Pada zaman dahulu, di bumi Sari (sekarang di Desa Sari Kecematan Sape Kabupaten Bima), tinggalah sepasang suami-istri yang sudah menjadi kakek dan nenek. Mereka bekerja sebagai petani, mengembala kerbau, dan senang bertapa. Setiap hari mereka mengembala ternaknya di suatu tempat yang tidak jauh dari gubuk sederhananya, yaitu tempat mereka berpuluh-puluh tahun berteduh dari teriknya matahari dan derasnya rinai hujan. Sayangnya, kebahagiaan mereka tidak lengkap tanpa kehadiran sang buah hati. Pasangan ini sangat menginginkan seorang anak untuk mewarisi kehidupannya. Merekapun terus berdoa dan berusaha untuk mendapatkan seorang anak, tapi belum juga terwujud. Pada suatu hari, pasangan ini pergi ke gunung untuk mengembala kerbau miliknya. Tiba-tiba sang kakek membuang air kecil di sebuah sungai, lalu air sungai tersebut diminum oleh salah satu kerbau berwarna yang mereka miliki. Hari berganti hari kerbau yang meminum air tersebut pun hamil dan melahi...
Tidak banyak yang tau tentang Asal-usul Masyarakat Desa Sangiang, sesungguhnya masyarakat Desa Sangiang adalah asli pendatang dari pulau sangiang. Masyarakat adat yang hidup dan berkembang di pulau Sangiang (Gunung Sangiang Api). Selasa, (01/08/17) Menurut keterangan saksi Halidah (91) tahun. Pada saat itu masyarakat Pulau Sangiang terpaksa pindah dari kampung halaman (Imigrasi) akibat meletusnya Gunung Sangiang sekitar 70 tahun yang lalu. "Masyarakat Desa Sangiang berasal dari pulau Sangiang, Kami terpaksa Pindah dari sana karna meletusnya Gunung" tuturnya menceritakan sejarah perpindahan penduduk pulau Sangiang kepada Indikator Bima. Halidah mengatakan bahwa Perpindahan tersebut dilakukan oleh pemerintah, masyarakat desa sangiang di angkut oleh beberapa kapal besar (sekitar 3 kapal). Awalnya masyarakat pulau sangiang di angkut dan di bawa ke kota bima. Namun karna wilayah/tempat di kota Bima tidak cukup maka di bawalah kembali ke pesisir wera yang sekarang me...
Setiap daerah pasti memiliki asal usul yang menggambarkan perjalanan kisah suatu daerah, kali ini saya akan coba memaparkan sejarah daerah bima. Bima pada jaman dahulu berada diwilayah kekuasaan kesultanan bima yang berkuasa sekitar lima atau enam abad,sebelum merdeka ataupun berdirinya republik Indonesia.sejarah kerajaan bima yang masih dangkal, dikarnakan belanda yang tidak terlalu minat terhadap daerah bima sehingga dijadikan sebuah jalan untuk menuju wilayah timur seperti maluku dan papua pada saat itu, asalkan keamanan dan ktertiban tidak terganggu. Ada juga dari sumber lain yang menjelaskan perkembangan sejarah bima. Yang pertama adalah ilmu arkeologi hanya mengungkap segelintir peninggal yang tidak utuh. Namun kita pun tidak bisa memungkiri bahwasanya arkeologi itulah yang memberikan sedikit kisah tentang peradaban dan masuknya islam diwilaya bima pada saat itu. Kedua adalah adalah sejarah dokumen dalam Bahasa melayu yang ditulis diantara abad ke 17 sampai dengan abad...
Sejarah dan Filosofi Uma Lengge salah satu rumah adat tradisional peninggalan asli nenek moyang suku Bima (Dou Mbojo) yang dulunya berfungsi sebagai tempat penyimpanan padi. Lokasi kedua peninggalan adat tersebut terletak di Desa Maria, Kecamatan Maria, dan Desa Sambori Kecamatan Lambitu Kabupaten Bima, Pulau Sumbawa. Pada masa lalu, padi disimpan di Uma Lengge atau Uma Jompa untuk kebutuhan satu tahun. Penempatannya yang terpisah dengan rumah tinggal penduduk konon dimaksudkan untuk mencegah efek domino yang merugikan apabila terjadi bencana kebakaran. Dengan demikian, apabila rumah tempat tinggal penduduk terbakar, maka padi yang disimpan di dalam Uma Lengge atau Uma Jompa tidak akan ikut terbakar, begitu pula sebaliknya. Oleh karena itulah, kompleks Uma Lengge di Desa Maria dibangun agak jauh dari pemukiman penduduk. Ciri, struktur ruang dan Pola Permukiman Lengge merupakan salah satu rumah adat tradisional Bima yang dibuat oleh nenek moyang suku Bima (Mbojo) s...
