1
1.591 entri ditemukan

Entri per provinsi
Entri per provinsi

Entri Terkait

Gambar Entri
Buku Benteng2
Naskah Kuno dan Prasasti Naskah Kuno dan Prasasti
Daerah Istimewa Yogyakarta

" Benteng dulu, kini, dan esok Adrisijanti, Inajati (2013) Benteng dulu, kini, dan esok. Kepel Press, Yogyakarta, pp. 1-230. ISBN 9786021228654 [img] Text Buku Benteng2.pdf Download (3MB) | Preview Abstract Tinggalan masa kolonial bangsa Eropa di Indonesia pada masa abad 16 hingga pertengahan abad 19 tentu sangat banyak dan beragam. Salah satu yang di rangkum dalam buku ini adalah peninggalan situs budaya berupa Benteng. Dalam hal mengelola yang artinya berupa aktivitas memelihara dan memanfaatkan situs budaya seperti Benteng di Indonesia bagi keperluan akademis dan keperluan lainnya bukan perkara mudah. Pemangku kepentingan pengelola situs budaya menghadapi kondisi yang tidak sederhana. Kesadaran budaya masyarakat terhadap situs budaya belumlah pada tahap yang mampu mengapresiasi hasil sebuah peradaban dari sebuah era dengan baik. Perilaku pembiaran, kesalahan pengelolaan hingga perusakan dan pencurian merupakan unsur-unsur yang melemahkan. ITEM TYPE: Book SU...

avatar
Nicky Ria Azizman
Gambar Entri
Jenang Suran, tradisi menyambut tahun baru Islam
Ritual Ritual
Daerah Istimewa Yogyakarta

Jenang Suran adalah tradisi menyambut 1 Muharam Tahun Baru Islam yang dilakukan oleh para abdi dalem juru kunci (Kasultanan Ngayogyakarta maupun Kasunanan Surakarta) Makam Raja-raja Mataram di Kotagede. Tradisi ini ada sejak jaman Sultan Agung Hanyokrokusuma. Dalam tradisi ini juru kunci menyiapkan jenang/bubur yang diberi nama jenang panggul untuk dibagi ke warga yang datang/pejiarah. Jenang panggul dibuat dari beras dengan lauk tahu, tempe, sayuran, dan “dele irengkedelai hitam. Adapun jenang pangul sendiri bermakna memanggul yang diartikan bahwa abdi dalem dan masyarakat yang datang bisa kuat memanggul beban hidup di tahun yang baru. Dele/kedelai bermakna (Bahasa Jawa) yaitu putus dan ireng diartikan segala yang tidak baik. “Dele ireng diartikan sebagai terputusnya segala yang tidak baik. Tradisi ini diawali dengan pembacaan shalawat Nabi diiringi oleh kesenian hadroh dilanjutkan dengan doa dan zikir di depan gapura Makam Panembahan Senopati ing Alaga Sayidin Panatagama Kh...

avatar
Widra
Gambar Entri
Labuhan Hondodento
Ritual Ritual
Daerah Istimewa Yogyakarta

Setiap tanggal 15 Sura dilaksanakan Upacara Adat Tradisi Labuhan Hondodento dengan prosesi dari Joglo Parangkusumo menuju Pantai Parangkusumo. Dalam ritual ini masyarakat mengagungkan nama Hyang Ilahi dan memohon rahmat karunia serta perlindunganNya, agar mereka mendapat kesejahteraan lahir dan batin.

avatar
Widra
Gambar Entri
Entok Slenget
Makanan Minuman Makanan Minuman
Daerah Istimewa Yogyakarta

