Museum Negeri Propinsi Kalimantan Selatan "Lambung Mangkurat", Banjarmasin Openingstijden: Minggu - Sabtu 08:30-16:00, Jumat 08:00-11:00 Plaats: Banjarmasin Provincie: Kalimantan Selatan Land: IND Type organisatie: Museum...
Rumah Ba’anjung Gajah Baliku Rumah Ba’anjung Gajah Baliku merupakan salah satu jenis rumah Baanjung yaitu rumah tradisional suku Banjar di Kalimantan Selatan. Rumah adat ini pada zaman Kesultanan Banjar digunakan sebagai tempat tinggal Warit Raja, yaitu para keturunan garis utama/pertama atau bubuhan para gusti. Jadi rumah ini hanya dihuni oleh para calon pengganti Sultan jika terjadi sesuatu terhadap Sultan. Rumah tradisional tipe ini memiliki kemiripan dengan Rumah Bubungan Tinggi, tetapi ada sedikit hal perbedaan yaitu pada Ruang Paluaran (ruang tamu). Atap Rumah Gajah Baliku memakai konstruksi kuda-kuda dengan atap perisai (disebut Atap Gajah) dengan keadaan lantai ruangan datar saja sehingga menghasilkan bentuk bangun ruang yang dinamakan Ambin Sayup. Sedangkan pada kedua anjung sama-sama memakai atap Pisang Sasikat (atap sengkuap). https://www.silontong.com/2018/08/16/5-rumah-adat-kalimantan-selatan-gambar-keunikan-dan-penjelasannya/
Pemanfaatan lahan rawa untuk pertanian di wilayah Provinsi Kalimantan Selatan (Kalsel) diperkirakan telah terjadi sejak zaman kerajaan Majapahit, abad ke-13 masehi ketika kerajaan tersebut melakukan perluasan pengaruhnya hingga ke Kalimantan khususnya wilayah pantai selatan pulau tersebut. Rektor Universitas Lambung Mangkurat (Unlam) Banjarmasin, Prof. Ir HM Rasmadi, MS mengatakan, sebenarnya warga Banjar yang tinggal di Provinsi Kalsel sudah memanfaatkan lahan rawa sejak zaman kerajaan hingga zaman kolonial lalu. Sistem yang dikembangkan untuk membuka lahan rawa menjadi lahan pertanian adalah dengan sistem Anjir dan Handil, katanya ketika seminar nasional mengenai rawa di Banjarmasin, Selasa (5/8) lalu. Anjir adalah yang menghubungkan dua buah sungai besar dan sebelah kiri dan sebelah kanan anjir dikembangkan menjadi lahan pertanian.Handil adalah kanal kecil yang dibuat memotong atau tegak lurus sungai atau anjir sejauh 1-2 kilometer. Sama halnya dengan sist...
Loksado adalah sebuah kecamatan di Kabupaten Hulu Sungai Selatan, Kalimantan Selatan, Indonesia. Di daerah ini terdapat sebuah gunung yang memiliki nama yang cukup unik, yaitu Gunung Batu Bangkai. Masyarakat setempat menamakannya demikian, karena di gunung tersebut ada sebuah batu yang mirip dengan bangkai manusia. Konon, kehadiran batu bangkai tersebut berasal dari sebuah cerita legenda yang sampai saat ini masih berkembang di kalangan masyarakat Banjar Hulu di Loksado, Kabupaten Hulu Sungai Selatan. Cerita legenda ini mengisahkan tentang seorang anak laki-laki bernama Andung Kuswara yang durhaka kepada umanya. Karena kedurhakaannya, Tuhan menghukum si Andung menjadi batu. Konon pada zaman dahulu, di suatu tempat di Kecamatan Loksado, Kabupaten Hulu Sungai Selatan, Kalimantan Selatan, hiduplah seorang janda tua bersama seorang anak laki-lakinya yang bernama Andung Kuswara. Ia seorang anak yang baik dan pintar mengobati orang sakit. Ilmu pengobatan yang ia miliki diperoleh d...
