Pada zaman dahulu kala, di sebuah desa yang bernama desa Sakra tepatnya di daerah Lombok Timur. Hiduplah seorang laki-laki yang baik hati, dermawan, taat beribadah serta mempunyai impian yang besar untuk menyempurnakan agamanya yakni menunaikan rukun Islam yang kelima, dia ingin sekali pergi ketanah suci Makkah untuk melaksanakan ibadah haji. Orang tersebut bernama Ali.
.Ali sangat disenangi oleh masyarakat sekitar Karena kebaikan hatinya dan kedermawanannya serta dia juga rajin membantu orang yang sedang dalam kesulitan..
Masyarakat sekitar,Keluarga dan Kerabat dekat yang ada disekitarnya seringkali memperingati Ali agar mengurungkan niatnya untuk pergi ketanah suci Makkah, karena pada zaman dahulu belum ada pesawat, orang-orang yang pergi Haji ketanah suci Makkah menggunakan Kapal layar yang menggunakan bahan bakar LANGAS(Langas dalam bahasa sasak berarti arang), dimana denga kapal tersebut mereka akan melewati beberapa samudra, terombang-ambing di tengah laut hingga berbulan-bulan lamanya, menghadapi cuaca buruk dan masih banyak pula berbagai macam kendala yang akan dilalui oleh orang-orang yang akan melaksanakan ibadah Haji. Itulah sebabnya mengapa masyarakat sekitar memperingati Ali batu untuk mengurungkan niatnya tersebut.
Demi mewujudkan impiannya tersebut, Ali berguru pada seorang Ulama yang terkenal di daerahnya dan dia belajar pada sang guru agar mengetahui tata cara pelaksanaan ibadah haji,berbagai macam do’a dan bagaimana menghadapi berbagai tantangan sewaktu berada dalam perjalanan panjangnya itu. Ali pun mendengarkan nasihat dan ajaran sang guru dengan penuh khidmat. Harapannya hanya satu yaitu bisa mewujudkan semua impiannya untuk pergi ketanah suci Makkah.
Beberapa tahun lamanya ia belajar dengan gurunya tersebut, sampai pada suatu malam Ali bermimpi. Dia bermimpi mencium hajar aswad dan sedang melaksanakan tawaf di depan Ka’bah, dalam mimpinya tersebut, ia tak henti-hentinya mengucapkan “LABBAIKALLAHUMMA LABBAIK,………” lama ia terbuai dalam mimpi indahnya, ia dibangunkan oleh suara adzan shubuh di masjid dekat rumahnya. Dia pun terbangun, menyadari bahwa semua itu hanyalah sebuah mimpi, namun ia akan terus berusaha untuk membuat mimpinya itu menjadi kenyataan. Setelah itu Ali mengambil air wudhu dan segera menunaikan shalat subuh di masjid, selesai shalat tak lupa ia berdoa agar semua impiannya dapat segera terwujud, diberikan kesehatan, kemudahan dan rizki yang cukup untuk segera pergi ke tanah suci Makkah untuk menunaikan ibadah haji.
Beberapa bulan kemudian…..
Bulan yang ditunggu-tunggu oleh Ali pun datang, di mana ia akan berangkat ke Tanah suci Makkah. Di bulan Dzulhijjah ia berangkat bersama para jama’ah haji yang ada di Lombok. Mereka berangkat dari pelabuhan Ampenan. Sebelum keberangkatannya, Ali mendatangi gurunya untuk berpamitan dan meminta doa agar selamat sampai tujuan serta bisa kembali lagi ke kampung halamannya. Selain dengan gurunya Ali juga berpamitan dengan keluarga dan kerabat dekatnya. Sebagian keluarga sedih dengan kepergiannya karena mereka khawatir Ali tidak dapat kembali lagi kekampung halamannya yakni di desa Sakra, mengingat betapa beratnya rintangan yang harus ia lalui selama perjalanan jauhnya. Namun Ali tidak menghiraukan nasihat orang-orang tersebut. ia bersikeras untuk pergi dan enggan mengurungkan niat sucinya tersebut, tekadnya sudah bulat untuk pergi ke tanah suci Makkah menunaikan ibadah Haji.
