UPACARA TARAPAN KERATON YOGYAKARTA INDONESIA Tarapan adalah upacara untuk memeringati haid pertama (menarche) seorang gadis. Di keraton Yogyakarta upacara ini dilakukan di Bangsal Sekar Kedaton. Gadis yang sedang menarche memakai baju khas keraton Yogya dengan rambutnya disanggul. Keluarga membuat tumpeng, sesaji yang terdiri dari rempah-rempah dan bumbu dapur serta bubur merah putih. Sesaji itu dimaksudkan untuk menolak bala. Pada upacara ini tidak ada pria yang boleh ikut, termasuk Sultan. Upacara Tarapan di Surakarta sedikit beda. Dalam perayaan ini si Gadis mengenakan batik dalam ritual siraman. Kemudian si Gadis berganti baju dengan kain bermotif grompol sebagai lambang permohonan kebahagiaan dan kesejahteraan. Grompol (menggerombol) artinya agar selalu dikelilingi oleh teman-temannya. Perayaan diakhiri dengan syukuran bersama. Sedangkan masyarakat Jawa pada umumnya cukup memeringati menarche dengan membuat bubur...
Pada ratusan tahun yang lalu, konon terdapat sebuah desa yang hampir seluruh penduduknya adalah seorang petani. Mereka seringkali mengadakan pertunjukan seni sebagai penawar lelah setelah seharian bekerja di ladang. Pada suatu hari, mereka mengundang seorang dalang terkenal pada masa itu sebagai bentuk rasa syukur atas hasil panen besar yang baru saja diperoleh warga desa. Semua warga desa bergotong royong untuk menyiapkan pertunjukan wayang kulit yang sangat mereka nanti-nantikan itu. Akan tetapi, ada salah satu warga desa yang dengan sengaja memainkan salah satu wayang kulit si dalang. Saking senangnya, ia melakukan tindakan ceroboh hingga merusak wayang kulit tersebut. Mengetahui wayang kulitnya telah dirusak, dalang tersebut murka dan mengutuk seluruh warga desa menjadi wayang kulit lalu dibuang ke Bukit Nglanggeran. Nglanggeran sendiri berasal dari kata nglanggar atau melanggar. Penamaan tersebut dikait-kaitkan dengan kisah-kisah mistis dan kisah kemurkaan seorang dalang...
Pada ratusan tahun yang lalu, konon terdapat sebuah desa yang hampir seluruh penduduknya adalah seorang petani. Mereka seringkali mengadakan pertunjukan seni sebagai penawar lelah setelah seharian bekerja di ladang. Pada suatu hari, mereka mengundang seorang dalang terkenal pada masa itu sebagai bentuk rasa syukur atas hasil panen besar yang baru saja diperoleh warga desa. Semua warga desa bergotong royong untuk menyiapkan pertunjukan wayang kulit yang sangat mereka nanti-nantikan itu. Akan tetapi, ada salah satu warga desa yang dengan sengaja memainkan salah satu wayang kulit si dalang. Saking senangnya, ia melakukan tindakan ceroboh hingga merusak wayang kulit tersebut. Mengetahui wayang kulitnya telah dirusak, dalang tersebut murka dan mengutuk seluruh warga desa menjadi wayang kulit lalu dibuang ke Bukit Nglanggeran. Nglanggeran sendiri berasal dari kata nglanggar atau melanggar. Penamaan tersebut dikait-kaitkan dengan kisah-kisah mistis dan kisah kemurkaan seorang dalang...
Rempeyek Jingking adalah makanan khas Daerah Istimewa Yogyakarta yang hanya bisa didapatkan di daerah pantai. Makanan ini dapat dijumpai di pesisir Pantai Parangtritis, Bantul atau di Pantai Baron, Gunungkidul. Rempeyek ini pada dasarnya sama seperti rempeyek pada umumnya hanya saja peran kacang atau kedelai diganti dengan hewan jingking. Jingking sendiri adalah kepiting kecil yang dapat ditemukan di sekitar pantai di Gunungkidul dan Bantul. Jenis makanan ini nyaris tidak bisa didapatkan di kios atau warung-warung karena hampir 90 persen makanan jenis ini dijajakan dengan cara asongan di sepanjang garis pantai Laut Selatan Bantul atau Gunungkidul. Jadi, untuk mendapatkan makanan jenis ini orang harus mencari penjualnya di pantai sebab penjual makanan jenis ini untuk saat ini semakin sulit ditemukan. Langkanya penjual rempeyek jingking di pasaran tersebut berkait erat dengan semakin sulitnya orang mendapatkan bahan baku peyek jingking, yakni binatang Jingking itu...