Slenget sendiri merupakan sebutan lain untuk cabai yang membuat masakan ini terasa sangat pedas. Isinya berupa daging enthok (sejenis bebek dengan daging sedikit alot) yang dimasak dengan bumbu rica-rica. Cita rasanya pedas manis yang bikin ketagihan. Seporsinya tidak hanya berisi daging, tapi juga bisa ditambah jeroan. kamu bisa mencoba Enthok Slenget buatan Kang Tanir. Biasanya, menu ini dijual di Jalan Pakem Turi Donokerto, Turi, Sleman. Bahan: Bahan - bahan: 1 kg entok, potong kecil-kecil. 800 ml air putih. 200 ml santan kental yang dibuat dari 0,5 butir kelapa. 3 sdm sayur untuk menumis. Bumbu: 2 lembar daun salam. 2 sendok teh gula merah yang sudah disisir. Garam dan lada putih bubuk secukupnya. 1 batang serai, gunakan bagian putihnya saja, kemudian dimemarkan. Bumbu yang dihaluskan untuk membuat entok slenget khas Jogja: 3 siung bawang putih. 7 siung bawang merah. 3 butir kemiri yang sudah disangrai. 2 buah tomat merah, potong dengan bentuk...

avatar
Widra
Gambar Entri
Tarian Srimpi Muncar
Tarian Tarian
Daerah Istimewa Yogyakarta

Srimpi Muncar merupakan tari klasik Keraton Yogyakarta Yasan Dalem (karya) Sri Sultan Hamengku Buwono VI (1855-1877), diciptakan pada 1857, dan disempurnakan pada era Sri Sultan Hamengku Buwono VIII (1921-1939). ‘Muncar’ berarti gemilang atau bersina. Tarian ini dibawakan oleh empat penari putri, beksan ini mengambil cuplikan cerita dari Kagungan Dalem Serat Menak. Dikisahkan Dewi Adaninggar, putri Cina dari negeri Tartaripura berperang melawan Dewi Kelaswara dari negeri Kelan untuk memperjuangkan cinta Wong Agung Jayengrana. Kedua putri yang sepadan itu saling adu ketangkasan dan kekuatan hingga akhirnya Dewi Kelaswara memenangkan pertarungan. Karena adanya tokoh putri Cina ini, Srimpi Muncar juga dikenal sebagai Srimpi Cina. Dalam pementasan, kedua tokoh tersebut dibedakan terkait ragam gerak, tata busana, dan tata riasnya. Keduanya membawa senjata; keris untuk Dewi Kelaswara dan cundrik untuk Dewi Adaninggar. Dua senjata ini digunakan dalam adegan peperangan. Naskah Tari: Ca...

avatar
Widra
Gambar Entri
Tarian Beksan Kudha Gadhingan
Tarian Tarian
Daerah Istimewa Yogyakarta

Beksan Kuda Gadhingan merupakan Yasan Dalem (karya) Sri Sultan Hamengku Buwono V (1823-1855). Diciptakan pada 29 September 1847, beksan ini terinspirasi dari karya Sri Sultan Hamengku Buwono I, seperti Beksan Lawung, Guntur Segoro, dan Tugu Waseso . Beksan Kuda Gadhingan merupakan salah satu karya unggulan Sri Sultan Hamengku Buwono V selain Srimpi Renggawati. Berikut ini sepenggal bait dari kandha (narasi) yang dibawakan sebagai pembuka beksan dan menggambarkan awal mula penciptaan Beksan Kuda Gadhingan. Punika pemut amemukti kala awit sinerat Kagengan Dalem Serat Kandha, Klangenan Dalem Beksan Kuda Gadhingan, Yasan Dalem Ingkang Sinuwun Kangjeng Sultan Hamengkubuwana, Senapati Ing Ngalaga, Ngabdurahman Sayidin Panatagama Kalipatullah ingkang kaping V, saha kumendur sangking bintang leyo Nendrelan, ingkang angrenggani kadhaton nagari ing Ngayugyakarta Hadiningrat, marengi ing dinten Rebo Kliwon wanci jam 11. Tanggal kaping 18 wulan sawal taun Dal 1775, mongsa kasa lambang l...

avatar
Widra
Gambar Entri
Tarian Bedhaya Harjuna Wiwaha
Tarian Tarian
Daerah Istimewa Yogyakarta