Setelah berpamitan dan menyiapkan perbekalannya selama diperjalanan nanti. Ali berangkat dengan menggunakan kapal. Selain perbekalan Ali juga membawa benda lain yakni LADIK PECUTAN/CUNGPET (Ladik dalam bahasa sasak artinya pisau, Ladik cungpet ialah pisau yang memiliki kekuatan magis yakni dapat mematikan musuh sekalipun dalam jarak yang sangat jauh). Ladik cungpet itu ia selipkan di pinggangnya, kemudian ia ikat dengan kuat. Ladik cungpet itu ia bawa untuk menjaga dirinya disaat ia dalam keadaan bahaya sewaktu diperjalanan jauhnya nanti. Selain itu dia juga membawa suatu benda yang sangat berguna untuknya dan para jamaah Haji lainnya. Benda tersebut bernama GUCI ANTI RASA, yang berguna untuk membuat air laut yang asin atau air apapun yang jika dimasukkan kedalam guci tersebut, rasanya akan berubah menjadi tawar.
sebelum menginjakkan kaki naik di perahu, tak lupa ia membaca basmalah dan membaca doa. Dengan hati senang karena sebentar lagi ia akan menginjakkan kaki di Tanah suci Makkah.
Di dalam perjalanannya, banyak sekali cobaan dan rintangan yang ia hadapi di tengah laut. Ombak yang besar yang membuat kapalnya terombang-ambing sampai berbulan-bulan, kehabisan bekal, dan semua kekhawatiran yang dulu diingatkan oleh keluarga kini ia temukan, Namun Ali tetap sabar dan tabah mengahadapi berbagai macam rintangan tersebut, Ia senantiasa berdo’a kepada Allah SWT. Agar diberikan kekuatan dalam menghadapi cobaan yang kini menimpanya. Ali tidak ingin kepergiannya terhalang oleh rintangan tersebut, karena ia sudah sejak lama bermimpi dan bercita-cita untuk menunaikan ibadah haji.
Suatu hari ketika kapal yang di tumpanginya melewati laut Sokotro yang berdekatan dengan Teluk Aden tepatnya di wilayah sekitar Afrika. Lautnya begitu dalam, cuaca yang buruk, ombak sangat besar, semua penumpang kapal tersebut panik dan ketakutan. Air laut yang tidak bersahabat membuat perahu yang ia tumpangi bocor diterjang ombak yang begitu dahsyat. kapal yang ditumpangi oleh Ali akhirnya tenggelam dan hanya menyisakan potongan-potongan papan. Semua penumpang yang ada di perahu layar tersebut teriak, ada yang menjerit dan menangis, masing-masing mereka berusaha mencari pertolongan agar bisa menyelamatkan diri dengan memakai potongan-potongan papan yang ada di kapal yang besar itu. Pada saat itu tidak ada lagi yang menghiraukan orang di sekitarnya ,mereka hanya memikirkan diri sendiri. Bagaimana caranya dengan satu potongan papan dari kapal tersebut mereka dapat menyelamatkan diri.
Ali tetap berdoa dengan doa yang pernah diajarkan oleh sang guru sewaktu belum berangkat. Namun pada saat itu Ali tidak mendapatkan potongan papan dari kapal itu sedikitpun, dia sangat panik dengan keadaannya yang begitu menegangkan itu, dia berusaha untuk menyelamatkan diri dengan segenap kemampuan dan tenaga yang ada pada dirinya, dan kemudian ia berenang sampai berjam-jam terombang-ambing oleh ombak yang sangat besar di tengah laut.
Dalam suasana yang sangat menegangkan itu Ali terus berdoa tanpa henti.
“ya Allah lindungilah aku, selamatkanlah diriku, agar aku dapat sampai pada apa yang aku inginkan ,sampai pada rumah indahmu (ka’bah), aku rindu padamu ya Allah, kuatkanlah aku dalam menghadapi semua cobaan ini”
Berjam-jam lamanya Ali berenang tanpa tahu arah dan tujuan yang harus ia tempuh, berharap Allah memberikan jalan keluar untuknya, sambil berdoa dengan doa yang pernah diajarkan oleh sang guru. Dengan doa yang diajarkannya itu, jika ia baca pada saat ia berada di tengah laut, bagaimanapun besar ombak yang menerjang dirinya, maka air laut tersebut akan berubah menjadi tenang.
