Konon katanya, Ayam Crispy merupakan makanan asal Amerika. Betul memang pernyataan itu. Fakta mengatakan bahwa makanan gurih dan renyah ini memang berasal dari Negeri Paman Sam. Berpuluh-puluh tahun lamanya, jutaan pedagang nusantara mengandalkan ayam ini di dunia kulinernya. Bukannya menentang keras makanan non-nusantara, tapi bukankah sebaiknya kita bangga dengan cita rasa yang Indonesia miliki? Bermula pada tahun 2003, seorang pedagang asal Jogjakarta menyadari bahwa Indonesia dapat membuat Ayam Crispy dikenal di seluruh Indonesia. Beliau bernama Ruminah, pemilik Rumah Makan Bu Rum. Dengan menggeprek (mengulek) ayam crispy bersama cabai, bawang, dan rempah- rempah lain, Bu Rumina berhasil menusantarakan ayam asal Amerika ini. Tak disangka, rupanya makanan yang akhirnya dinamai “Ayam Geprek” ini banyak disambut hangat oleh masyarakat Indonesia. Tak aneh, mengingat lidah masyarakat memang sudah sepatutnya cinta cita rasa Indonesia juga, kan?...
Konon katanya, Ayam Crispy merupakan makanan asal Amerika. Betul memang pernyataan itu. Fakta mengatakan bahwa makanan gurih dan renyah ini memang berasal dari Negeri Paman Sam. Berpuluh-puluh tahun lamanya, jutaan pedagang nusantara mengandalkan ayam ini di dunia kulinernya. Bukannya menentang keras makanan non-nusantara, tapi bukankah sebaiknya kita bangga dengan cita rasa yang Indonesia miliki? Bermula pada tahun 2003, seorang pedagang asal Jogjakarta menyadari bahwa Indonesia dapat membuat Ayam Crispy dikenal di seluruh Indonesia. Beliau bernama Ruminah, pemilik Rumah Makan Bu Rum. Dengan menggeprek (mengulek) ayam crispy bersama cabai, bawang, dan rempah- rempah lain, Bu Rumina berhasil menusantarakan ayam asal Amerika ini. Tak disangka, rupanya makanan yang akhirnya dinamai “Ayam Geprek” ini banyak disambut hangat oleh masyarakat Indonesia. Tak aneh, mengingat lidah masyarakat memang sudah sepatutnya cinta cita rasa Indonesia juga, kan?...
Konon katanya, Ayam Crispy merupakan makanan asal Amerika. Betul memang pernyataan itu. Fakta mengatakan bahwa makanan gurih dan renyah ini memang berasal dari Negeri Paman Sam. Berpuluh-puluh tahun lamanya, jutaan pedagang nusantara mengandalkan ayam ini di dunia kulinernya. Bukannya menentang keras makanan non-nusantara, tapi bukankah sebaiknya kita bangga dengan cita rasa yang Indonesia miliki? Bermula pada tahun 2003, seorang pedagang asal Jogjakarta menyadari bahwa Indonesia dapat membuat Ayam Crispy dikenal di seluruh Indonesia. Beliau bernama Ruminah, pemilik Rumah Makan Bu Rum. Dengan menggeprek (mengulek) ayam crispy bersama cabai, bawang, dan rempah- rempah lain, Bu Rumina berhasil menusantarakan ayam asal Amerika ini. Tak disangka, rupanya makanan yang akhirnya dinamai “Ayam Geprek” ini banyak disambut hangat oleh masyarakat Indonesia. Tak aneh, mengingat lidah masyarakat memang sudah sepatutnya cinta cita rasa Indonesia juga, kan?...
Beksan Etheng, Beksan Lawung, Tari Bedhaya serta tari Srimpi Renggowati digolongkan sebagai tari-tarian keramat di Keraton Yogyakarta. Pada zaman dahulu tidak boleh dipergelar¬kan diluar tembok istana (kraton). Tarian ini yaitu tari Lawung dan Etheng serta beberapa tari Bedhaya dan Srimpi dicipta oleh Sri Sultan Hamengku Buwono I pada abad ke-18. Tari-tarian ini sejak dahulu jarang sekali dipentaskan, kecuali untuk Upacara perkawinan Agung atau menjamu Tamu Agung Raja. Pada zaman dahulu hingga tahun 1918 dikala pengantin Kraton diboyong ke Kepatihan setelah upacara kepanggih di dalam Kraton, maka pada hari resepsi kedua di Kepatihan yang dihadiri oleh Sri Sultan, beliau selalu membawa Tarian Etheng ini untuk dipergelarkan di dalam Kepatihan. Pada malam resepsi pertama di mana menurut adat istiadat Kraton Sri Sultan tidak menghadiri upacara tersebut, melainkan beliau mengirimkan sebagai wakilnya yaitu suatu rangkaian beksan Lawung dan beksan Etheng. Adapun ma...
