat di sekitar mereka. Tak berapa lama, dayang-dayang tersebut sudah kembali dengan membawa daun yang dimaksud.
 
Setelah yang diperlukan disiapkan, si Penyumpit mendekati gadis cantik yang sedang terbaring lemas itu, lalu membuka selimut yang menutupi tubuhnya. Tampaklah sebuah benda runcing yang menancap di perut sang putri, yang tidak lain adalah mata sumpit miliknya.  Sambil mulutnya komat-kamit membaca mantra, si Penyumpit mencabut mata sumpit itu dengan pelan-pelan. Setelah mata sumpit terlepas, bekas luka tersebut kemudian ditutupinya dengan daun keremunting yang sudah dihaluskan untuk menahan cucuran darah yang keluar. 
 
Beberapa saat kemudian, luka sang putri sembuh dan tidak meninggalkan bekas luka sedikit pun. 
  • “Sekarang putri Bibi sudah sembuh. Izinkanlah saya mohon diri,” pamit pemuda itu dengan sopan. 
  • “Baiklah, anak muda! Ini ada oleh-oleh sebagai ucapan terima kasih kami, karena engkau telah menyembuhkan putriku. Bungkusan ini berisi kunyit, buah nyatoh, daun simpur, dan buah jering. Tapi, bungkusan ini jangan dibuka sebelum engkau sampai di rumah,” pesan ibu sang putri. 
  • “Baik, Bi!” jawab pemuda itu, lalu pergi meninggalkan gua. 
Setibanya di rumah, si Penyumpit segera membuka bungkusan tersebut. Alangkah terkejutnya ia, karena isi bungkusan itu tidak seperti yang disebutkan ibu sang putri. Bungkusan itu ternyata berisi perhiasan berupa emas, berlian, dan intan permata. 
  • “Waw…, berharga sekali benda ini!” tanya si Penyumpit dengan rasa kagum. 
  • “Dengan benda ini, aku akan menjadi kaya-raya,” gumamnya dengan perasaan gembira.
Keesokan harinya, si Penyumpit pergi menjual seluruh benda berharga itu kepada seorang saudagar kaya di kampung itu. Hasil penjualannya ia gunakan untuk membeli ladang yang luas, rumah mewah, dan melunasi seluruh hutang ayahnya kepada Pak Raje. 
 
Sejak itu, tersiarlah kabar bahwa si Penyumpit telah menjadi kaya-raya. Berita itu juga didengar oleh Pak Raje. Ia pun berniat untuk mengikuti jejak si Penyumpit. Suatu hari, Pak Raje meminjam sumpit pemuda itu dan kemudian pergi berburu babi hutan di ladang miliknya. Dalam perburuannya, ia berhasil menyumpit seekor babi. 
 
Setelah itu ia mengikuti jejak dan menemukan babi hutan itu, yang ternyata penjelmaan sang putri. Pak Raje berusaha menyembuhkan luka yang diderita oleh sang Putri, namun tidak berhasil karena ia tidak memiliki keahlian mengobati penyakit. Akhirnya, ia diserang berpuluh-puluh babi hutan. Dengan tubuh yang penuh luka-luka, ia berjalan sempoyongan pulang ke rumahnya. Sesampainya di rumah, Pak Raje langsung tergeletak tidak sadarkan diri, karena tidak tahan lagi menahan rasa sakit. 
 