Bedhaya Arjuna Wiwaha merupakan salah satu Yasan Dalem atau karya Sri Sultan Hamengku Buwono X. Cerita dari tari ini diambil dari kisah Mahabharata, ketika Begawan Ciptoning atau Arjuna dengan teguh bisa mempertahankan tapa brata nya hingga menjadikannya berhasil menjadi wakil para Dewa. Pertunjukan Tari Bedhaya Arjuna Wiwaha yang dibawakan KHP Kridhamardawa dalam video ini dipentaskan pada tanggal 15 Juli 2018 di Bangsal Pagelaran dalam rangka Gelar Budaya Catur Sagatra, yaitu pertunjukan seni oleh empat penerus Dinasti Mataram. Komposisi Gendhing : Pambuka : Gendhing Raja Manggala Laras Pelog Pathet Nem, Kendhangan Ladrang Soran : Gendhing Titi Sari Laras Slendro Pathet Nem, Kendhangan Jangga, Jangkep Sadhawahipun Bedhayan: Bedhaya Harjuna Wiwaha Lirihan I: Gendhing Jati Kumala, Laras Slendro Pathet Sanga, Kendhangan Candra, Kendhang Satunggal Lirihan II: Gendhing Boyong, Laras Pelog Pathet Barang, Kendhangan Lahela Lirihan III: Gendhing Centhini, Laras Slendro Pathet...

avatar
Widra
Gambar Entri
BABAD HB IX
Naskah Kuno dan Prasasti Naskah Kuno dan Prasasti
Daerah Istimewa Yogyakarta

Serat Babad Ngayogyakarta HB IX teks I tersimpan di Kawedanan Hageng Punakawan Widya Budaya Kraton Kraton Kasultanan Yogyakarta dengan kode koleksi A.46. Namun begitu, dalam katalog khusus manuskrip di Kraton Kasultanan Yogyakarta, yang berjudul “Daftar manuskrip ingkang sumare wenten KHP widya budaya keraton ngayogyakarto Hadiningrat”, manuskrip dengan kode koleksi A.46, tidak ditulis dengan judul Serat Babad Ngayogyakarta HB IX , melainkan hanya ditulis Serat Babad Mentawis Ngayogyakarta , tidak berbeda dengan manuskrip-manuskrip lain yang berjudul sama. Oleh karena itu bagi yang belum membaca/mengetahui isinya tidak akan mengetahui bahwa naskah tersebut berisi penggalan kisah sejarah perjalanan hidup Sri Sultan Hamengku Buwana IX. Naskah ini berwujud kitab yang dijilid dengan sampul kulit berwarna coklat muda, dengan ukuran, Panjang 46 cm, lebar 31 cm, dan tebal 6 cm. Naskah ini memiliki jumlah halaman tulisan sebanyak 670 halaman. Media tulis dari naskah ini berupa semacam...

avatar
Widra
Gambar Entri
Tarian Beksan Panji Sekar
Tarian Tarian
Daerah Istimewa Yogyakarta

Beksan Panji Sekar diciptakan pada era kepemimpinan Sri Sultan Hamengku Buwono I (1755-1792). Beksan Panji Sekar diciptakan dalam kurun waktu yang sama dengan lahirnya beksan-beksan lain seperti Tr unajaya, Guntur Segara, Nyakrakusuma dan Tugu Wasesa. Dalam masa sepuluh tahun (1755-1765), Sri Sultan Hamengku Buwono I menggarap tarian-tarian tersebut bersama Putra Mahkota, Patih Dalem dan seorang Abdi Dalem (setingkat bupati) kepercayaan sultan. Tarian ini bertemakan peperangan atau kepahlawanan. Tarian ini juga merupakan seni latihan perang para prajurit pada masa itu. Jiwa patriotik Sri Sultan Hamengku Buwono I memberi sentuhan khas pada karya seni tari masa itu, yaitu penggunaan senjata. Jemparing (panah) dan keris menjadi properti yang digunakan dalam tari Panji Sekar. Beksan Panji Sekar dibawakan oleh empat penari putra (kakung), oleh karena itu tarian ini masuk dalam kategori beksan sekawanan. Dua penari berperan sebagai Jayakusuma dan dua lainnya berperan sebagai Jayale...

avatar
Widra