Upacara Ruwatan merupakan sarana masyarakat Jawa untuk membersihkan hal-hal negatif dalam diri. Upacara ini tidak boleh dilakukan sembarangan orang, ada urutan aturan dan sarana yang wajib disiapkan. Orang yang harus diruwat adalah orang yang tergolong anak-anak Sukerta . Yang dimaksud Sukerta adalah mereka yang dipercaya sebagai makanan Bethara Kala atau membawa hal-hal negatif dalam dirinya. Mereka yang disebut Sukerta adalah yang dilahirkan: 1. Anak 1 laki-laki atau perempuan 2. Anak 2 Laki-laki semua, perempuan semua atau laki-laki dan perempuan 3. Anak 3 Laki-laki semua, perempuan semua, laki-laki di tengah atau perempuan di tengah 4. Anak 5 Laki-laki semua atau perempuan semua Yang boleh meruwat anak-anak Sukerta adalah seorang dalang, dalang yang sudah senior dan diakui mampu memenuhi syarat untuk meruwat. Berbagai macam sesaji juga harus disiapkan sebagai contoh macam-macam tumpeng, Pisang Sanggan, binatang berpasang...
Di tengah fenomena angka bunuh diri yang tinggi di Kabupaten Gunungkidul, terdapat mitos yang dipercaya sebagian masyarakatnya yakni Pulung Gantung. Apa itu Pulung Gantung? Ketua Dewan Kebudayaan Gunungkidul CB Supriyanto bercerita bahwa memang selama ini fenomena bunuh diri di Gunungkidul lekat dengan mitos pulung gantung. Mitos ini menyebutkan, jika pulung yang berupa bola api berpijar merah dan berekor jatuh dari langit, maka diyakini sekitar tempat jatuhnya pulung akan ada warga yang gantung diri. Namun seiring berjalannya waktu, saat ini hanya sebagian kecil saja masyarakat Gunungkidul yang mempercayai mitos itu. "Sebagian kecil percaya (pulung gantung)," kata Dewan Kebudayaan Gunungkidul, CB Supriyanto saat berbincang dengan detikcom, Senin (11/9/2017). "Sebagian warga percaya, tapi kalau yang tidak percaya ya cuek saja," imbuhnya. Seorang penulis buku 'Simbolisme dalam Budaya Jawa' Budiono Harusatoto menambahkan arti pul...
Tradisi Cing-cing Goling yang digelar setiap tahun merupakan ungkapan rasa syukur kepada Tuhan atas berlimpahnya panenan dan air yang terus ada meski musim kemarau. Dalam kesempatan ini selain kenduri yang dilakukan ribuan warga dengan menyembelih ratusan ekor ayam, juga ditampilkan tarian khas Cing-cing Goling yang hanya dimainkan setahun sekali. Salah seorang panitia, Sugiyanto, mengatakan upacara ini sebagai wujud syukur atas melimpahnya hasil pertanian warga sekitar yang tidak lepas dari adanya bendungan yang dibangun ratusan tahun lalu. Para petani bisa menanam meski saat ini sedang musim kemarau. Bendungan sudah dimoderinisasi sekitar tahun 1974, saat ini bisa mengaliri sekitar 50 hektar lahan pertanian warga sekitar. Dari tradisi sejarah lisan masyarakat, dikatakan jika pelarian prajurit Majapahit, Wisangsanjaya dan Yudopati yang berhasil membuat bendungan sehingga bisa mengairi lahan pertanian menjadi sawah dan membuat warga setempat menjadi semakin sejahtera....
Warga Kecamatan Gedangsari, Kabupaten Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta, menggelar upacara adat Gadean Gunung Gentong di situs cagar budaya petilasan Prabu Brawijaya ke V di Pedukuhan Manggung, Desa Ngalang. "Upacara adat ini sebagai bentuk penghormatan warga kepada leluhur," kata Kepala Desa Ngalang Kaderi di Gunung Kidul, Rabu (26/4). Ia mengatakan acara nyadran tahun ini lebih meriah dari tahun sebelumnya, hal ini bisa dilihat dari antusiasme masyarakat untuk ikut menyemarakkan acara. "Mereka rela menunggu sejak pagi sampai dengan selesai acara tetap berada di lokasi. Semoga kedepan masyarakat semakin sejahtera dalam berbagai aspek, dan tidak meninggalkan adat tradisi yang harus tetap dilestarikan sebagai warisan budaya kepada anak cucu," harap Kaderi. Sejak pagi masyarakat berkumpul di area Nyadran menunggu rombongan kirab yang berjalan menuju lokasi, dari anak-anak hingga orang tua, bahkan ada pula wisatawan yan...
Warga Padukuhan Mendak, Girisekar, Panggang, Gunungkidul punya tradisi membuka pusaka Cupu Kyai Panjolo setiap malam Selasa Kliwon Mangsa Kapapat. Sesuai penanggalan Jawa hari itu tepat kemarin (17/10) dini hari. Berikut cerita di balik kesakralan pusaka tersebut. GUNAWAN, Gunungkidul Hujan mengguyur deras seharian sebelum Cupu Kyai Panjolo dibuka. Berkah air dari langit itu bahkan tidak berhenti hingga menjelang malam. Kondisi alam itu tak menyurutkan niat ribuan orang untuk hadir di Padukuhan Mendak untuk menyaksikan pembukaan Cupu Kyai Panjolo yang menjadi tradisi turun-temurun masyarakat setempat. Pengunjung bukan hanya datang dari Gunungkidul. Ada juga warga luar Bumi Handayani. Mereka tumpah ruah memadati halaman dan rumah Dwijo Sumarto yang berbentuk limasan. Dwijo adalah ahli waris keturunan ke-6 Eyang Seyeg, sang pemilik Cupu Kyai Panjolo. Cupu adalah benda berbentuk guci yang terbungkus kain kafan. Benda sakral ini dipercaya mampu memprediksi kejadian setahun...