Kota budaya, kota pelajar, kota seni, kota gudeg, kota bakpia, itulah beberapa julukan bagi kota Yogyakarta. Julukan ini pun diberikan karena ciri khas yang melekat di kota yang memiliki slogan “Berhati Nyaman”. Yogyakarta atau sering disingkat Jogja, memiliki kekhasan akan keunikan budaya dan tradisi yang telah diwariskan secara turun temurun yang masih terjaga hingga saat ini. Kota ini juga dikenal sebagai tempat lahir dan berkembangnya budaya-budaya baru. Salah satu budaya yang sangat berkembang di Jogja adalah “Seni Mural” atau ekspresi seni menggambar di atas media dinding.
Seni Mural di Jogja mulai marak sejak diselenggarakannya Proyek Mural Kota pada tahun 2002 yang digagas oleh komunitas Apotik Komik (sekelompok seniman yang memfokuskan kegiatannya pada seni publik dan membangun dialog dengan masyarakat). Proyek mural kota ini berjudul “Sama-Sama” yang kemudian menginspirasi masyakarat untuk juga membuat mural sehingga melahirkan sebuah “fenomena mural” yang menjadikan tembok-tembok Kota Yogyakarta penuh dengan lukisan dinding.
Pada tahun 2003, Apotik Komik kembali mengkoordinasi proyek mural kota yang diberi judul “Sama-sama/You’re Welcome” dengan melibatkan seniman mural dari San Fransisco, Amerika Serikat.
Awalnya, Proyek Mural Kota Sama-sama tidak berjalan semulus sekarang. Untuk membeli cat dan peralatan, tiap-tiap seniman mencari dana dengan cara menjual karya mereka di malam amal. Ada 17 seniman yang terlibat dalam proyek ini. Berbekal dana yang terkumpul sekitar 11 juta, mereka menjatuhkan empat kawasan sebagai objek seni rupa publik ini.
Di tengah proses pembuatannya, Walikota Kotamadya DIY pada saat itu Hery Zudianto rupanya memberikan respons baik. Di waktu-waktu luang, Walikota turun tangan memberikan makanan dan minuman kepada para perupa yang sedang berkarya.
Sementara itu, bagi warga sendiri yang berada di lingkungan proyek, kehadiran seniman-seniman ini membuka komunikasi interaktif sekaligus wacana untuk menjadikan ruang publik lebih bersahaja dan menjadi alternatif bagi warga untuk menikmati seni di ruang publik.
Kehadiran mural disambut baik oleh masyarakat kota Jogja, sebagai sebuah ekspresi seni yang dihadirkan tidak hanya oleh para seniman tapi juga oleh berbagai kalangan, tua-muda, laki-perempuan. Sebagai salah satu budaya kontemporer, mural mampu menggambarkan ke-heterogenitas-an kota Jogja masa kini yang tumbuh dengan keberagaman manusianya, menggambarkan heterogenitas ekspresi masyarakatnya terhadap berbagai hal.
Para seniman mural ini bermaksud untuk mengembalikan kembali ruang publik kepada masyarakat untuk dijadikan salah satu medium untuk merekatkan hubungan-hubungan sosial antar masyarakat.
Dalam hubungannya dengan ruang publik kota, mural mencoba mengkritisi ruang publik kota yang telah menjadi ajang pertarungan berbagai macam kepentingan. Mulai dari pamer iklan produk yang merayu siapa saja untuk membeli dan mengkonsumsi habis-habisan. Sampai dengan gambar-gambar simbol partai yang merayu orang-orang untuk percaya bahwa mereka adalah pembela rakyat.
Seni Mural telah menjadi nilai lebih kota Jogja, karena suasana kotanya kaya akan karya seni. Keadaan ini semakin memperkuat citra kota Jogja sebagai kota seni-budaya. Jika kita melewati jalan melingkar Stadion Kridosono Jogja, tentunya tidak asing lagi dengan dinding melingkar yang penuh warna, sebuah fenomena yang tidak kita dapatkan di kota-kota lain.
Keunikan ini juga dapat kita temui dihampir semua sudut kota Jogja, bahkan beberapa pemilik ruko di kota ini pun sengaja melukis dinding rukonya dengan mural, selain untuk keindahan juga untuk menangkal grafiti atau tempelan liar.
