Warga Padukuhan Mendak, Girisekar, Panggang, Gunungkidul punya tradisi membuka pusaka Cupu Kyai Panjolo setiap malam Selasa Kliwon Mangsa Kapapat. Sesuai penanggalan Jawa hari itu tepat kemarin (17/10) dini hari. Berikut cerita di balik kesakralan pusaka tersebut.
GUNAWAN, Gunungkidul
Hujan mengguyur deras seharian sebelum Cupu Kyai Panjolo dibuka. Berkah air dari langit itu bahkan tidak berhenti hingga menjelang malam. Kondisi alam itu tak menyurutkan niat ribuan orang untuk hadir di Padukuhan Mendak untuk menyaksikan pembukaan Cupu Kyai Panjolo yang menjadi tradisi turun-temurun masyarakat setempat.
Pengunjung bukan hanya datang dari Gunungkidul. Ada juga warga luar Bumi Handayani. Mereka tumpah ruah memadati halaman dan rumah Dwijo Sumarto yang berbentuk limasan. Dwijo adalah ahli waris keturunan ke-6 Eyang Seyeg, sang pemilik Cupu Kyai Panjolo.
Cupu adalah benda berbentuk guci yang terbungkus kain kafan. Benda sakral ini dipercaya mampu memprediksi kejadian setahun ke depan.Ada tiga buah guci yang disimpan dalam kotak kayu berukuran lebar 35 cm, panjang 20 cm, dan tinggi 15 cm.
Masing-masing cupu memiliki nama. Semar Kinandu adalah cupu terbesar. Selanjutnya Kalang Kinantang, dan paling kecil Kenthiwiri. Selama ini ketiga cupu yang disimpan di rumah Dwijo Sumarto diperkirakan telah berusia lebih dari 500 tahun.
Kain kafan pembungkus cupu itulah yang dibuka setiap tahun sebagai sebuah tradisi turun-temurun. Saat itu jarum jam menunjukkan pukul 01. 30 saat tradisi membuka cupu dimulai oleh sesepuh trah Eyang Seyeg.
Memang benar, di setiap lapis kain mori ada simbol atau gambar yang kemudian diumumkan kepada warga di lokasi. Malam itu, simbol yang muncul di antaranya, bintang tujuh segitiga di sisi utara. Lalu di sebelah barat berupa wayang Betara Guru. Di selatan ada gambar titik tiga segitiga, dan bagian timur muncul gambar darah mengering.
“Meski tanda-tanda berbentuk simbol bercak, gambar yang muncul pada kain kafan dipercaya sebagai ramalan kejadian satu tahun kedepan. Tapi kami persilakan untuk mengartikan sendiri,”ucap Dwijo.
Prediksi kejadian itu dari tingkat lokal hingga nasional. Mengenai kondisi ekonomi, politik, sampai keadaan kamtibmas.
Kades Girisekar Sutarpan mengatakan, prediksi cupu awalnya hanya untuk kondisi pertanian. Namun, seiring perkembangan zaman berubah menjadi situasi nasional maupun daerah secara lebih umum. “Benda pusaka Cupu Kyai Panjolo tidak ada hubungannya dengan Keraton Jogjakarta Hadiningrat,” kata Sutarpan.
Salah satu trah Eyang Seyeg ini berharap tradisi membuka cupu terus dilestarikan sebagai aset budaya lokal. Sutarpan tak meminta orang untuk percaya atau tidak percaya dengan ramalan.
“Pertanda itu tergantung masing-masing warga yang mengartikan. Semalam dari catatan saya ada puluhan gambar,” ucap mantan anggota DPRD Gunungkidul itu.
sumber: https://www.radarjogja.co.id/2017/10/18/melongok-tradisi-pembukaan-tabir-gaib-cupu-kyai-panjolo/
#SBJ
MAKA merupakan salah satu tradisi sakral dalam budaya Bima. Tradisi ini berupa ikrar kesetiaan kepada raja/sultan atau pemimpin, sebagai wujud bahwa ia bersumpah akan melindungi, mengharumkan dan menjaga kehormatan Dou Labo Dana Mbojo (bangsa dan tanah air). Gerakan utamanya adalah mengacungkan keris yang terhunus ke udara sambil mengucapkan sumpah kesetiaan. Berikut adalah teks inti sumpah prajurit Bima: "Tas Rumae… Wadu si ma tapa, wadu di mambi’a. Sura wa’ura londo parenta Sara." "Yang mulia tuanku...Jika batu yang menghadang, batu yang akan pecah, jika perintah pemerintah (atasan) telah dikeluarkan (diturunkan)." Tradisi MAKA dalam Budaya Bima dilakukan dalam dua momen: Saat seorang anak laki-laki selesai menjalani upacara Compo Sampari (ritual upacara kedewasaan anak laki-laki Bima), sebagai simbol bahwa ia siap membela tanah air di berbagai bidang yang digelutinya. Seharusnya dilakukan sendiri oleh si anak, namun tingkat kedewasaan anak zaman dulu dan...
