Sagon Sangrai khas Palu adalah kue kering dari olahan tepung beras ketan yang diberikan dengan campuran kelapa. Kue sagon termasuk kedalam jenis makanan ringan yang lezat dan enak dikonsumsi kapan saja. Kue Sagon biasanya menjadi salah satu hidangan kue yang selalu identik dengan hari raya lebaran dan perayaan-perayaan lainnya di Kota Palu Sulteng. Dengan memiliki cita rasa yang manis, gurih dan renyah sewaktu digigit. Bahan-bahan Kelapa parut 500 gram Tepung ketan 150 gram Vanilli bubuk 1/2 sdt Air 60 ml Garam 1/2 sdt Margarin 50 gram Gula pasir 100 gram Langkah Pembuatan Langkah Awal, sangrai terlebih dahulu tepung ketan selama kurang lebih 10 menit dengan menggunakan api sedang. Selanjutnya, parut kelapa kemudian sangrai juga kelapa yang baru saja diparut hingga kering, setelah kering sisihkan terlebih dahulu. Lalu campurkan kelapa parut kering dengan tepung ketan, garam, gula...
Legenda Tanduk Alam – Cerita Rakyat Sulawesi Tengah Tanduk Alam adalah seorang penyebar agama yang berasal dari Palembang. Dia dikenal orang yang bijaksana dan berwawasan luas. Untuk menyebarkan ajaran agama, ia berlayar sampai ke Negeri Banggai, Sulawesi Tengah Di tempat tinggalnya yang baru ini, ia bekerja sebagai ahli emas. Ia membuat bermacam- macam perhiasan emas dan salah satu pelanggannya adalah Adi Cokro, raja Banggai. Selain membuat perhiasan, Tanduk Alam juga mengajarkan agama dan memberikan nasihat kepada rakyat Banggai. Hal itulah yang membuat Baginda Adi Cokro menyukai Tanduk Alam. Menurutnya, Tanduk Alam membuat kehidupan rakyatnya menjadi Iebih balk. Suatu hari, Baginda Adi Cokro kebingungan. Putri kesayangannya hilang. Ia segera mengerahkan empat orang basalo atau pembantunya untuk mencari sang putri. Setelah melakukan pencarian selama beberapa hari, para basalo itu melaporkan bahwa putri telah diculik oleh orang-orang Tobelo. Menurut kabar, putri d...
Kerajaan Banggai, adalah sebuah kerajaan di Indonesia yang terletak di bagian semenanjung timur pulau Sulawesi dan Kepulauan Banggai. Kerajaan ini pada awalnya hanya meliputi wilayah Banggai kepulauan, namun kemudian disatukan dengan wilayah Banggai daratan oleh Adi Cokro. Bukti bahwa kerajaan Banggai sudah di kenal sejak zaman Majapahit dengan nama Benggawi setidaknya dapat di lihat dari tulisan seorang pujangga Majapahit yang bernama Mpu Prapanca dalam bukunya, "Nagarakretagama" bertarikh caka 1478 atau tahun 1365 Masehi, yang dimuat dalam seuntai syair nomor 14 bait kelima sebagai berikut: "Ikang Saka Nusa-Nusa Mangkasara, Buntun Benggawi, Kuni, Galiayo, Murang Ling." Daftar Raja Banggai 1648 - 1689 Benteng Paudagar 1689 - 1705 Balantik Mbulang 1795 - 1728 Kota Abdul Gani 1728 - 1753 Bacan Abu Kasim 1753 - 1768 Mondonu Kabudo 1768 - 1773 Padongko Ansyara 1773 - 1809 Dinadat Mandaria 180...
Upacara adat Baliya Jinja adalah sebuah ritual pengobatan bersifat nonmedis yang sudah dikenal masyarakat Suku Kaili sejak ratusan tahun lalu. Sebelum adanya rumah sakit, upacara ini diandalkan masyarakat untuk mendapatkan petunjuk dari nenek moyang terkait bagaimana melunturkan penyakit-penyakit yang menyerang tubuh. “Tradisi ini masih dilestarikan. Misalnya siapa anak perempuan yang mau (belajar upacara Baliya ) di keluarga. Ritual ini dipimpin oleh seorang dukun atau tetua yang disebut Tina Nu Baliya . Sang dukun biasanya mengenakan seragam yang terdiri dari sarung dan baju ari fuya (sinjulo) berwarna putih dan destar (kudung) berwarna merah. Di dalam Ritual Baliya Jinja , Tina Nu Baliya akan duduk mengelilingi si penderita. Sementara itu, tiga orang lainnya bertugas meniup seruling, memukul tambur dan gong. Sebisa mungkin alunan musik dimainkan dengan lemah lembut. Lirik nyanyiannya berisikan pujian-pujian yang d...
