Sesuai yang kita ketahui mayoritas masyarakat di Bali adalah masyarakat Hindu. Maka itu tidak heran lagi apabila kita lihat banyak sesajen atau banten di sekitar kita di lingkungan Bali. Sesajen di Bali ini dibuat bermaksud untuk sebagai bentuk rasa syukur atau persembahan (dalam upacara) kepada pada Tuhan YME serta leluhur atau nenek moyang yang dahulu. Dengan demikian pembuatan sesajen atau banten ini merupakan kegiatan ritual umat Hindu di Bali. Namun ternyata ada yang berbeda dengan sesajen di hari-hari biasa dan di hari-hari besar. Biasanya mereka meletakkan sesajennya di depan toko, pohon besar, mobil, depan rumah, pura dan tempat lainnya biasanya dengan dialas menggunakan canang. Canang ini berasal dari kata "can" yang artinya indah dan "nang" berasal dari bahasa Jawa Kuno yang berarti tujuan. Di hari-hari biasanya sesajen disiapkan dalam bentuk sederhana seperti canang sari dan dupa. Namun, apabila di hari besar biasanya sesajen disiapkan dengan tambahan sekepal nasi den...
Sejarah munculnya kesenian Tektekan dimulai dari daerah Kerambitan, Tabanan yang bertujuan untuk mengusir roh jahat yang menyebabkan wabah penyakit. Pada saat itu didaerah tersebut terkena wabah penyakit yang diyakini sebagai penyakit nonmedis oleh warga didaerah tersebut. Bahkan wabah tersebut dapat membuat banyak warga meninggal dunia. Lalu mereka pun membunyikan benda benda yang menghasilkan bunyi yang keras seperti kaleng, kulkul, besi untuk menghilangkan rasa takut. Lalu kulkul yang dipilih dan dipercayai bisa mengusir roh jahat yang menyebabkan wabah penyakit. Tektekan secara etimologi berasal dari kata "Tek" karena bunyi yang didominasi dengan suara tek tek tek. Tektekan ini dimainkan menggunakan alat sederhana yaitu kentongan atau di Bali disebut dengan kulkul,lalu memainkannya dengan cara dipukul menggunakan kayu kecil. Kesenian tektekan ini dimainkan oleh 30-40 orang dengan ritme seperti suara pementasan kecak. Tektekan biasanya dipadukan dengan alat musik tradisional B...
Menurut masyarakat Hindu-Bali, bangunan yang baru selesai dibangun tidak bisa langsung ditempati karena mereka percaya bahwa bangunan baru tersebut masih diselimuti oleh pengaruh atau ruh jahat. Untuk itu, mereka mengadakan sebuah upacara ritual untuk mengusir elemen negatif dari bangunan tersebut. Ritual itu dinamakan Melaspas. Melaspas berasal dari dua kata, yaitu "Mala" yang artinya elemen buruk dan "Pas" yang artinya dibersihkan atau untuk membuat murni. Selain itu, upacara ritual Melaspas bermakna menghidupkan bangunan baru sehingga dapat berfungsi sesuai dengan tempat dan kedudukannya serta memberi kesejahteraan bagi penghuninya. Sebelum memulai upacara, keluarga yang akan melakukan upacara ini harus menyiapkan banten (sesajen). Banten ini wajib berisi dedaunan, bunga, dupa dan buah-buahan. Setelah banten lengkap, upacara dapat dimulai. Upacara dipimpin oleh Pemangku. Prosesi diawali dengan Pemangku mengucapkan mantra-mantra yang dituju untuk Bhutakala, ruh jahat y...
Bangunan Tanpa Semen (Tradisonal Bali) Terdengar aneh bukan? Membuat bangunan tanpa semen. Siapa sangka zaman dahulu kala tepatnya di Bali, masyarakat bali membuat bahan dasar bangunan dari tanah. Bangunan tanpa semen berdiri dan dinikmati ratusan turis tiap harinya. Misalnya di Desa Tenganan, Pegringsingan, Karangasem, Bali, yang melestarikan sejumlah rumah tradisional dan masih dihuni warga hingga kini. Bagian menarik dari rumah tanpa semen adalah temboknya yang kelihatan artistik dan tua. Teksturnya kasar, seperti tanah dionggokkan begitu saja agar menempel. Tapi itulah teknik mengelem batu dengan tanah. Tanpa semen. Sering disebut tanah pol-polan . Banyak turis berfoto dengan latar tembok ini. Warna kecokelatannya yang kalem kontras dengan indahnya kain-kain tenun dan selendang warna-warni yang dipajang depan pintu rumah. Sebagian warga berdagang kerajinan di rumahnya. Agar tak “menyakiti” k...