Dan ternyata benar apa yang dikatakan oleh gurunya tersebut, ketika Ali membaca doa tersebut, seketika itu pula terjangan ombak yang begitu dahsyat menjadi tenang. Ali pun bersyukur kepada Allah SWT atas kejadian itu.
Kemudian Ali terus berenang sampai ia melihat batu karang, Ali segera menghampiri batu karang tersebut. Setelah sampai, Ali berdiri di atas batu karang tersebut. Ia beristirahat sebentar untuk melepas lelah setelah berjam-jam lamanya ia berenang, Dan Ali terkejut karena ketika itu di tempatnya berdiri air laut tersebut menjadi dangkal. Ali sangat bersyukur ketika para jamaah Haji yang lain tenggelam dan tak mampu bertahan dalam terjangan ombak. Dia justru selamat berkat doa dan hidayah dari Allah SWT. Ia mampu melawan terjangan ombak yang begitu dahsyatnya.
Beberapa saat setelah Ali beristirahat, dari atas batu karang tampat ia berdiri, Ia melihat ada sesuatu yang tumbuh disana, ia terus memperhatikannya, ternyata yang tumbuh itu adalah pohon. Ali terkejut dan berkata
“kenapa bisa tumbuh pohon besar di tengah laut seperti ini” pikirnya dalam hati
Lama Ali memperhatikan pohon itu ternyata pohon tersebut adalah pohon PAOKJENGGIT (Paok dalam bahasa sasak berarti mangga). Seperti apa yang sering ia dengar dari gurunya dan masyarakat desanya dulu sewaktu belum berangkat, pohon paok jenggit adalah satu-satunya tumbuhan yang ada di tengah laut, dan sekalipun memang ada di darat, paok jenggit hanya dapat dilihat oleh orang-orang tertentu dan suci seperti Wali Allah dan ulama. Ali sangat bersyukur akhirnya dia bisa melihat pohon paok jenggit yang tidak semua orang dapat melihatnya.
Semakin lama Ali perhatikan, pohon paok jenggit itu semakin besar dan tinggi, sehingga jika kita naiki sampai keatas maka akan dapat dilihat pulau atau daratan, sekalipun pohon itu tumbuh ditengah samudra.
Ali berpikir, Sepertinya sangat sulit untuk kembali ke darat, Akan tetapi Ali tetap berdoa, berdzikir ,dan tak lupa pula ia mengerjakan shalat hanya pada batu karang tempatnya menyelamatkan diri. Setelah berpikir panjang akhirnya Ali menemukan jalan keluar dengan cara memanjat pohon paok jenggit tersebut, ketika sampai diatas pohon, matahari sudah terbenam dan tidak sengaja melihat kebawah dan ternyata batu karang tempat ia berdiri sebelum naik keatas paok jenggit tiba-tiba menghilang. Ali begitu terkejut dengan kejadian itu. Sampai ia di puncak pohon paok jenggit, ia sangat berharap segera bisa sampai kedarat dan melanjutkan perjalanannya untuk sampai ke Tanah suci Makkah.
Karna perbekalannya sudah habis,Ali merasa sangat lapar karena berjam-jam ia berenang, beristirahat, sampai akhirnya menemukan batu karang untuk menyelamatkan dirinya. Keadaannya itu tidak urung membuatnya lengah, karena pada saat ia memanjat pohon paok jenggit ia memetik buahnya kemudian dimakan untuk menghilangkan rasa laparnya.
Beberapa saat setelah ia naik di puncak pohon paok jenggit itu dan menikmati buahnya, Datanglah seekor burung GARUDA yang begitu besar dan burung itu akan hinggap di pohon paok jenggit.
Pada saat itu ali sangat ketakutan melihat burung garuda yang besar dan menyeramkan itu akan menghampirinya. Dalam ketakutannya Ali berdoa agar selamat dari cengkraman burung garuda tersebut, berharap agar dia tidak menjadi santapan burung garuda tersebut. Ternyata semakin dekat dan sampai burung itu hinggap di pohon paok jenggit itu, burung tersebut justru tidak mengganggu dan melukainya sedikitpun, betapa terkejutnya Ali dengan perlakuan burung itu, burung itu begitu baik dan jinak terhadap Ali.