Putri sulung Pak Raje segera menyampaikan nasib malang yang menimpa ayahnya itu kepada si Penyumpit. Mendengar kabar itu, si Penyumpit segera ke rumah Pak Raje untuk menolongnya. Si Penyumpit kemudian mengobati Pak Raje dengan 7 helai daun. 
Setelah itu ia membakar kemenyan, lalu menyebut satu per satu anggota tubuh Pak Raje, seperti tangan, kaki, kepala, dan lain-lain. Terakhir, ia menyebut nama Pak Raje. Ketika asap kemenyan itu mengepul, di Penyumpit kemudian membaca mantera. 
Tak lama kemudian, tampak jari tangan Pak Raje bergerak-gerak. Dengan pelan-pelan ia mengusap-usap matanya hingga tiga kali. Akhirnya, Pak Raje sadarkan diri dan sembuh dari penyakitnya. Setelah itu Pak Raje insaf (sadar) dan mengakui semua kesalahannya kepada si Penyumpit. 
  • “Terima kasih, Penyumpit! Kamu telah menyembuhkan penyakitku. Aku minta maaf karena telah memaksamu menjaga ladangku. Untuk menebus kesalahanku ini, aku akan menikahkanmu dengan putri bungsuku. 
  • Setelah itu, aku akan mengangkatmu menjadi Kepala Desa untuk menggantikanku. Bersediakah kamu menerima tawaranku ini, wahai Penyumpit?” tanya Pak Raje. 
  • “Terima kasih, Pak Raje! Dengan senang hati, saya bersedia,” jawab si Penyumpit. 
  • “Baiklah kalau begitu. Berita gembira ini akan segera aku sampaikan kepada seluruh warga kampung ini,” kata Pak Raje. 
Satu minggu kemudian, pernikahan si Penyumpit dengan putri bungsu Pak Raje dilangsungkan dengan meriah. Berbagai macam seni pertunjukan ditampilkan dalam acara tersebut. Pak Raje bersama keluarganya beserta seluruh warga desa turut bergembira atas pernikahan itu. Di akhir acara, Pak Raje menyerahkan jabatannya sebagai Kepala Desa kepada menantunya yang baik hati itu. Sepasang insan yang baru menjadi suami-istri itu hidup berbahagia. Warganya pun hidup tentram dan damai di bawah perintah Kepala Desa yang baru, si Penyumpit.
* * *
 
Demikian cerita rakyat Si Penyumpit dari Pulau Bangka, Kepulauan Bangka-Belitung. Cerita di atas mengandung pesan-pesan moral yang dapat dijadikan sebagai pedoman dalam kehidupan sehari-hari. Sedikitnya ada dua pesan moral yang dapat dipetik dari cerita di atas, yaitu sifat suka menolong dan pandai membalas budi. 
Pertama, sifat suka menolong. Sifat ini tercermin pada perilaku si Penyumpit yang telah menyembuhkan penyakit sang Putri dan Pak Raje. Sifat ini termasuk sifat yang terpuji dan sangat diutamakan dalam kehidupan. 
Kedua, sifat pandai berbalas budi. Sifat ini tercermin pada sikap ibu sang Putri yang telah memberikan hadiah kepada si Penyumpit berupa perhiasan emas, intan dan berlian, karena telah menyembuhkan penyakit putrinya. Demikian pula, Pak Raje yang telah menikahkan putri bungsunya dengan si Penyumpit, karena telah menyembuhkan penyakitnya. Sifat ini termasuk sifat yang terpuji dan sangat diutamakan dalam kehidupan.
Sumber: http://agathanicole.blogspot.com/2017/08/si-penyumpit.html

Diskusi

Silahkan masuk untuk berdiskusi.

Daftar Diskusi

Rekomendasi Entri

Gambar Entri
Wisma Muhammadiyah Ngloji
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

Wisma Muhammadiyah Ngloji adalah sebuah bangunan milik organisasi Muhammadiyah yang terletak di Desa Sendangagung, Kecamatan Minggir, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Wisma ini menjadi pusat aktivitas warga Muhammadiyah di kawasan barat Sleman. Keberadaannya mencerminkan peran aktif Muhammadiyah dalam pemberdayaan masyarakat melalui pendekatan dakwah dan pendidikan berbasis lokal.

avatar
Bernadetta Alice Caroline
Gambar Entri
SMP Negeri 1 Berbah
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

SMP Negeri 1 Berbah terletak di Tanjung Tirto, Kelurahan Kalitirto, Kecamatan Berbah, Sleman. Gedung ini awalnya merupakan rumah dinas Administratuur Pabrik Gula Tanjung Tirto yang dibangun pada tahun 1923. Selama pendudukan Jepang, bangunan ini digunakan sebagai rumah dinas mandor tebu. Setelah Indonesia merdeka, bangunan tersebut sempat kosong dan dikuasai oleh pasukan TNI pada Serangan Umum 1 Maret 1949, tanpa ada yang menempatinya hingga tahun 1951. Sejak tahun 1951, bangunan ini digunakan untuk kegiatan sekolah, dimulai sebagai Sekolah Teknik Negeri Kalasan (STNK) dari tahun 1951 hingga 1952, kemudian berfungsi sebagai STN Kalasan dari tahun 1952 hingga 1969, sebelum akhirnya menjadi SMP Negeri 1 Berbah hingga sekarang. Bangunan SMP N I Berbah menghadap ke arah selatan dan terdiri dari dua bagian utama. Bagian depan bangunan asli, yang sekarang dijadikan kantor, memiliki denah segi enam, sementara bagian belakangnya berbentuk persegi panjang dengan atap limasan. Bangunan asli dib...