Disebut juga Khitan. Upacara ini sudah menjadi adat dan tradisi di kalangan masyarakat Kaili sejak masuknya Islam hingga dewasa ini, secara turun temurun. Upacara nosuna (khitan) dilaksanakan pada anak laki-laki dan perempuan. Namun pada bahagian ini hanya diuraikan khusus pada upacara nosuna bagi anak laki-laki yang dilakukan menjelang anak berumur sekitar 7 sampai 8 tahun, yaitu pada anak-anak yang belum memasuki puber atau balig (nabalego). Maksud dan Tujuan Upacara Upacara ini dilaksanakan karena mempunyai maksud dan tujuan tertentu menurut adat dan kepercayaan masyarakat setempat, yaitu : § Mentaati perintah agama (sunah Nabi) yang disebut Noinpataati Parenta Nabita (mengikuti perintah Nabi Muhammad SAW). § Nompakavoe koro (mensucikan diri) . § Nompataati ada (mematuhi adat kebiasaan masyarakat agar sang anak tersebut (yang disunat) terlepas dari dosa, di samping anak itu terhindar dari berbaga...
Upacara Nobau adalah suatu upacara yang dilaksanakan oleh orang dewasa, khususnya orang tua manakala anak-anak dari suatu keluarga ada yang mengalami gangguan penyakit atau kurang sehat seperti nabaka-baka (banyak tumbuh luka pada bagian anggota badan), nange’e / nakeru keru (hidup kerdil dan kurus sebagai akibat pertumbuhan tubuh kurang normal seperti berkudis, termasuk penyakit tuli, bisu, dan sebagainya. Menurut kepercayaan masyarakat bahwa keadaan yang kurang sehat yang dialami oleh anak-anak dalam keluarga itu adalah akibat nakaratea (gangguan roh nenek moyang) sebagai akibat kelalaian orang tuanya mengadakan adat atau telah melupakannya. Bila segala upaya pengobatan telah dilakukan, ternyata anak-anak belum sembuh, berarti ada nengoimo (upacara adat sudah harus dilaksanakan). Tetapi upacara ini tetap dilaksanakan oleh semua anggota keluarga walaupun belum ada yang mengalami berbagai macam penyakit, sebagai upaya preventif. Nama lain upacar...
Upacara masa kehamilan pada suku bangsa Kaili dikenal 2 macam, yaitu upacara Nolama Tai (upacara selamatan kandungan pada masa hamil pertama) dan upacara Novero (upacara pengobatan apabila sang ibu yang hamil kurang sehat). Kedua upacara ini diuraikan secara terpisah walaupun kedua upacara tersebut sering dilaksanakan sekaligus. Upacara ini adalah upacara selamatan kandungan pada kehamilan anak yang pertama apabila kandungan berusia 7 bulan. Upacara ini sering dinamakan No jemparaka manu (memisah-misahkan bagian daripada daging ayam) atau biasa disebut mantale (membuat sesajian). Nama-nama itu ditonjolkan sesuai dengan penonjolan dari bagian upacara ini yaitu memenggal bagian daging ayam untuk upacara sebagai sesajian utama dalam upacara Nolama Tai. Upacara ini bagi masyarakat Kaili berbeda kualitas dan kuantitasnya sesuai dengan kedudukan sosial seseorang atau Vati seseorang dalam masyarakat. Maksud Penyelengaraan Upacara Tujuan upacara ini adalah dimaksudkan agar kelah...
Upacara ini dilaksanakan pada saat bayi lahir, yang dilakukan oleh sando mpoana (dukun bersalin). Upacara ini memotong tali pusat yang menghubungkannya dengan tembuni (tavuni). Maksud dan Tujuan Upacara Maksud dan tujuan upacara ini ialah memotong tali pusar yang masih bersatu dengan tembuni yang dipercayai sebagai dua mahluk yang harus dipisahkan. Karena itu upacara ini dilakukan dengan hidmat oleh dukun bersalin, agar roh tembuni tidak mengganggu bayi setelah keduanya terpisah. Waktu Penyelenggaraan Upacara Waktu penyelenggaraannya dilakukan pada saat sang bayi itu lahir, sesudah diurut-urut dan dimantera seperlunya tanpa menunggu lebih lama. Penyelenggaraan Teknis Upacara Upacara pemotongan tali pusat oleh dukun beranak (sando mpoana) yang dianggap ahli dan berpengalaman untuk itu. Dukun itu melayani masyarakat desa tanpa mengenal stratifikasi sosial. Pihak-pihak lain yang terlibat ialah keluarga dalam rumah atau yang datang berkunjung pada saat kelahiran....
Bahan : Kayu lepas (bahasa kaili) Kayu lepaa. Cara membuatnya . Mula-mula mencari kayu lepaa dengan membuat upacara berupa memberi makan (sesajen) nasi pulut empat warna, hitam, putih, merah dan kuning, serta ayam putih. Kemudian sang dukun membaca mantera, yang gunanya untuk memohon pada Sang Maha Besar Tuhan memakai perisai ini kuat dan menang dalam medan perang, juga meminta pada para penghuni hutan bahkan kayu-kayu tersebut agar merestui dan memberi dengan senang hati. Kemudian dipilih kayu yang garis menengahnya ± 18 cm sampai 20 cm, panjang ± 110 cm. Kemudian dibagi empat. Seperempat bagian dibuang, tinggal tiga perempat gabian berbentuk segi tiga. Lalu bagian dalam dipahat dibentuk sehingga yang tinggal adalah tempat pegangan dengan ukuran ± 40 cm yakni 20 + 20 cm batas penahan tempat pegangan sedangkan 20 cm adalah berupa lebar sisi kiri kanan 10 cm, sisi dalam 8 cm, tebal sisi ± 3 cm. Pada bagian dinding sisi dibuat lubang tempat un...