Ikan parede merupakan makanan khas dari Daerah Palopo dan Luwu, Sulawesi Selatan, masakan ikan parede terbuat dari potongan ikan kakap putih atau ikan lamuru yang direbus dengan kunyit, garam, serai dan buah khas daerah palopo yaitu buah patikala ( Etlingera elatior (Jack) R.M.Sm). Buah patikala memiliki rasa asam yang bertujuan untuk menambah gurihnya rebusan kuah ikan parede. Ikan parede disajikan dan dinikmati dengan nasi dan sambal mangga. Secara tradisional buah patikala dimanfaatkan sebagai penambah cita rasa masakan dan juga memiliki kandungan senyawa fenolik dan flavanoid. Senyawa fenolik diketahui memiliki berbagai efek biologis sebagai antioksidan, melindungi struktur sel, antiinflamasi, dan sebagai antiseptik (Primadini, 2010). Sedangkan manfaat flavonoid antara lain untuk melindungi struktur sel, meningkatkan efektifitas vitamin C, antiinflamasi, mencegah keropos tulang dan sebagai antibiotik (Haris, 2011). Parede berasal dari kata Parede , Pa menunju...
Dalam legenda masyarakat Gowa, diceritakan bahwa Raja yang pertama memerintah di Kerajaan Gowa bernama Tu-Manurung Bainea (Putri yang turun dari kayangan). Beliau disengaja diutus ke Butta Gowa untuk menjadi pemimpin di mana saat itu Gowa kacau balau. Di perkirakan Tu-Manurung di Gowa memerintah pada tahun 1320-1345. Dalam lontara Patturioloang ri Tugowa-ya (Sejarah orang Gowa), menyebut bahwa lama sebelum datangnya To-Manurung di Gowa, secara berturut-turut Gowa dipimpim oleh empat raja 1. Batara Guru, besar dugaan ada hubungannya dengan nama yang sam (Kakek Sawerigading) yang disebut dalam I Lagaligo. 2. Disebut saja “ Orang yang terbunuh di Talili” . Tidak disebut nama aslinya. Dikatan Saudara dari Batara Guru. 3. I Marancai, Ratu Sapu 4. Karaeng Katangka. Nama aslinya tidak disebutkan. Bagaimana ihwal pemerintahan ke empat Raja, sebelum To-Manurung itu, tidak juga disebutkan dalam Lontara. Pad...
MANCA’ SENI BELA DIRI KHAS SULAWESI SELATAN Pencak Silat memiliki nama yang berbeda-beda serta variasi gerakan yang berbeda-beda pula, menurut latar budaya tempatnya berada. Pencak Silat di Sulawesi Selatan dikenal dengan nama manca’ atau menca’, dan orang yang memiliki ilmu atau menguasai manca’ disebut dengan pamanca’ atau pamenca’. Manca’ diperkirakan telah ada di Sulawesi Selatan sejak abad ke 16. Kemahiran memainkannya merupakan salah satu bagian penting dalam kehidupan masyarakat Sulawesi Selatan. Orang Bugis – Makassar yaitu suku mayoritas yang mendiami Sulawesi Selatan, memiliki sebuah filosfi yang menyatakan bahwa kesempurnaan pemberian warisan dari orang tua kepada anak-anaknya (terutama anak lelakinya), baru dianggap lengkap apabila kekayaan rohani berupa kepandaian manca’ telah diwariskan. Disebut sebagai kekayaan rohani karena pewarisannya mela...
Ma’raga atau A’raga, Sepak Raga dari Sulawesi Selatan Di Sulawesi Selatan, salah satu permainan rakyat yang dilombakan dan memeriahkan perayaan tujuh belasan adalah Ma’raga orang Bugis menyebutnya atau A’raga dalam bahasa Makassar. Ma’raga atau A’raga adalah permainan ketangkasan dengan menggunakan bola dari anyaman rotan yang disebut dengan raga . Ada beberapa sumber menyebutkan bahwa permainan ini berasal dari Melayu, namun ada juga yang menyebutkan dari Nias Sumatera Utara. Penyebarannya dari Barat ke Timur diperkirakan melalui perdagangan antar pulau dan melalui penyebaran agama Islam di Nusantara. Pada mulanya Ma’raga dilakukan di kalangan bangsawan saja, kemudian berkembang di kalangan masyarakat luas. Menjadi permainan dan atraksi hiburan di kala senggang untuk membangkitkan suasana senang dan gembira bagi pemain dan penonton, atau konon bagi muda-mudi dijadik...
Jeppeng begitu orang Bugis menyebutnya. Tarian ini masih bisa kita jumpai di Pare-Pare 10 tahun yang lalu, yang ditarikan oleh anak anak, dan mendapat aplaus yang meriah ketika ditampilkan di Festival Zapin Nusantara II di Johor Bahru Malaysia tahun 2008. Seiring dengan waktu penari jeppeng khas masyarakat Bugis semakin susah untuk di temukan. Padahal beberapa tahun lalu sempat masuk Musium Rekor Indonesia dengan Penari Jeppeng terbanyak. Tahun lalu ketika Festival Zapin di Riau hanya di hadiri oleh dua orang Penari. Semoga kedepannya tarian ini tetap bertahan dan menjadi kebanggaan masyarakat Pare-Pare.