Poh bikul yang sudah dikupas (kiri) dan belum dikupas (kanan) Sumber : http://manjidharsana.blogspot.com/2016/10/poh-bikul.html?m=1 Masyarakat setempat menamai mangga ini berdasarkan bentuknya yang kecil dan lonjong mengkerucut seperti celurut. Berbeda dengan mangga-mangga jenis lainnya (yang berubah warna menjadi merah jingga atau kuning ketika sudah masak), mangga tikus tetap berwarna hijau hingga masak. Mangga tikus memiliki rasa manis dan legit serta tekstur yang lembut dan berair. Menurut masyarakat setempat, tanaman mangga tikus sulit dibudidayakan; tanaman mangga tikus hanya dapat tumbuh di Desa Menyali dan tidak dapat dikembangbiakan melalui biji. #OSKMITB2018
Desa Terunyan yang terletak di Kecamatan Kintamani, Kabupaten Bangli, Bali ini memang terbilang terpencil. Untuk mencapai kesana harus melewati medan terjal, jalanan dengan tanjakan dan turunan curam yang diapit pegunungan, lalu menyebrangi Danau Batur. Ada sekitar 3.000 penduduk yang bermukim di Desa Terunyan, pada umumnya mereka bekerja di sektor pertanian. Tradisi masyarakatnya yang unik menjadi daya tarik wisatawan untuk datang kesini, karenanya sebagian pendudukpun mengelola sektor pariwisata seadanya dengan menyediakan perahu untuk menyebrangi Danau Batur dan memandu para wisatawan. Berbeda dengan umat Hindu umumnya, masyarakat Terunyan tidak menyembah Dewa Wisnu, Siwa, dan Brahmana. Ada satu pura yang sangat mereka hormati, yakni Pura Pancering Jagat yang di dalamnya terdapat patung Ratu Sakti Pancering Jagat. Tak hanya itu, penduduk Desa Terunyan pun tak membakar mayat dalam upacara ngaben seperti lazimnya masyarakat Bali. Mereka meletakkan jenazah di atas tanah dan h...
Apa yang terlintas di pikiran kalian ketika mendengar nama Kabupaten Klungkung? Keeksotisan pemandangan Nusa Lembongan dan Nusa Ceningan, keelokan budaya Desa Kamasan, atau keunikan Goa Jepang? Namun siapa sangka, kabupaten yang menawarkan berbagai destinasi wisata mulai dari alam, budaya hingga sejarah ini juga menawarkan kuliner khas yang tak kalah menarik untuk dicoba. Tipat srosob merupakan salah satu kuliner khas dari kabupaten terkecil di Bali ini. Bagi orang awam, mungkin hidangan ini sepintas terlihat seperti hidangan lontong kare, namun percayalah cita rasa hidangan yang satu ini berbeda. Penggunaan base genep, campuran rempah khas bali yang telah dihaluskan, pada kuah santannya memberikan sentuhan ‘Bali’ sehingga berbeda dengan kare pada umumnya. Bukan hanya orang awam, sebagian besar masyarakat Bali pun salah mengira makanan ini, tak sedikit dari mereka yang mengira makanan ini adalah tipat blayag, makanan khas Kabupaten Buleleng. Walaupun keduanya sama-...
Mebat atau Ngebat adalah salah satu tradisi masyarakat Bali untuk bergotong royong menyiapkan hidangan sebelum diadakannya upacara keagamaan. Mebat bersifat wajib, dan dimaksudkan untuk membantu tetangga sekitar yang akan mengadakan upacara keagamaan, contohnya: upacara pemberkatan sanggah, upacara pernikahan, upacara ngaben, upacara potong gigi, upacara ulang tahun, dst. Biasanya warga akan membawa golok / pisau besar untuk pelaksanaan Mebat. Mebat biasanya dilaksanakan pada hari H dini hari, agar hidangan yang disediakan masih baru, dan tidak mengganggu aktivitas warga pada hari itu. Jenis hidangan yang disediakan sangat beragam, mulai dari olahan kering sampai olahan basah, tapi semua itu bergantung pada kondisi ekonomi warga yang mengadakan upacara. Mebat biasanya dilakukan oleh warga laki – laki, karena para perempuan akan disibukkan untuk menyiapkan sesaji atau perlengkapan upacara lainnya. Menurut Pak Putu (44thn), Tradisi Mebat beliau lakukan kare...
Bali sering kali menjadi salah satu destinasi wisata yang sering dikunjungi oleh para wisatawan, baik wisatawan asing maupun lokal. Begitu banyak tempat-tempat menarik yang patut disinggahi pelancong dikala sedang melepas penat. Selain tempat wisata, Bali juga menawarkan segudang masakan kuliner khas yang dapat membuat air liur menetes seketika. Tidak kalah dengan kulinernya, adat istiadat atau tradisi serta upacara keagamaan di Bali tak pelak menjadi sorotan karena keunikan dan keetnikannya yang sudah mendunia. salah satunya seperti tradisi Maburu. Maburu dalam bahasa Indonesia berarti Berburu. Tradisi ini biasanya diadakan pada saat Tawur Agung Kesanga yang mana merupakan hari yang sama dilakukannya pawai ogoh-ogoh di Bali. Tradisi Maburu ini sangat terkenal dikalangan Desa Pakraman Adat Panjer. Diawali dengan umat Hindu di Desa Pakraman Panjer yang melakukan persembahyangan di Pura Desa. Setelahnya, semua pemangku/ pendeta yang ikut serta dalam ritual berkumpul di ha...