Bahan: Kayu lepas (bahasa kaili) Kayu lepaa.
Cara membuatnya. Mula-mula mencari kayu lepaa dengan membuat upacara berupa memberi makan (sesajen) nasi pulut empat warna, hitam, putih, merah dan kuning, serta ayam putih. Kemudian sang dukun membaca mantera, yang gunanya untuk memohon pada Sang Maha Besar Tuhan memakai perisai ini kuat dan menang dalam medan perang, juga meminta pada para penghuni hutan bahkan kayu-kayu tersebut agar merestui dan memberi dengan senang hati.
Kemudian dipilih kayu yang garis menengahnya ± 18 cm sampai 20 cm, panjang ± 110 cm. Kemudian dibagi empat. Seperempat bagian dibuang, tinggal tiga perempat gabian berbentuk segi tiga. Lalu bagian dalam dipahat dibentuk sehingga yang tinggal adalah tempat pegangan dengan ukuran ± 40 cm yakni 20 + 20 cm batas penahan tempat pegangan sedangkan 20 cm adalah berupa lebar sisi kiri kanan 10 cm, sisi dalam 8 cm, tebal sisi ± 3 cm.
Pada bagian dinding sisi dibuat lubang tempat untuk menanam rambut (memasukan) rambut. Jarak antara bari tempat menanam rambut tersebut ± 6 cm, sebelum lubang diikatkan dahulu rotan selebar kedua sisi kaliavo dengan lebar rotan 2 cm kemudian untuk menggunakan pengikat rotan tadi dijahit pula dengan rotan sepanjang dan selebar rotan pengikat tersebut, agar ikatan tambah kuat. Dengan demikian terbentuklah sebuah kaliavo.
Cara memakainya. Kaliavo dipakai pada tangan kiri sebagai alat penangkis pukulan atau tombak musuh. Juga digunakan seperti mengeluk-elukan dipermain-mainkan saja pada tangan kiri.
Fungsinya. Pada tari meaju kaliavo dipegang dengan tangan kiri sedangkan tangan kanan memegang tampi (tombak) kedua alat tersebut diangkat dan mengeluk-eluk dengan maksud memberi semangat para pahlawan baik yang akan menuju medan perang maupun yang kembali dari medan perang. Sedangkan pada tari meaju garapan kedua alat tersebut digunakan sebagai alat perang.
Persebarannya. Sampai sekarang ini kaliavo dan tampi baru digunakan pada tari meaju, baik meaju asli maupun meaju garapan baru. Kaliavo sangat dikenal dimasyarakat umumnya Sulawesi Tengah khususnya di Kabupaten Donggala. Namun kaliavo yang digunakan pada tari meaju garapan baru bukan lagi kaliavo yang dibuat seperti pada cara pembuatan diatas tetapi sudah dapat dibuat dari dua belah papan yang kemudian dipaku saling dilekatkan sisinya kemudian membuat tempat pegangan di bagian dalam. Sedangkan hiasan dari rambut sudah tidak ditemui lagi kecuali menghiasinya dengan cat yang dibuat sedemikian memberi kesan seperti kaliavo aslinya.
Source: http://telukpalu.com/2008/04/peralatan-tari-tradisional-2/
MAKA merupakan salah satu tradisi sakral dalam budaya Bima. Tradisi ini berupa ikrar kesetiaan kepada raja/sultan atau pemimpin, sebagai wujud bahwa ia bersumpah akan melindungi, mengharumkan dan menjaga kehormatan Dou Labo Dana Mbojo (bangsa dan tanah air). Gerakan utamanya adalah mengacungkan keris yang terhunus ke udara sambil mengucapkan sumpah kesetiaan. Berikut adalah teks inti sumpah prajurit Bima: "Tas Rumae… Wadu si ma tapa, wadu di mambi’a. Sura wa’ura londo parenta Sara." "Yang mulia tuanku...Jika batu yang menghadang, batu yang akan pecah, jika perintah pemerintah (atasan) telah dikeluarkan (diturunkan)." Tradisi MAKA dalam Budaya Bima dilakukan dalam dua momen: Saat seorang anak laki-laki selesai menjalani upacara Compo Sampari (ritual upacara kedewasaan anak laki-laki Bima), sebagai simbol bahwa ia siap membela tanah air di berbagai bidang yang digelutinya. Seharusnya dilakukan sendiri oleh si anak, namun tingkat kedewasaan anak zaman dulu dan...