Sumber : https://www.mobgenic.com/seni-mural-jogja-wujud-kebersamaan-dan-kepedulian-melalui-lukisan-dinding/
BAHAN-BAHAN 1 ikat kangkung bumbu halus : 5 siung bawang merah 2 siung bawang putih 2 butir kemiri 1 sdt ketumbar bubuk seruas kencur aromatic : 2 lembar daun salam 2 lembar daun jeruk 1 btg sereh seruas lengkuas,geprek seasoning : 1 sdt garam (sesuai selera) 1/2 sdt kaldu bubuk 1/2 sdm gula jawa sisir 1 sdt gula pasir Rose Brand 1 bungkus santan cair instan Rose Brand 1 liter air 3 sdm minyak goreng untuk menumis CARA MEMASAK: Siangi kangkung cuci bersih,tiriskan Haluskan bumbu Tumis bumbu halus hingga harum dengan secukupnya minyak goreng,masukkan aromatic,masak hingga layu,beri air 1 lt Masukkan kangkung,beri seasoning,aduk rata Koreksi rasa Sajikan Sumber: https://cookpad.com/id/resep/25030546?ref=search&search_term=kangkung
Bahan: 1 buah tomat, potong dadu 2 ekor ikan tongkol ukuran sedang (1/2kg) 1/2 bks bumbu marinasi bubuk 1 sdt bawang putih Secukupnya garam Secukupnya gula 7 siung bawang merah, iris 5 buah cabe rawit, iris 2 batang sereh, ambil bagian putihnya, iris 3 lembar daun jeruk, iris tipis-tipis 1 bks terasi ABC Minyak untuk menumis Secukupnya air Cara memasak: Cuci bersih ikan tongkol. Taburi bumbu marinasi desaku, garam secukupnya, air 2 sdm ke ikan tongkol. Siapkan bahan-bahan. Iris tipis bawang merah, daun jeruk, seret, cabe rawit. Kukus ikan tongkol selama 10 menit. Lapisi dengan daun pisang atau daun kunyit. Boleh jg tidak d lapisi. Setelah ikan di kukus, goreng ikan. Tumis bawang merah dan bahan lainnya. Masukkan terasi yg telah dihancurkan. Setelah matang, masukkan ikan yang telah digoreng. Aduk hingga rata. Sajikan dengan nasi hangat. Sumber: https://cookpad.com/id/resep/24995999?ref=search&search_term=dabu+dabu
Bahan-bahan Porsi 2 orang Bumbu Ikan bakar : 2 ekor ikan peda 1 sdm kecap 1/2 sdm Gula merah 1/2 sdt garam Minyak goreng Bahan sambal dabu-dabu : 7 buah cabe rawit merah, iris kecil 1 buah tomat merah, iris dadu 3 siung bawang merah,iris halus 2 lembar daun jeruk, buang tulang tengah daun, iris tipis 2 sdm minyak goreng panas Cara Membuat: Marinasi ikan dengan air perasan jeruk nipis dan garam secukupnya, diamkan 20 menit, kemudian panggang diatas teflon(aku di happycall yang dialasi daun pisang) sesekali olesi minyak plus bumbu ke ikannya(aku pakai bumbu kecap dan gula merah) panggang sampai matang. Cara bikin Sambal dabu-dabu : Campurkan semua bahan sambal dabu-dabu ke dalam mangkok kecuali minyak kelapa, panaskan minyak kelapa, kemudian siram diatas sambal tadi, sajikan ikan peda bakar dengan sambal dabu-dabu. Sumber: https://cookpad.com/id/resep/15232544?ref=search&search_term=peda+bakar
MAKA merupakan salah satu tradisi sakral dalam budaya Bima. Tradisi ini berupa ikrar kesetiaan kepada raja/sultan atau pemimpin, sebagai wujud bahwa ia bersumpah akan melindungi, mengharumkan dan menjaga kehormatan Dou Labo Dana Mbojo (bangsa dan tanah air). Gerakan utamanya adalah mengacungkan keris yang terhunus ke udara sambil mengucapkan sumpah kesetiaan. Berikut adalah teks inti sumpah prajurit Bima: "Tas Rumae… Wadu si ma tapa, wadu di mambi’a. Sura wa’ura londo parenta Sara." "Yang mulia tuanku...Jika batu yang menghadang, batu yang akan pecah, jika perintah pemerintah (atasan) telah dikeluarkan (diturunkan)." Tradisi MAKA dalam Budaya Bima dilakukan dalam dua momen: Saat seorang anak laki-laki selesai menjalani upacara Compo Sampari (ritual upacara kedewasaan anak laki-laki Bima), sebagai simbol bahwa ia siap membela tanah air di berbagai bidang yang digelutinya. Seharusnya dilakukan sendiri oleh si anak, namun tingkat kedewasaan anak zaman dulu dan...