Pakarena berasal dari bahasa Makassar karena yang artinya main. Dengan mendapatkan prefiks pa yang menandakan pelaku, jadi pakarena berarti si pemain. Kata karena dalam konteks ini diartikan sebagai tari sehingga pakarena bisa diartikan penari. Tidak diketahui dengan jelas kapan Pakarena ini mulai ditarikan untuk dan siapa yang menciptakannya, namun yang pasti kesenian ini sempat menjadi tarian resmi istana pada masa Raja Gowa ke-16. Kehadiran tari pakarena seringkali dikaitkan dengan mitologi To Manurung (orang yang turun dari langit) yang berkembang pada masyarakat suku Makassar. Ada dua versi menyangkut hal ini, yang pertama adalah pada saat kerajaan Gowa Purba mengalami chaos dari 9 kelompok pendukungnya. Untuk mengatasi hal tersebut, dibutuhkan seorang sosok pemimpin yang dapat menyatukan mereka. Hingga akhirnya terdengarlah kabar kedatangan seorang puteri yang turun dari langit dan menyatakan kemampuan dalam menye...
Suppa dalam Lontara’ Kebudayaan daerah merupakan sumber potensial yang membantu terbentuknya kebudayaan nasional, memberikan corak dan warna bagi karakteristik pembentukan kepribadian bangsa. Sangat santer kita dengar belakangan ini tentang perlunya penanaman dan ditumbuhkembangkannya kembali karakter dan jatidiri bangsa, seiring mulai menurunnya minat dan kecintaan kita khususnya sebagai warga negara yang menjadi bagian yang terintegrasi sepenuhnya dari bangsa Indonesia akan ragam warisan budaya dan kearifan-kearifan lokal. Hal ini berakibat pada tergerusnya khazanah budaya bangsa dan dapat menyebabkan punahnya warisan leluhur tersebut begitu saja. Sulawesi Selatan sebagai sebuah propinsi yang dihuni oleh beberapa suku bangsa juga memiliki ragam dan varian-varian budayanya sendiri. Etnis Bugis sebagai salah satu etnis mayoritas di daerah ini mewariskan beberapa jenis kebudayaan baik berupa tari-tarian, upacara-upacara adat, peninggalan-peninggalan bekas kerajaan-keraj...
Gandrang, atau yang dalam Bahasa Indonesia disebut gendang, adalah salah satu alat music tradisional suku Makassar yang masih dapat bertahan dan didengarkan saat sekarang. Gandrang selain berfungsi sebagai alat pengiring tarian tradisional, juga menjadi penanda diadakannya upacara tradisional, diantaranya upacara pernikahan adat Makassar. Dentuman-dentuman yang keluar dari alat music ini terbukti masih dapat menarik minat masyarakat modern dan dinikmati berbagai kalangan. Gandrang adalah salah satu alat musik yang telah dimainkan jauh sebelum masa kemerdekaan Indonesia, yaitu pada masa pemerintahan Kerajaan Gowa. Jika menilik lekatnya penggunaan gandrang dalam pertunjukan tari pakarena yang diperkirakan telah dipentaskan dan mencapai puncak perkembangannya pada abad ke-16, maka gandrang bisa jadi telah digunakan pada masa itu dalam lingkup istana. Gandrang kemungkinan besar dibawa masuk ke Sulewasi Selatan dalam proses interaksi dan perdagangan dengan masyarakat luar di masanya....
Alkisah, di sebuah kampung di daerah Sulawesi Selatan, Indonesia, ada seorang anak yatim bernama La Upe. Ia tinggal bersama ayahnya di sebuah rumah kecil di pinggir kampung. Ibunya meninggal dunia sejak ia masih kecil. Ketika ia berumur sepuluh tahun ayahnya menikah lagi seorang janda dari kampung lain yang bernama I Ruga. Sang Ayah berharap agar La Upe mempunyai ibu yang dapat merawat dan menyayanginya. Namun, harapannya berbeda dari kenyataan. Setiap hari I Ruga menyiksa dan memukul La Upe ketika ia pergi ke sawah. Sejak bersama ibu tirinya, hidup La Upe sangat menderita. Ia tidak pernah lepas dari siksaan dan perintah yang berat dari ibu tirinya. Setiap hari, ia disuruh pergi ke sungai untuk memancing ikan. Jika pulang tanpa membawa hasil, ia disiksa dan dipukul dengan tongkat. Begitulah yang dialami La Upe setiap hari tanpa sepengetahuan ayahnya. Pada suatu hari, La Upe disuruh oleh ibu tirinya ke sungai untuk memancing ikan. Setelah mempersiapkan pancing dan umpan yang bany...