Ritual
Ritual
Upacara Adat Daerah Istimewa Yogyakarta Gunung Kidul
Cing-cing Goling
- 21 November 2018

Tradisi Cing-cing Goling yang digelar setiap tahun merupakan ungkapan rasa syukur kepada Tuhan atas berlimpahnya panenan dan air yang terus ada meski musim kemarau. Dalam kesempatan ini selain kenduri yang dilakukan ribuan warga dengan menyembelih ratusan ekor ayam, juga ditampilkan tarian khas Cing-cing Goling yang hanya dimainkan setahun sekali. Salah seorang panitia, Sugiyanto, mengatakan upacara ini sebagai wujud syukur atas melimpahnya hasil pertanian warga sekitar yang tidak lepas dari adanya bendungan yang dibangun ratusan tahun lalu.

Para petani bisa menanam meski saat ini sedang musim kemarau. Bendungan sudah dimoderinisasi sekitar tahun 1974, saat ini bisa mengaliri sekitar 50 hektar lahan pertanian warga sekitar. Dari tradisi sejarah lisan masyarakat, dikatakan jika pelarian prajurit Majapahit, Wisangsanjaya dan Yudopati yang berhasil membuat bendungan sehingga bisa mengairi lahan pertanian menjadi sawah dan membuat warga setempat menjadi semakin sejahtera.

"Mereka berdua membendung sungai yang kemudian dipergunakan untuk mengairi area persawahan di sekitar bendungan, kemudian masyarakat Gedangan mengangkat Wisangsanjaya sebagai pahlawan para petani," kata Sugiyanto kepada wartawan Senin (27/8/2018).

Setelah menyatu dengan warga, keduanya pun ikut mengusir perampok. Saat ini digambarkan dalam tarian treatrikal yang diperankan 24 orang. Pada adegan ini belasan orang berlarian menginjak-injak tanaman pertanian milik warga setempat, di lahan sekitar bendungan, untuk mengusir gerombolan penjahat. Salah satu adegan, istri Wisangsanjaya mengangkat kembennya atau dalam bahasa jawa disebut cing cing, saat berlari.

Peran gadis dimainkan tokoh perempuan. Dalam adegan itu, mereka menarik sambil bernyanyi: Cing... Goling, Cing.... Goling, Cing... Goling... sambil mengelilingi tokoh peran Wisangsanjaya dan istri beserta seorang pengawal membawa cemeti. Meskipun tanaman diinjak-injak, namun petani setempat tidak marah. Mereka justru mengharapkan hal itu. Warga setempat percaya, tanaman yang diinjak-injak tidak akan mati, tetapi justru bertambah subur.

Lokasi yang digunakan untuk Cing-cing Goling tidak pernah berubah karena lokasi yang digunakan adalah awal Wisangsanjaya membuka lahan. "Tanah yang diinjak-injak saat Cing- cing Goling walaupun sudah ditanami tetapi yang punya lahan tidak pernah menolak atau protes," ucapnya. Sugiyanto mengatakan, sebagai ungkapan rasa syukur kepada Tuhan, maka dibuatlah kenduri dengan menyembelih ratusan ekor ayam dan makanan lainnya yang dibagikan kepada masyarakat yang ikut. "Masyarakat juga menyembelih 500 ekor ayam untuk kirab budaya ini. Ratusan ayam didapat dari swadaya masyarakat," katanya. Salah seorang warga Bantul, Wisang, mengaku senang tradisi seperti ini masih dilestarikan masyarakat setempat. Sehingga tradisi lokal tidak hilang ditelan zaman. "Semoga tradisi seperti ini tetap dijaga. Kalau bisa pemerintah setempat mengemas untuk pertunjukan agenda budaya," ujarnya.

Bupati Gunungkidul Badingah, mengatakan pemerintah mendukung keberagaman budaya di Gunungkidul pemerintah untuk dilestarikan. Upacara budaya kali ini dapat menarik wisatawan dan dapat ditambah sebagai tujuan wisata budaya. "Upacara seperti Cing-cing Goling menarik untuk wisatawan, apalagi tidak jauh dari Goa Pindul," katanya.

sumber: https://travel.kompas.com/read/2018/08/28/084100327/upacara-cing-cing-goling-tradisi-menjaga-sumber-air-di-gunungkidul

#SBJ

Diskusi

Silahkan masuk untuk berdiskusi.