avatar
Bernadetta Alice Caroline
Gambar Entri
Pabrik Gula Randugunting
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

Pabrik Gula Randugunting menyisakan jejak kejayaan berupa klinik kesehatan. Eks klinik Pabrik Gula Randugunting ini bahkan telah ditetapkan sebagai cagar budaya di Kabupaten Sleman melalui SK Bupati Nomor Nomor 79.21/Kep.KDH/A/2021 tentang Status Cagar Budaya Kabupaten Sleman Tahun 2021 Tahap XXI. Berlokasi di Jalan Tamanmartani-Manisrenggo, Kalurahan Tamanmartani, Kapanewon Kalasan, Kabupaten Sleman, pabrik ini didirikan oleh K. A. Erven Klaring pada tahun 1870. Pabrik Gula Randugunting berawal dari perkebunan tanaman nila (indigo), namun, pada akhir abad ke-19, harga indigo jatuh karena kalah dengan pewarna kain sintesis. Hal ini menyebabkan perkebunan Randugunting beralih menjadi perkebunan tebu dan menjadi pabrik gula. Tahun 1900, Koloniale Bank mengambil alih aset pabrik dari pemilik sebelumnya yang gagal membayar hutang kepada Koloniale Bank. Abad ke-20, kemunculan klinik atau rumah sakit di lingkungan pabrik gula menjadi fenomena baru dalam sejarah perkembangan rumah sakit...

avatar
Bernadetta Alice Caroline
Gambar Entri
Kompleks Panti Asih Pakem
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

Kompleks Panti Asih Pakem yang terletak di Padukuhan Panggeran, Desa Hargobinangun, Kecamatan Pakem, Kabupaten Sleman, merupakan kompleks bangunan bersejarah yang dulunya berfungsi sebagai sanatorium. Sanatorium adalah fasilitas kesehatan khusus untuk mengkarantina penderita penyakit paru-paru. Saat ini, kompleks ini dalam kondisi utuh namun kurang terawat dan terkesan terbengkalai. Beberapa bagian bangunan mulai berlumut, meskipun terdapat penambahan teras di bagian depan. Kompleks Panti Asih terdiri dari beberapa komponen bangunan, antara lain: Bangunan Administrasi Paviliun A Paviliun B Paviliun C Ruang Isolasi Bekas rumah dinas dokter Binatu dan dapur Gereja

avatar
Bernadetta Alice Caroline
Gambar Entri
Jembatan Plunyon Kalikuning
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

Jembatan Plunyon merupakan bagian dari wisata alam Plunyon-Kalikuning yang masuk kawasan TNGM (Taman Nasional Gunung Merapi) dan wisatanya dikelola Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) setempat, yaitu Kalikuning Park. Sargiman, salah seorang pengelola wisata alam Plunyon-Kalikuning, menjelaskan proses syuting KKN Desa Penari di Jembatan Plunyon berlangsung pada akhir 2019. Saat itu warga begitu penasaran meski syuting dilakukan secara tertutup. Jembatan Plunyon yang berada di Wisata Alam Plunyon-Kalikuning di Cangkringan, Kabupaten Sleman. Lokasi ini ramai setelah menjadi lokasi syuting film KKN Desa Penari. Foto: Arfiansyah Panji Purnandaru/kumparan zoom-in-whitePerbesar Jembatan Plunyon yang berada di Wisata Alam Plunyon-Kalikuning di Cangkringan, Kabupaten Sleman. Lokasi ini ramai setelah menjadi lokasi syuting film KKN Desa Penari. Foto: Arfiansyah Panji Purnandaru/kumparan "Syuting yang KKN itu kebetulan, kan, 3 hari, yang 1 hari karena gunungnya tidak tampak dibatalkan dan diu...

avatar
Bernadetta Alice Caroline