Salah satu upacara pada usia menjelang usia baligh dewasa ini ialah upacara nokeso, yaitu upacara menggosok gigi bagian depan sampai rata, baik bagian atas maupun bagian bawah bagi seorang anak perempuan menjelang baligh (nabalego). Teknis upacara nokeso ini ditentukan oleh vati sesuai status sosial dan atau warisan yang pernah diterimanya dari orang tua atau nenek moyangnya. Bagi keturunan raja/bangsawan vati, ditentukan oleh ketua dewan adat. Tujuan Upacara Tujuan upacara ini adalah mengantar anak perempuan memasuki masa gadis ( karandaa ) agar dapat bahagia tanpa gangguan mental dan phisik, serta harapan memasuki pintu perkawinan dengan baik, panjang umur, murah rezeki, ataupun menjaga dirinya, tutur katanya serta adat istiadat leluhurnya. Sesungguhnya upacara ini adalah suatu upacara peresmian/pernyataan orang tua bahwa putrinya telah mengakhiri masa kanak-kanaknya dan memasuki alam kedewasaan. Waktu Upacara Upacara ini biasanya dilaksanakan pada masa sebelum...
Upacara Nobau adalah suatu upacara yang dilaksanakan oleh orang dewasa, khususnya orang tua manakala anak-anak dari suatu keluarga ada yang mengalami gangguan penyakit atau kurang sehat seperti nabaka-baka (banyak tumbuh luka pada bagian anggota badan), nange’e / nakeru keru (hidup kerdil dan kurus sebagai akibat pertumbuhan tubuh kurang normal seperti berkudis, termasuk penyakit tuli, bisu, dan sebagainya. Menurut kepercayaan masyarakat bahwa keadaan yang kurang sehat yang dialami oleh anak-anak dalam keluarga itu adalah akibat nakaratea (gangguan roh nenek moyang) sebagai akibat kelalaian orang tuanya mengadakan adat atau telah melupakannya. Bila segala upaya pengobatan telah dilakukan, ternyata anak-anak belum sembuh, berarti ada nengoimo (upacara adat sudah harus dilaksanakan). Tetapi upacara ini tetap dilaksanakan oleh semua anggota keluarga walaupun belum ada yang mengalami berbagai macam penyakit, sebagai upaya preventif. Nama lain upacar...
Upacara masa kehamilan pada suku bangsa Kaili dikenal 2 macam, yaitu upacara Nolama Tai (upacara selamatan kandungan pada masa hamil pertama) dan upacara Novero (upacara pengobatan apabila sang ibu yang hamil kurang sehat). Kedua upacara ini diuraikan secara terpisah walaupun kedua upacara tersebut sering dilaksanakan sekaligus. Upacara ini adalah upacara selamatan kandungan pada kehamilan anak yang pertama apabila kandungan berusia 7 bulan. Upacara ini sering dinamakan No jemparaka manu (memisah-misahkan bagian daripada daging ayam) atau biasa disebut mantale (membuat sesajian). Nama-nama itu ditonjolkan sesuai dengan penonjolan dari bagian upacara ini yaitu memenggal bagian daging ayam untuk upacara sebagai sesajian utama dalam upacara Nolama Tai. Upacara ini bagi masyarakat Kaili berbeda kualitas dan kuantitasnya sesuai dengan kedudukan sosial seseorang atau Vati seseorang dalam masyarakat. Maksud Penyelengaraan Upacara Tujuan upacara ini adalah dimaksudkan agar kelah...
Upacara ini dilaksanakan pada saat bayi lahir, yang dilakukan oleh sando mpoana (dukun bersalin). Upacara ini memotong tali pusat yang menghubungkannya dengan tembuni (tavuni). Maksud dan Tujuan Upacara Maksud dan tujuan upacara ini ialah memotong tali pusar yang masih bersatu dengan tembuni yang dipercayai sebagai dua mahluk yang harus dipisahkan. Karena itu upacara ini dilakukan dengan hidmat oleh dukun bersalin, agar roh tembuni tidak mengganggu bayi setelah keduanya terpisah. Waktu Penyelenggaraan Upacara Waktu penyelenggaraannya dilakukan pada saat sang bayi itu lahir, sesudah diurut-urut dan dimantera seperlunya tanpa menunggu lebih lama. Penyelenggaraan Teknis Upacara Upacara pemotongan tali pusat oleh dukun beranak (sando mpoana) yang dianggap ahli dan berpengalaman untuk itu. Dukun itu melayani masyarakat desa tanpa mengenal stratifikasi sosial. Pihak-pihak lain yang terlibat ialah keluarga dalam rumah atau yang datang berkunjung pada saat kelahiran....
(Masa menjelang/menanti datangnya saat-saat kematian – Suku Kaili) Nopamada adalah suatu upacara yang dilakukan di saat-saat menanti seseorang menghembuskan napasnya terakhir di mana seluruh anggota keluarga telah bejaga-jaga menjelang datangnya sakaratul maut. Bagi masyarakat Kaili, saat-saat ini merupakan suatu moment yang paling berharga untuk menyempatkan diri hadir dengan anagota keluarga lainnya, ikut serta menyaksikan bahkan ikut mengambil peran dalam upacara tersebut. Tujuan Upacara tersebut ialah: 1. Mengambil kesempatan untuk saling memaafkan kesalahan-kesalahan masing-masing dengan segala keikhlasan. Dan alangkah besarnya rasa kekesalan bila kesempatan tersebut tidak dapat dimanfaatkan oleh anggota keluarga yang terdekat. Mereka dianggap sebagai orang rugi dinilai sebagai orang keras hati dan berkepribadian rendah. Nopamada berarti bejaga-jaga menanti saat seseorang menghembuskan napas terakhir. 2. &...
