Ritual
Ritual
Upacara adat Sulawesi Tengah Palu
Nolama Tai
- 19 Januari 2018

Upacara masa kehamilan pada suku bangsa Kaili dikenal 2 macam, yaitu upacara Nolama Tai (upacara selamatan kandungan pada masa hamil pertama) dan upacara Novero (upacara pengobatan apabila sang ibu yang hamil kurang sehat). Kedua upacara ini diuraikan secara terpisah walaupun kedua upacara tersebut sering dilaksanakan sekaligus.

Upacara ini adalah upacara selamatan kandungan pada kehamilan anak yang pertama apabila kandungan berusia 7 bulan. Upacara ini sering dinamakan No jemparaka manu (memisah-misahkan bagian daripada daging ayam) atau biasa disebut mantale (membuat sesajian). Nama-nama itu ditonjolkan sesuai dengan penonjolan dari bagian upacara ini yaitu memenggal bagian daging ayam untuk upacara sebagai sesajian utama dalam upacara Nolama Tai. Upacara ini bagi masyarakat Kaili berbeda kualitas dan kuantitasnya sesuai dengan kedudukan sosial seseorang atau Vati seseorang dalam masyarakat.

Maksud Penyelengaraan Upacara

Tujuan upacara ini adalah dimaksudkan agar kelahiran sang bayi dapat berlangsung dengan selamat tanpa cacat jasmani dan rohani, serta keselamatan ibu yang akan melahirkan, dan juga agar ibu terhindar dari gangguan-gangguan rate. Dari mantera-mantera sando (dukun) diketahui bahwa tujuan upacara ini adalah agar anak yang lahir kelak tidak tuli, kudisan, bodoh, nakal, penyakitan, dan sebagainya. Menurut kepercayaan masyarakat Kaili bahwa leluhur mereka yang disebut rate selalu mengganggu dan menjadi sebab berbagai penyakit tersebut di atas, dan bagi bayi dalam kandungan apabila upacara diabaikan.

Waktu Penyelenggaraan Upacara

Upacara ini dilakukan pada siang hari sebelum matahari condong ke barat. Hal ini sebagai suatu simbol bahwa bayi yang akan lahir kelak memiliki sumber kekuatan dan tenaga serta murah rezeki. Usia kandungan yang diupacarakan berkisar antara 7 sampai 9 bulan dan pantang untuk bulan ke 8 karena dianggap bulan yang kurang baik. Penetapan waktu ditetapkan dengan seksama melalu ilmu Kotika dengan cara menghitung hari bulan di langit yang dianggap sebagai hari baik dan disepakati oleh dua belah pihak orang tua suami istri dan sando.

Tempat Penyelenggaraan Upacara

Upacara diselenggarakan di rumah dan tempat-tempat tertentu yang dianggap berkaitan dengan kekuatan magis religius, atau tempat yang dianggap dikuasai oleh kekuatan roh halus dan dihuni oleh rate di dalam dan di luar rumah. Di dalam rumah upacara ini dilaksanakan di beranda depan, yaitu di depan pintu rumah (tambale), sedangkan kalau di luar rumah disiapkan tempat tertentu sebagai tempat sesajian sesuai kondisi lingkungan desa bersangkutan.

Penyelenggaran Teknis Upacara

Upacara ini dipimpin oleh seorang dukun wanita (sando) yang dapat berkomunikasi dengan mahluk halus dan telah berusia lanjut. Tidak kurang peranannya ialah orang tua kedua belah pihak yang menyediakan korban upacara seperti kambing atau domba bagi keluarga bangsawan dan ayam bagi keluarga biasa.

Pihak-pihak yang Terlibat dalam Upacara

Pihak-pihak yang terlibat dalam upacara ini ialah para keluarga dari kedua belah pihak, terutama ibu-ibu yang sudah berusia lanjut. Selain itu juga yang berturut hadir mengikuti jalannya upacara tersebut ialah sanak keluarga dan tetangga yang bekerja mensukseskan pesta adat tersebut, khususnya di kalangan keluarga bangsawan. Sebab di ini ada pesta makan dengan menyembelih 2 ekor kambing sebagai sumbangan dari kedua orang tua suami istri. Bagi pihak suami wajib menyumbang kambing/domba jantan, sedangkan keluarga istri wajib menyumbang kambing/domba betina.