Wisma Muhammadiyah Ngloji adalah sebuah bangunan milik organisasi Muhammadiyah yang terletak di Desa Sendangagung, Kecamatan Minggir, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Wisma ini menjadi pusat aktivitas warga Muhammadiyah di kawasan barat Sleman. Keberadaannya mencerminkan peran aktif Muhammadiyah dalam pemberdayaan masyarakat melalui pendekatan dakwah dan pendidikan berbasis lokal.
SMP Negeri 1 Berbah terletak di Tanjung Tirto, Kelurahan Kalitirto, Kecamatan Berbah, Sleman. Gedung ini awalnya merupakan rumah dinas Administratuur Pabrik Gula Tanjung Tirto yang dibangun pada tahun 1923. Selama pendudukan Jepang, bangunan ini digunakan sebagai rumah dinas mandor tebu. Setelah Indonesia merdeka, bangunan tersebut sempat kosong dan dikuasai oleh pasukan TNI pada Serangan Umum 1 Maret 1949, tanpa ada yang menempatinya hingga tahun 1951. Sejak tahun 1951, bangunan ini digunakan untuk kegiatan sekolah, dimulai sebagai Sekolah Teknik Negeri Kalasan (STNK) dari tahun 1951 hingga 1952, kemudian berfungsi sebagai STN Kalasan dari tahun 1952 hingga 1969, sebelum akhirnya menjadi SMP Negeri 1 Berbah hingga sekarang. Bangunan SMP N I Berbah menghadap ke arah selatan dan terdiri dari dua bagian utama. Bagian depan bangunan asli, yang sekarang dijadikan kantor, memiliki denah segi enam, sementara bagian belakangnya berbentuk persegi panjang dengan atap limasan. Bangunan asli dib...
Pabrik Gula Randugunting menyisakan jejak kejayaan berupa klinik kesehatan. Eks klinik Pabrik Gula Randugunting ini bahkan telah ditetapkan sebagai cagar budaya di Kabupaten Sleman melalui SK Bupati Nomor Nomor 79.21/Kep.KDH/A/2021 tentang Status Cagar Budaya Kabupaten Sleman Tahun 2021 Tahap XXI. Berlokasi di Jalan Tamanmartani-Manisrenggo, Kalurahan Tamanmartani, Kapanewon Kalasan, Kabupaten Sleman, pabrik ini didirikan oleh K. A. Erven Klaring pada tahun 1870. Pabrik Gula Randugunting berawal dari perkebunan tanaman nila (indigo), namun, pada akhir abad ke-19, harga indigo jatuh karena kalah dengan pewarna kain sintesis. Hal ini menyebabkan perkebunan Randugunting beralih menjadi perkebunan tebu dan menjadi pabrik gula. Tahun 1900, Koloniale Bank mengambil alih aset pabrik dari pemilik sebelumnya yang gagal membayar hutang kepada Koloniale Bank. Abad ke-20, kemunculan klinik atau rumah sakit di lingkungan pabrik gula menjadi fenomena baru dalam sejarah perkembangan rumah sakit...
Kompleks Panti Asih Pakem yang terletak di Padukuhan Panggeran, Desa Hargobinangun, Kecamatan Pakem, Kabupaten Sleman, merupakan kompleks bangunan bersejarah yang dulunya berfungsi sebagai sanatorium. Sanatorium adalah fasilitas kesehatan khusus untuk mengkarantina penderita penyakit paru-paru. Saat ini, kompleks ini dalam kondisi utuh namun kurang terawat dan terkesan terbengkalai. Beberapa bagian bangunan mulai berlumut, meskipun terdapat penambahan teras di bagian depan. Kompleks Panti Asih terdiri dari beberapa komponen bangunan, antara lain: Bangunan Administrasi Paviliun A Paviliun B Paviliun C Ruang Isolasi Bekas rumah dinas dokter Binatu dan dapur Gereja