Dalam keadaan seperti itu Ali berpikir, jika sewaktu-waktu burung garuda ini akan kembali kedaratan, burung itu dapat menjadi jalan keluar untuk membawa Ali pergi dari tempat tersebut. Akhirnya Ali memutuskan untuk naik dan mengikat badannya dengan tali dikaki burung garuda tersebut dengan sangat erat.
Pada saat menjelang pagi burung garuda tersebut terbang ke daratan untuk mencari makanan, burung itu pun terbang membawa Ali dengan diikat erat di kakinya, dengan sedikit ketegangan dan ketakutan yang ia rasakan, Ali terus berdoa agar sampai di darat dengan selamat. Ia terbang bersama burung garuda tersebut, dibawa melayang-layang di udara hingga ketakutannya berubah menjadi kesenangan karena dapat keluar dari tengah-tengah dan dari atas pucuk pohon paok jenggit. Sewaktu Ali terbang, dia melihat kebawah, ia melihat pohon paok jenggit yang tadi ia naiki tapi Ali terkejut karena pada saat itu pohon paok jenggit yang besar dan tinggi yang ia naiki tadi, tiba-tiba menghilang dan tak ada bekasnya sama sekali. Sungguh aneh, semua diluar dugaannya,
Setelah itu ia melanjutkan terbang dengan burung garuda.
Akhirnya burung tersebut sampai di darat, setelah sampai di darat, burung itu beristirahat sejenak melepaskan lelah selama terbang jauhnya, ketika burung itu beristirahat Ali segera melepaskan tali yang mengikat dirinya pada kaki burung tersebut. Ia sangat berterima kasih karena atas bantuan dari burung garuda tersebut ia dapat sampai didaratan. Dan tak lupa pula Ali bersyukur kepada Allah SWT. Karena telah diberikan keselamatan untuk bisa sampai di darat seperti saat ini.
Setelah sampai di darat ia melanjutkan perjalanan, menyusuri padang tandus dan gersang, (menurut berbagai sumber Ali sewaktu menyusuri padang tersebut, dia masih berada di wilayah afrika), ia berjalan tanpa arah dan tujuan dan tidak menemukan seorangpun untuk bertanya dan menunjukkannya arah mana yang akan ia lalui hingg dapat sampai ke Tanah suci Makkah.
Waktu yang ditempuh Ali selama perjalanannya di padang tersebut sangatlah lama (Dalam hal ini tidak ada seorangpun yang dapat menjelaskan selama berapa bulan atau berapa tahunkah Ali berjalan di padang tersebut, yang pasti sangat lama dia berada disana). Ia terus berjalan sampai keluar dari padang tersebut dan menemukan sebuah daerah yang belum mempunyai penghuni.
Jika Ali merasa lelah dia beristirahat sejenak, dia berdoa sebagaimana doa yang diajarkan oleh gurunya dulu dikampung halamannya. Ali bertekad untuk tidak menyerah apa pun yang terjadi ia akan tetap bertahan demi impiannya untuk menunaikan ibadah haji.
Dalam perjalanan panjangnya, Ali menemukan sebuah daerah, Di daerah itu terdapat hutan belantara, dan binatang buas. Namun semua tidak membuat Ali menyerah dan putus asa, Ali yakin dapat menghadapi berbagai macam kesulitan didalam hutan yang akan ia lalui.
Dengan langkah hati-hati, Ali berjalan menyusuri hutan tersebut, Disana ia menemukan berbagai jenis pepohonan yang tumbuh lebat. Ketika merasa lelah, Ali beristirahat dan memetik buah apa saja yang ada dihutan tersebut untuk ia makan dan dibawa sebagai bekalnya untuk melanjutkan perjalanan nantinya.