Persiapan dan Perlengkapan Upacara

Nolama bagi keluarga bangsawan umumnya mengadakan undangan pesta makan dari keluarga kedua belah pihak dan para tetangga. Bagi keluarga biasa, upacaranya sangat sederhana, masing-masing seekor ayam jantan sumbangan pihak laki-laki dan ayam betina sebagai sumbangan pihak istri. Di samping persiapan-persiapan hewan tersebut juga dipersiapkan perlengkapan upacara puncak, yaitu mantale njaka (upacara sesajian) dari sejumlah bahan makanan dan bahan-bahan perlengkapan adat lainnya.

Materi-materi yang dipersiapkan di sini ialah punti jaka (pisang rebus), koluku nikou (kelapa parut), marisa nete (lombok kecil), hati kerbau yang sudah dibakar (sate), nasi masak, dan darah kambing/ayam yang disembelih.

Benda-benda adat lainnya ialah sabala mesa (1 lembar sarung tenunan zaman dulu), samata doke (satu mata tombak), somata tinggora (satu mata tombak yang berakit), tatalu suraya ada (tiga piring adat), tatalu tubu (tiga buah mangkok), sang dula (satu dulang tempat penyimpanan barang-barang tersebut di atas).

Jalannya Upacara

Dalam upacara nolama bagi keluarga bangsawan, pertama ialah mengadakan undangan (pegaga), yaitu suatu undangan dengan jalan mengundang langsung dari rumah ke rumah jauh sebelum upacara diadakan. Bila telah tiba hari yang ditentukan, undangan-undangan dijemput kembali (neala) dari rumah ke rumah. Kegiatan ini disebut peonggotaka (suatu penghormatan dari keluarga yang berpesta) kepada orang tua adat.

Pada hari upacara diadakan penyembelihan kambing/domba yang disembelih tersebut dibakar/dipanggang di atas api (nilambu), sehingga seluruh bulu-bulunya habis terbakar. Maksudnya agar kulitnya dapat diproses menjadi bahan makanan. Sebelum dagingnya dipotong-potong hatinya diambil lebih dahulu yang biasa disebut nompesule (mengambil hati) dan langsung ditusuk dan dibakar sebagai bahan sesajian atau nilanjamaka (dijadikan sesajian). Selesai dipotong-potong, paha kanan dari domba/kambing tersebut digantung di depan pintu untuk bagian dukun. Di samping memproses daging-daging untuk dimasak, diadakanlah upacara nantalenjaka (upacara sesajian) di depan pintu rumah sebelum para undangan hadir.

Seluruh perlengkapan sesajian yang disebutkan di atas telah siap tersaji, dikeliling oleh ibu hamil dan ibu-ibu yang telah lanjut usia, sebagai peserta upacara inti tersebut. Dukun mulai nogane (mengucapkan mantera/sastra suci) dan duduk berhadapan dengan ibu hamil yang diupacarakan. Isi manteri antara lain meminta keselamatan/perlindungan kepada rate; arwah nenek moyang yang sudah meninggal disebut rate njae dan yang baru meninggal disebut rate vou. Maksudnya agar ibu tidak mengalami kesukaran pada waktu melahirkan.

Disamping membaca mantera tersebut dukun mengipas-ngipaskan daun kelapa (pucuk kelapa muda) kepada ibu hamil dengan isyarat melemparkan keluar jendela atau pintu. Maksudnya agar penyakit yang mennggagu dari sebab pengaruh rate tersebut dapat hilang atau keluar. Ada pula adat yang menggunakan banja mpagana (mayang pinang) yang disapukan di atas kepala ibu (tidak menggunakan pucuk kelapa muda).