Daftar Diskusi

Rekomendasi Entri

Gambar Entri
Upacara Kelahiran di Nias
Ritual Ritual
Sumatera Utara

Kelahiran seorang anak yang dinantikan tentu membuat seorang ibu serta keluarga menjadi bahagia karena dapat bertemu dengan buah hatinya, terutama bagi ibu (melahirkan anak pertama). Tetapi tidak sedikit pula ibu yang mengalami stress yang bersamaan dengan rasa bahagia itu. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan tentang makna dari pra-kelahiran seseorang dalam adat Nias khusunya di Nias Barat, Kecamatan Lahomi Desa Tigaserangkai, dan menjelaskan tentang proses kelahiran anak mulai dari memberikan nama famanoro ono khora sibaya. Metode pelaksanaan dalam penelitian ini adalah menggunakan metode observasi dan metode wawancara dengan pendekatan deskriptif. pendekatan deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan fakta sosial dan memberikan keterangan yang jelas mengenai Pra-Kelahiran dalam adat Nias. Adapun hasil dalam pembahasan ini adalah pra-kelahiran, pada waktu melahirkan anak,Pemberian Nama (Famatorõ Tõi), acara famangõrõ ono khõ zibaya (Mengantar anak ke rumah paman),...

avatar
Admin Budaya
Gambar Entri
Prajurit Pemanah Kasultanan Kasepuhan Cirebon Di Festival Keraton Nusantara
Seni Pertunjukan Seni Pertunjukan
Jawa Barat

Prajurit pemanah dari komunitas pemanah berkuda indonesia (KPBI) mengikuti Festival Keraton Nusantara 2017. mewakili kesultanan kasepuhan cirebon. PAKAIAN: terdiri dari ikat kepala/ totopong khas sunda jenis mahkuta wangsa. kain sembongb berwarnaungu di ikat di pinggang bersamaan dengan senjata tajam seperti golok dan pisau lalu baju & celana pangsi sunda. dengan baju corak ukiran batik khas sunda di bagian dada. untuk alas kaki sebagian besar memakai sendal gunung, namun juga ada yang memakai sepatu berkuda. BUSUR: sebagian besar memakai busur dengan model bentuk turkis dan ada juga memakai busur model bentuk korea. ANAK PANAH: Semua nya memakai anak panah bahan natural seperti bambu tonkin, kayu mapple & kayu spruce QUIVER (TEMPAT ANAK PANAH): Semua pemanah menggunakan quiver jenis backside quiver atau hip quiver . yaitu quiver yang anak panah di pasang di pinggang dan apabila anak panah di pasang di dalam quiver , nock anak panah menghadap ke belaka...

avatar
ASEP NU KASEP TEA ATUH PIRAKU
Gambar Entri
Prajurit pemanah kasultanan kasepuhan cirebon di festival keraton nusantara
Seni Pertunjukan Seni Pertunjukan
Jawa Barat

Prajurit pemanah dari komunitas pemanah berkuda indonesia (KPBI) mengikuti Festival Keraton Nusantara 2017. mewakili kesultanan kasepuhan cirebon. PAKAIAN : terdiri dari ikat kepala/ totopong khas sunda jenis mahkuta wangsa. kain sembong berwarna ungu di ikat di pinggang bersamaan dengan senjata tajam seperti golok ataupun pisau lalu baju & celana pangsi sunda. dengan baju corak ukiran batik khas sunda di bagian dada. untuk alas kaki sebagian besar memakai sendal gunung, namun juga ada yang memakai sepatu berkuda. BUSUR : sebagian besar memakai busur dengan model bentuk turkis dan ada juga memakai busur model bentuk korea. ANAK PANAH : Semua nya memakai anak panah bahan natural seperti bambu tonkin, kayu mapple & kayu spruce QUIVER (TEMPAT ANAK PANAH): Semua pemanah menggunakan quiver jenis backside quiver atau hip quiver . yaitu quiver yang anak panah di pasang di pinggang dan apabila anak panah di pasang di dalam quiver , nock anak panah menghad...

avatar
ASEP NU KASEP TEA ATUH PIRAKU
Gambar Entri
Kirab agung milad ke 215 kesultanan kacirebonan
Seni Pertunjukan Seni Pertunjukan
Jawa Barat

aksi pertunjukan pusaka dan pasukan kesultanan kacirebonan dari balaikota cirebon sampai ke keraton kacirebonan

avatar
ASEP NU KASEP TEA ATUH PIRAKU
Gambar Entri
PANURUNG: Pasukan Pengawal Keraton Sumedang Larang
Senjata dan Alat Perang Senjata dan Alat Perang
Jawa Barat

Para pasukan penjaga keraton Sumedang larang

avatar
ASEP NU KASEP TEA ATUH PIRAKU