Wisma Muhammadiyah Ngloji adalah sebuah bangunan milik organisasi Muhammadiyah yang terletak di Desa Sendangagung, Kecamatan Minggir, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Wisma ini menjadi pusat aktivitas warga Muhammadiyah di kawasan barat Sleman. Keberadaannya mencerminkan peran aktif Muhammadiyah dalam pemberdayaan masyarakat melalui pendekatan dakwah dan pendidikan berbasis lokal.
SMP Negeri 1 Berbah terletak di Tanjung Tirto, Kelurahan Kalitirto, Kecamatan Berbah, Sleman. Gedung ini awalnya merupakan rumah dinas Administratuur Pabrik Gula Tanjung Tirto yang dibangun pada tahun 1923. Selama pendudukan Jepang, bangunan ini digunakan sebagai rumah dinas mandor tebu. Setelah Indonesia merdeka, bangunan tersebut sempat kosong dan dikuasai oleh pasukan TNI pada Serangan Umum 1 Maret 1949, tanpa ada yang menempatinya hingga tahun 1951. Sejak tahun 1951, bangunan ini digunakan untuk kegiatan sekolah, dimulai sebagai Sekolah Teknik Negeri Kalasan (STNK) dari tahun 1951 hingga 1952, kemudian berfungsi sebagai STN Kalasan dari tahun 1952 hingga 1969, sebelum akhirnya menjadi SMP Negeri 1 Berbah hingga sekarang. Bangunan SMP N I Berbah menghadap ke arah selatan dan terdiri dari dua bagian utama. Bagian depan bangunan asli, yang sekarang dijadikan kantor, memiliki denah segi enam, sementara bagian belakangnya berbentuk persegi panjang dengan atap limasan. Bangunan asli dib...
Pabrik Gula Randugunting menyisakan jejak kejayaan berupa klinik kesehatan. Eks klinik Pabrik Gula Randugunting ini bahkan telah ditetapkan sebagai cagar budaya di Kabupaten Sleman melalui SK Bupati Nomor Nomor 79.21/Kep.KDH/A/2021 tentang Status Cagar Budaya Kabupaten Sleman Tahun 2021 Tahap XXI. Berlokasi di Jalan Tamanmartani-Manisrenggo, Kalurahan Tamanmartani, Kapanewon Kalasan, Kabupaten Sleman, pabrik ini didirikan oleh K. A. Erven Klaring pada tahun 1870. Pabrik Gula Randugunting berawal dari perkebunan tanaman nila (indigo), namun, pada akhir abad ke-19, harga indigo jatuh karena kalah dengan pewarna kain sintesis. Hal ini menyebabkan perkebunan Randugunting beralih menjadi perkebunan tebu dan menjadi pabrik gula. Tahun 1900, Koloniale Bank mengambil alih aset pabrik dari pemilik sebelumnya yang gagal membayar hutang kepada Koloniale Bank. Abad ke-20, kemunculan klinik atau rumah sakit di lingkungan pabrik gula menjadi fenomena baru dalam sejarah perkembangan rumah sakit...
Kompleks Panti Asih Pakem yang terletak di Padukuhan Panggeran, Desa Hargobinangun, Kecamatan Pakem, Kabupaten Sleman, merupakan kompleks bangunan bersejarah yang dulunya berfungsi sebagai sanatorium. Sanatorium adalah fasilitas kesehatan khusus untuk mengkarantina penderita penyakit paru-paru. Saat ini, kompleks ini dalam kondisi utuh namun kurang terawat dan terkesan terbengkalai. Beberapa bagian bangunan mulai berlumut, meskipun terdapat penambahan teras di bagian depan. Kompleks Panti Asih terdiri dari beberapa komponen bangunan, antara lain: Bangunan Administrasi Paviliun A Paviliun B Paviliun C Ruang Isolasi Bekas rumah dinas dokter Binatu dan dapur Gereja