Ada pula vati yang mengadakan upacara nolenggai tai, yang dianggap masyarakat Kaili sebagai adat Orang Bugis (vati ntobugi), yang pada umumnya dilaksanakan dikalangan keluarga bangsawan. Nolenga Tai (menggoyang-goyangkan) perut ini dilaksanakan oleh seorang dukun yang ahli. Cara pelaksanaannya ialah ibu hamil tadi tidur terlentang di atas 7 lapis sarung/kain, lalu dukun mengangkat kain tersebut satu persatu pada bagian belakangnya, sehingga perut perangkat dan digoyangkan selama tujuh kali. Maksudnya ialah agar posisi anak dalam kandungan menjadi baik, dan ibu tidak merasakan sakit pada bagian belakangnya. Di kalangan keluarga biasa hal ini kurang dilaksanakan.

Selesai acara tersebut dukun dan peserta upacara tersebut makan sebagian dari makanan sesajian tersebut, dan sebagian lagi dari makanan tersebut dibawa keluar rumah untuk sesajian di tempat tertentu baik yang sengaja dibuat dan atau di alam bebas seperti di pohon-pohon kayu besar, di tepi sungai, dan sebagainya yang diantar sendiri oleh dukun upacara ini yang disebut nompaura.

Sebagai acara penutup, dukun membuat/mempersiapkan tuvu mbuli. Tuvu mbuli berarti hidup berkembang biak dalam satu rumpun. Suatu simbol kehidupan yang ideal, yaitu dalam suasana dingin dan berketurunan banyak (Tuvu = hidup, Mbuli = standar).

Tuvu Mbuli tersebut tidak lain sebuali gelas/mangkok yang diisi air dan dedaunan yang melambangkan 2 hal tersebut, yaitu daun siranindi (setawar dingin) sebagai lambang ketenangan dan ketahanan hidup dari tantangan hidup, serta tava kodombuku, semacam pohon yang tahan hidup di musim kemarau, mudah berkembang biak dan akarnya lama usianya.

Selesai upacara tersebut dan setelah undangan hadir seluruhnya, maka diadakanlah pesta makan. Dengan demikian selesai upacara Nolama tersebut.

Source: http://telukpalu.com/2007/05/nolama-tai/

Diskusi

Silahkan masuk untuk berdiskusi.

Daftar Diskusi

Rekomendasi Entri

Gambar Entri
Bobor Kangkung
Makanan Minuman Makanan Minuman
Jawa Tengah

BAHAN-BAHAN 1 ikat kangkung bumbu halus : 5 siung bawang merah 2 siung bawang putih 2 butir kemiri 1 sdt ketumbar bubuk seruas kencur aromatic : 2 lembar daun salam 2 lembar daun jeruk 1 btg sereh seruas lengkuas,geprek seasoning : 1 sdt garam (sesuai selera) 1/2 sdt kaldu bubuk 1/2 sdm gula jawa sisir 1 sdt gula pasir Rose Brand 1 bungkus santan cair instan Rose Brand 1 liter air 3 sdm minyak goreng untuk menumis CARA MEMASAK: Siangi kangkung cuci bersih,tiriskan Haluskan bumbu Tumis bumbu halus hingga harum dengan secukupnya minyak goreng,masukkan aromatic,masak hingga layu,beri air 1 lt Masukkan kangkung,beri seasoning,aduk rata Koreksi rasa Sajikan Sumber: https://cookpad.com/id/resep/25030546?ref=search&search_term=kangkung

avatar
Deni Andrian
Gambar Entri
Ikan Tongkol Sambal Dabu Dabu Terasi
Makanan Minuman Makanan Minuman
Sulawesi Utara