Kabupaten Kota Baru, Kalimantan Selatan mempunyai upacara adat yaitu Upacara Adat Babalian Tandik, yakni kegiatan ritual yang dilakukan oleh Suku Dayak selama seminggu. Puncak acara dilakukan di depan mulut Goa dengan sesembahan pemotongan hewan qurban. Upacara ini diakhiri dengan Upacara Badudus atau penyiraman Air Dudus. Biasanya yang didudus (disiram) seluruh pengunjung yang hadir sehingga mereka basah semua. Sumber : http://beautiful-indonesia.umm.ac.id/id/foto/jelajah-daerah/kalimantan-selatan/upacara-adat-babalian-tandik.html https://www.silontong.com/2019/01/10/upacara-adat-istiadat-kalimantan-selatan/info-tentang-upacara-babalian-tandik-kalimantan-selatan-yang-unik-dan-menarik/
Cuk cuk bimbi adalah permainan tradisional anak-anak Banjar, menggunakan alat yang sangat sederhana hanya menggunakan kertas kecil yang didilipat kecil kurang lebih 1 cm yang akan digenggam oleh seorang pemain. Permainan ini dapat diikuti baik anak laki-laki maupun anak perempuan dari 3 sampai 5 orang yang duduk bersila berhadapan dengan membuat bundaran, satu orang dari mereka harus “jadi” atau yang jaga, yang ditentukan dengan cara hompimpah terlebih dahulu. Yang kalah harus harus membungkukkan badan atau telungkup. Semua yang main meletakkan kedua belah tangannya dengan terbuka diatas yang “jadi” sambil bersama-sama membaca pantun yang berbunyi : Cukcuk bimbi Bimbiku dalam sarunai Takucuk takulibi Muhanya kaya panai Pantun itu dibaca tiga kali berturut-turut, sambil mengetuk-ngetuk punggung yang “jadi” sesuai irama pantun. Setelah selesai membaca pantun maka kertas yang telah disiapkan diletakkan ke telapak tangan...
Lagu Ampar-Ampar Pisang tidak asing lagi di telinga masyarakat. Bahkan di era 2000an, lagu ini dijadikan sebagai pengiring suatu permainan. Ternyata ada sejarah di balik lagu ini loh. Awalnya lagu ini dinyanyikan secara iseng pada saat masyarakat Kalimantan Selatan sedang membuah makanan yang terbuat dari bahan pisang, yaitu kue rimpi. Kue Rimpi dibuat dengan cara pisang diampar lalu kemudian dibiarkan hingga hampir matang mendekati busuk, lalu pisang dijemur, diampar di bawah sinar matahari sampai pisang mengeras dan mengeluarkan aroma manis. Ampar sendiri mempunyai arti susun. Jadi, isi dari lirik lagu Ampar-Ampar Pisang tidak jauh beda dengan proses pembuatan kue Ampar, yaitu menceritakan tentang pisang yang disusun dan dikerubuti binatang terbang kecil-kecil karena senang dengan aroma manis pisang tersebut. Bintang kecil itu dikenal masyarakat Kalimantan dengan nama Bari-Bari. Pada akhir lagu, diceritakan tentang binatang yang ditakuti anak-anak kecil pada zamannya....
Tidak semua tradisi kearifan lokal tersebut menghilang, masih tersisa proses gotong royong menyiapkan masakan, masak bersama hingga yang masih ada adalah budaya "mengawah" atau memasak di sebuah wajan berukuran besar. Mengawah bukan hanya dilaksanakan di acara resepsi pernikahan, namun bisa juga dilaksanakan pada acara lainnya, seperti selamatan, maulid nabi, acara budaya, mengumpulkan orang banyak, dan lain sebagainya, yang dalam prosesnya mengundang orang banyak untuk makan bersama. Uniknya, proses mengawah di acara resepsi pernikahan dilaksanakan subuh dini hari, mulai pukul 02.00 WITA, bahkan hingga pagi jam 08.00 WITA, tergantung kebutuhan. Dari lima kawah bahkan lebih dalam memasak nasi, yang dilakukan oleh kaum laki-laki yang mahir menggunakannya, karena jika tidak terlatih dan tidak tahu cara memasaknya, nasi akan mentah, atau bahkan jadi bubur. Setelah itu proses memasak sayur mayur dan lauk yang juga menggunakan kawah, khususnya bagi tuan rumah yang masih m...
Berikut bahan dan cara pembuatannya. Bahan-bahan Tepung beras ¼ kg ¾ liter air panas yang sudah mendidih 2 ons gula pasir Pewarna makanan 2 tetes yang berwarna merah Pewarna makanan 2 tetes untuk warna hijau ½ sendok teh garam halus 1 sendok teh air kapur sirih ¼ sendok teh garam halus 3 sendok tepung beras 200 ml santan ½ butir kelapa Cara Membuat Campurkan tepung beras, gula, garam dan air kapur sirih dalam satu wadah yang cukup besar, aduk merata semua campuran tadi dengan perlahan-lahan menuangkan air panas ke dalam adonan hingga merata. Bila semua sudah rata bagilah menjadi 3 adonan Pada adonan bagian pertama, masukkan pewarna makanan yang berwarna merah dan pada adonan yang kedua tambahkan warna hijau sebagai pewarna adonan tersebut yang bagian tiga biarkan berwarna putih. Lalu untuk lapisan atas sisihkan setiap adonan sedikit-sedikit saja lalu ad...