Blangkon adalah nama khas ikat sekaligus penutup kepala yang terbuat dari kain batik dari daerah Jawa Tengah (khususnya DI Jogjakarta). Di daerah lain, nama ikat kepala ini mempunyai sebutan masing-masing, contohnya di daerah Jawa Barat (suku Sunda) atau di daerah Banten, ikat kepala seperti ini banyak disebut sebagai "Udeg". Nama Blangkon sendiri lebih dikhususkan kepada bentuk ikat kepala yang menutupi semua bagian atas kepala, sedangkan yang berbentuk hanya sperti kain yang diikat di kepala (seperti bandana), biasa disebut dengan sebutan ikat kepala. Dahulu, Blangkon ada sebagai aksesoris kepala untuk merapihkan rambut para pemudanya. Pasalnya, para pemuda dulu lebih umum memiliki rambut yang panjang, yang umumnya kurang tertata dengan rapih. Oleh karena itu, dengan bantuan ikat kepala ini, rambut para pemuda saat itu bisa terlihat lebih rapih. Blangkon juga dijadikan sebagai salah satu alat pembeda antara suatu suku dengan suku lainnya, pasalnya setiap suku memiliki ciri k...
Kota Jogjakarta, disebut juga kota pelajar, kota seni dan budaya, kota keraton, dan banyak sebutan lainnya. Tapi ada satu sebutan yang sangat menarik perhatian. Kota gudeg? Apakah makanan tersebut sungguh mendarah daging di Kota Yogyakarta sehingga membuat Kota Yogyakarta disebut demikian? Jawabannya adalah ya! Di tempat kelahirannya, makanan yang sangat khas ini merajalela di seluruh penjuru Jogjakarta. Di pinggir jalan, restoran tenda, sampai ke restoran yang bernama pasti ada makanan yang satu ini di Jogja. Tapi sebenarnya apa sih gudeg itu? Gudeg adalah makanan khas Jogja yang terbuat dari buah nangka yang direbus dalam santan dan gula kelapa selama beberapa jam. Hasilnya adalah nangka yang berwarna coklat kemerahan dengan rasa manis bercampur gurih yang sangat cocok dengan lidah masyarakat Jawa pada umumnya. Tentu saja gudeg tidak dimakan begitu saja. Gudeg seringkali disajikan dengan nasi putih, opor ayam, telur rebus, dan rebusan kulit sapi segar dan diberi sambal yang be...
Sengkalan adalah angka tahun yang ditulis dengan menggunakan kata-kata yang memiliki karakter tertentu. Kata-kata tersebut biasanya disusun sedemikian rupa sehingga membentuk sebuah frasa atau kalimat. Adapun sengkalan yang tidak menggunakan tulisan, tetapi diwujudkan dalam wujud gambar disebut dengan sengkalan memet . Beberapa karakter atau kata yang digunakan dalam penulisan sengkalan menurut angkanya adalah sebagai berikut: 1 : kata “ siji ” dan sinonimnya, sesuatu yang berjumlah satu ( surya, Gusti, nabi , dsb), benda bulat ( Bumi , dsb), manusia, dan benda yang berjumlah satu 2 : kata “ loro ” dan sinonimnya serta semua yang berpasangan ( asta, karna, netra, dsb) 3 : kata “ telu ” dan sinonimnya, api, dan cahaya 4 : kata “ papat ” dan sinonimnya, air, dan kata-kata yang artinya membuat 5 : kata “ lima ” dan sinonimnya, angin, senjata, dan raksasa 6 : kata “ nem ” dan sinonimnya...
Ketika Kraton Yogya menguasai tanah Mataram sekitar tahun 1755 Masehi, pasukan atau bregada tempur dibentuk untuk berperang mengangkat senjata. Tetapi pada pemerintahan Sultan Hamengkubuwono III, prajurit tersebut dibubarkan oleh tentara Inggris. Baru mulai tahun '70-an, Bregada kembali dipergunakan untuk menjaga kraton serta muncul di upacara peringatan Jawa seperti Grebeg Mulud, dan kini masih bertahan sebagai simbol budaya. Setiap pasukan atau bregada dipimpin oleh perwira berpangkat Kapten . Kecuali bregada Bugis dan Surakarsa yang dipimpin oleh seorang Wedana . Keseluruhan perwira dalam semua bregada dipimpin oleh seorang Pandhega , kecuali Bregada Wirabraja dan Bregada Mantrijero yang langsung di bawah Kommandhan . Prajurit Keraton Yogyakarta dapat dibagi ke dalam tiga kelompok. Prajurit yang dimiliki Kepatihan , yaitu Bregada Bugis . Prajuri...
Kota budaya, kota pelajar, kota seni, kota gudeg, kota bakpia, itulah beberapa julukan bagi kota Yogyakarta. Julukan ini pun diberikan karena ciri khas yang melekat di kota yang memiliki slogan “Berhati Nyaman”. Yogyakarta atau sering disingkat Jogja, memiliki kekhasan akan keunikan budaya dan tradisi yang telah diwariskan secara turun temurun yang masih terjaga hingga saat ini. Kota ini juga dikenal sebagai tempat lahir dan berkembangnya budaya-budaya baru. Salah satu budaya yang sangat berkembang di Jogja adalah “Seni Mural” atau ekspresi seni menggambar di atas media dinding. Seni Mural di Jogja mulai marak sejak diselenggarakannya Proyek Mural Kota pada tahun 2002 yang digagas oleh komunitas Apotik Komik (sekelompok seniman yang memfokuskan kegiatannya pada seni publik dan membangun dialog dengan masyarakat). Proyek mural kota ini berjudul “Sama-Sama” yang kemudian menginspirasi masyakarat untuk juga membuat mural sehingga melahi...