Masyarakat Mbojo (Bima - Dompu) merupakan kelompok masyarakat yang mayoritas memeluk agama islam yang telah diwariskanka oleh para leluhur zaman dahulu. Masyrakat Mbojo bisa dikenal sebagai masyarakat yang berpengan teguh pada keyakinan dalam ajaran agama islam, sehingga pada zaman dahulu masyrakat ini menggunakan tembe ngoli (sarung tenun khas Mbojo) sebagai penutup kepala yang digunakan sebagai penganti jilbab saat itu. Rimpu mulai dikenal sebagai budaya Mbojo pada tahun 1920-an yang mana pada saat itu hanya dikenakan oleh wanita-wanita di Rasanae (Bima kota saat ini). Penggunaan rimpu pada abad 18 hingga 20 hanya digunakan oleh wanita-wanita melayu jika dikenakan oleh wanita Mbojo, mereka adalah anak dari Lebe ( Imam dan Ulama). Oleh karena itu penggunaan rimpu mulai menyebar di berbagai daerah sekitarnya. Rimpu biasanya dikenakan wanita ketika berpergian atau keluar dari rumah sebagai pakaian penutup bagian kepala dan muka (rimpu mpida dan rimpu colo) sebagai...
Datang ke Bima berarti harus meluangkan waktu menonton Pacuan kuda. Lupakan Khayalan tentang hotel mewah dan spa. Langsung saja menengok kekayaan adat dan budaya di Kabupaten paling timur yang terletak di Pulau Sumbawa, Nusa Tenggara Barat ini. Maka, bersiaplah memacu adrenalin. Terjebak dalam kepulan debu, menangkap kibaran warna-warni pakaian joki, pun derap puluhan kaki kuda. Joki cilik beraksi sambil menggerakkan pecut di tangan. Tampil berani, hanya dengan pengamanan sangat minim. Tanpa helm, tanpa pelana dan tanpa alas kaki. Alamiah, menyatu bersama denyut dan dengus napas kuda pacuan. Pacuan Kuda dan joki cilik merupakan satu dari sekian banyak agenda wisata andalan Bima. Sangat diminati penduduk lokal, juga wisatawan dalam dan luar negeri. Pasukan berkuda ini sudah ada sejak ratusan tahun lalu. Dahsyat, mempertontonkan keahlian joki-joki cilik. Rata-rata usia mereka tak lebih dari 10 tahun. Gagah sekaligus mengundang cemas. Terik matahari tak...
Alkisah, pada zaman dahulu kala di daerah Langko (sekarang termasuk dalam Kecamatan Janapria, Kabupaten Lombok Tengah) terdapat sebuah kerajaan. Orang yang mendirikannya adalah Raden/Pangeran Mas Panji Tilar Negara yang berasal dari Kerajaan Selaparang di Lombok Timur. Kisahnya berawal ketika Raden Mas Panji Tilar Negara diperintahkan oleh Raja Selaparang (ayahandanya) untuk berdiam di Pulau Sumbawa. Mungkin karena kesal dia tidak pernah pulang lagi ke Selaparang. Oleh karena itu, Raja Selaparang kemudian menitah Patih Wirabakti bersama pengawalnya untuk menjemputnya. Ketika telah berada di daerah Labuhan Haji, mereka disambut oleh Patih Singarepa dan Mas Pekan, adik Mas Panji. Waktu itu Mas Panji langsung berkata pada Sang adik, "Aku tidak akan kembali ke Selaparang karena ayahanda sudah tidak senang lagi padaku. Lebih baik aku menetap di Perwa saja." Setelah berkata demikian, Mas Panji memerintahkan Patih Wirabakti dan Singarepa bersama dengan para pe...
Pada zaman dahulu kala, di sebuah desa yang bernama desa Sakra tepatnya di daerah Lombok Timur. Hiduplah seorang laki-laki yang baik hati, dermawan, taat beribadah serta mempunyai impian yang besar untuk menyempurnakan agamanya yakni menunaikan rukun Islam yang kelima, dia ingin sekali pergi ketanah suci Makkah untuk melaksanakan ibadah haji. Orang tersebut bernama Ali. .Ali sangat disenangi oleh masyarakat sekitar Karena kebaikan hatinya dan kedermawanannya serta dia juga rajin membantu orang yang sedang dalam kesulitan.. Masyarakat sekitar,Keluarga dan Kerabat dekat yang ada disekitarnya seringkali memperingati Ali agar mengurungkan niatnya untuk pergi ketanah suci Makkah, karena pada zaman dahulu belum ada pesawat, orang-orang yang pergi Haji ketanah suci Makkah menggunakan Kapal layar yang menggunakan bahan bakar LANGAS (Langas dalam bahasa sasak berarti arang), dimana denga kapal tersebut mereka akan melewati b...
Tersebutlah sebuah cerita tentang seorang pemuda bernama Raga Dundang yang mempunyai kerbau sebanyak seratus tiga puluh ekor. Kerbau yang terbesar bernama si Pendok dan yang paling kecil diberi nama si Pendek Gendang. Kerbau-kerbau itu sering digembalakan oleh Raga Dundang di sebuah gunung yang terkenal dengan nama Gunung Tela. Akibat dari seringnya kerbau-kerbau itu mendatangi Gunung Tela, maka di salah satu bagian lereng gunung itu terbentuk sebuah alur yang dari kejauhan tampak bagaikan sebuah sungai yang membelah gunung. Sedangkan apabila kerbau-kerbaunya ingin berkubang, maka Raga Dundang akan membawa mereka ke sebuah muara sungai yang berada di pantai yang bernama Selong. Di sanalah kerbau-kerbau itu minum dan berkubang sepuas-puasnya. Setelah puas berkubang, Raga Dundang kemudian akan menggembalakan mereka ke sebuah padang rumput yang bernama Panoq. Padang rumput yang berada di Desa Rembitan ini dipilih karena letaknya yang relatif dekat dengan muara jika dibandingkan...