Bahan: 1 buah tomat, potong dadu 2 ekor ikan tongkol ukuran sedang (1/2kg) 1/2 bks bumbu marinasi bubuk 1 sdt bawang putih Secukupnya garam Secukupnya gula 7 siung bawang merah, iris 5 buah cabe rawit, iris 2 batang sereh, ambil bagian putihnya, iris 3 lembar daun jeruk, iris tipis-tipis 1 bks terasi ABC Minyak untuk menumis Secukupnya air Cara memasak: Cuci bersih ikan tongkol. Taburi bumbu marinasi desaku, garam secukupnya, air 2 sdm ke ikan tongkol. Siapkan bahan-bahan. Iris tipis bawang merah, daun jeruk, seret, cabe rawit. Kukus ikan tongkol selama 10 menit. Lapisi dengan daun pisang atau daun kunyit. Boleh jg tidak d lapisi. Setelah ikan di kukus, goreng ikan. Tumis bawang merah dan bahan lainnya. Masukkan terasi yg telah dihancurkan. Setelah matang, masukkan ikan yang telah digoreng. Aduk hingga rata. Sajikan dengan nasi hangat. Sumber: https://cookpad.com/id/resep/24995999?ref=search&search_term=dabu+dabu

avatar
Deni Andrian
Gambar Entri
Peda bakar sambal dabu-dabu
Makanan Minuman Makanan Minuman
Sulawesi Selatan

Bahan-bahan Porsi 2 orang Bumbu Ikan bakar : 2 ekor ikan peda 1 sdm kecap 1/2 sdm Gula merah 1/2 sdt garam Minyak goreng Bahan sambal dabu-dabu : 7 buah cabe rawit merah, iris kecil 1 buah tomat merah, iris dadu 3 siung bawang merah,iris halus 2 lembar daun jeruk, buang tulang tengah daun, iris tipis 2 sdm minyak goreng panas Cara Membuat: Marinasi ikan dengan air perasan jeruk nipis dan garam secukupnya, diamkan 20 menit, kemudian panggang diatas teflon(aku di happycall yang dialasi daun pisang) sesekali olesi minyak plus bumbu ke ikannya(aku pakai bumbu kecap dan gula merah) panggang sampai matang. Cara bikin Sambal dabu-dabu : Campurkan semua bahan sambal dabu-dabu ke dalam mangkok kecuali minyak kelapa, panaskan minyak kelapa, kemudian siram diatas sambal tadi, sajikan ikan peda bakar dengan sambal dabu-dabu. Sumber: https://cookpad.com/id/resep/15232544?ref=search&search_term=peda+bakar

avatar
Deni Andrian
Gambar Entri
Tradisi MAKA
Seni Pertunjukan Seni Pertunjukan
Nusa Tenggara Barat

MAKA merupakan salah satu tradisi sakral dalam budaya Bima. Tradisi ini berupa ikrar kesetiaan kepada raja/sultan atau pemimpin, sebagai wujud bahwa ia bersumpah akan melindungi, mengharumkan dan menjaga kehormatan Dou Labo Dana Mbojo (bangsa dan tanah air). Gerakan utamanya adalah mengacungkan keris yang terhunus ke udara sambil mengucapkan sumpah kesetiaan. Berikut adalah teks inti sumpah prajurit Bima: "Tas Rumae… Wadu si ma tapa, wadu di mambi’a. Sura wa’ura londo parenta Sara." "Yang mulia tuanku...Jika batu yang menghadang, batu yang akan pecah, jika perintah pemerintah (atasan) telah dikeluarkan (diturunkan)." Tradisi MAKA dalam Budaya Bima dilakukan dalam dua momen: Saat seorang anak laki-laki selesai menjalani upacara Compo Sampari (ritual upacara kedewasaan anak laki-laki Bima), sebagai simbol bahwa ia siap membela tanah air di berbagai bidang yang digelutinya. Seharusnya dilakukan sendiri oleh si anak, namun tingkat kedewasaan anak zaman dulu dan...

avatar
Aji_permana
Gambar Entri
Wisma Muhammadiyah Ngloji
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

Wisma Muhammadiyah Ngloji adalah sebuah bangunan milik organisasi Muhammadiyah yang terletak di Desa Sendangagung, Kecamatan Minggir, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Wisma ini menjadi pusat aktivitas warga Muhammadiyah di kawasan barat Sleman. Keberadaannya mencerminkan peran aktif Muhammadiyah dalam pemberdayaan masyarakat melalui pendekatan dakwah dan pendidikan berbasis lokal.

avatar
Bernadetta Alice Caroline