Alat Kesenian ini dinamakan puree, sebab bilamana dimainkan berbunyi re…. re….. re. Bahannya: buluh tui dan rotan. Bentuknya: Alat ini berbentuk seperti jepitan atau seperti garpu tala. Warna: Kecoklat-coklatan, sesuai dengan warna bambu yang sudah kering. Cara pembuatan Sebelum dilaksanakan pembuatan alat ini terlebih dahulu diadakan pemilihan bahan, berupa buluh Tui yang telah tua, lurus dan berkualitet bagus serta memilih jenis rotan yang baik untuk dianyam. Buluh Tui yang merupakan buluh pilihan yang dipotong sepanjang satu ruas dengan ukuran panjang 40 – 50 cm dan garis tengah ± 3 cm. Ukuran ini tidak mutlak sebab tergantung pada buluh yang dipilih, ada ruasnya panjang dan garis tenaghnya lebih besar. Jadi ukuran dari alat kesenian ini bervariasi. Pada salah satu ujungnya, bukunya tidak dikeluarkan, namun sekat pada rongga bulu ini dikeluarkan sehingga tembus pandang. Kira-kira 2/3 atau 3/5 bagian dari bulu tersebut dikeluarkan/ disay...
Nama alat gambusu ini diambil dari nama gambus yang dikenal secara umum. Karena bahasa di Tanah Kaili yang bersifat vokalis, maka pada akhir kata gambus ditambah dengan bunyi u, sehingga alat itu dinamakan gambusu. Gambusu = kata benda Gambusu = bermain gambus = kata kerja. Bahan: Kayu nangka, kawat baja kecil atau tali nilon dan kulit kambing/ sapi yang kuning. Bentuk: Lihat foto. Warna : Kekuning-kuningan. Cara membuatnya Pertama kali diperhatikan adalah memilih bahan yakni kayu nangka. Kayu nagngka yang sudah tua dan bentuknya yang bulat sebgai pilihan utama untuk membuat alat tersebut. Kayu itu dipotong sepanjang ± 1,5 meter, dengan garis tengah dan dikeluarkan kulitnya. Kayu nangka yang telah dipotong itu dijemur, dan kira-kira sudah kering, maka dengan cermat kayu atau dikeluarkan 1/3 bagian. Boleh juga diambil kayu nangka yang kering meranggas, sehingga tidak perlu dijemur. Menjemurnya bukan dipanas matahari, tetapi cukup hanya dianginkan, sehingga tida...
Tali Bonto (pengikat) Bahan : Pelepah sagu atau pelepah enau dan kain serta manik-manik. Bentuk : Pipih dibentuk bulat disesuaikan dengan ukuran kepala. Cara membuatnya . Mula-mula menyiapkan pelepah atau pelepah sagu, lalu dibersihkan kemudian diiris sepanjang 55 cm sampai 65 cm. Setelah itu bahan tadi dibungkus dengan kain. Pada umumnya kain pembungkus berwarna merah. Setelah itu dipasangkan manik-manik sampai seluruh permukaan (bagian luar) dari tali tadi, dengan jalan menjahit manik-manik tersebut. Setelah itu tali siap dipakai pada kedua ujung dan dapat langsung dijahit sehingga tali langsung berbentuk bulat atau dengan jalan mengingat kedua ujung tali atau membuat kancing kait. Cara memakainya . Tali dipakai diatas kepala tepat di atas dahi sebagai penahan rambut. Fungsinya . Tali mempunyai fungi sebagai penahan rambut. Pemakai tali rambutnya harus dilipat keatas. Tali selain sebagai penahan rambut juga sebagai hiasan kepala. Persebarannya...
Siga (Destar) Bahan : Kain (yang dibuat dari bahan tenunan). Bentuknya : Segi empat dengan ukuran 1 m x 1 m. Cara membuatnya . Siga yang digunakan oleh penari di Sulawesi Tengah kebanyakan singa hasil tenunan. Siga biasanya dibuat dari benang sutera sintetis atau hasil campuran benang katun dan benang kapas yang lebih dikenal dengan nama Spunlik. Untuk menenun siga diperlukan satu earna saja untuk itu baik benang lungsi maupun pakan dicelup dalam satu warna. Siga ditenun berbentuk segi empat. Pada bagian pinggiran dan bagian tengahnya diberi hiasan dengan benang emas, dengan jalan menyelipkan benag emas atau perak atau ketika menenun. Pembuatan ragam hias ini dilakukan dengan cara menghitung komposisi tingkat benang dalam susunan benang yang mempunyai motif sendiri. Untuk satu lembar siaga biasanya dapat diselesaikan oleh pengrajin desa sampai tiga hari. Pada umumnya cara menenun masih menggunkan alat tenun tradisional yang dikenal gedongan. Cara memakain...