Lama Ali berjalan dan sampailah ia ditengah hutan belantara tersebut, Di tengah hutan Ali dihadapkan lagi oleh tantangan yang cukup berat yang mungkin tidak semua orang dapat bertahan hidup jika dalam keadaan seperti itu. Pada saat itu Ali dikelilingi oleh puluhan binatang buas yang ada dalam hutan tersebut yang ingin memangsa Ali, Ali berada di tengah-tengah. Dengan gemetar, ketakutan, panik, dan entahlah Ali tidak tahu lagi harus bagaimana, binatang buas itu semakin mendekat kearah Ali, Ketika itu Ali berpikir bahwa sangatlah kecil kemungkinannya ia bisa selamat dari binatang buas tersebut, Ali pun berdoa agar diberikan kekuatan dan ketabahan dalam menghadapi binatang buas itu, serta diberikan jalan untuk dapat keluar dari hutan belantara itu.
Dalam keadaan yang sangat menegangkan seperti itu, Bukannya tambah membaik, bukan pula binatang itu tambah menjauh, Bahkan datang lagi seekor binatang besar, buas, bertaring, dan paling ditakuti oleh semua binatang yang ada didalam hutan, Binatang itu adalah seekor macan.
Begitu macan itu mendekat, semua binatang buas yang mengelilingi Ali pada saat itu lari ketakutan melihat kedatangan macan, Hingga tidak ada seekor binatang pun yang kini ada di dekat Ali, Ali yang berharap diberikan kemudahan justru sekarang dihadapkan lagi dengan tantangan yang lebih berat, karena harus berhadapan dengan seekor macan.
Macan itu semakin mengaum mendekati Ali, ia seolah-olah ingin segera menikmati mangsanya itu, Tanpa berpikir panjang Ali berlari menuju sebuah pohon yang cukup tinggi dan besar, kemudian Ali naik ke atas pohon tersebut, macan itu terus mengaum dan mengejarnya, ketika macan itu melihat Ali memanjat pohon, macan itu diam untuk menunggu mangsanya dibawah pohon sambil mengaum dengan kerasnya. Sementara itu diatas pohon Ali sangatlah panik, dan ketakutan melihat macan menunggu dirinya untuk menjadi santapan makan siangnya, Ali berpikir sejenak, bagaimana ia bisa lari dari terkaman macan yang sedang menunggunya. Sembari berpikir, Ali tak henti-hentinya berdoa agar bisa menghadapi macan tersebut.
Setelah lama berpikir, Ali baru ingat kalau ia memiliki ladik cungpet yang mandi (mandi dalam bahasa sasak artinya memiliki kekuatan magis), ia bawa dari kampung halamannya untuk bekal sewaktu menghadapi musuh saat berada dalam bahaya diperjalanan nantinya, Dan sekaranglah waktunya ia menggunakan ladik cungpet itu. Beberapa jam Ali berlindung diatas pohon tersebut untuk menghindar dari serangan macan. Pelan-pelan Ali mengeluarkan ladik cungpet yang dia selipkan dicelananya, setelah diambil Ali langsung menjatuhkan ladik cungpet tersebut tepat di bagian mulut macan itu, pada saat itu macan itu sedang dalam posisi menganga, mulutnya terbuka lebar, Dan ladik cungpet itu jatuh tepat dimulut macan.
Macan itu mati, Namun anehnya posisi macan itu tidak berubah, macan itu tetap dalam posisi mulut terbuka lebar. Ali berpikir bahwa macan itu belum mati, karena posisinya tidak berubah sedikitpun, Ali tetap menunnggu diatas pohon, menunggu macan itu pergi atau mati.
Ali tetap menunggu hingga mungkin satu malam lamanya, Ia mulai merasa bosan dan akhirnya memberanikan diri untuk turun dari pohon tersebut, Setelah turun Ali mendekati macan yang dari tadi posisinya tidak berubah sedikitpun, Dengan penuh hati-hati Ali menendang macan tersebut, dan ia sangat terkejut ketika melihat macan tersebut ternyata sudah mati terkena tusukan ladik cungpet itu, Ali segera mengambil ladik cungpet yang menusuk mulut macan itu, Ali sangat bersyukur bisa terhindar dari terkaman macan. Ketika Ali hendak meninggalkan mayat macan, Tiba-tiba ia berpikir dalam hati
“binatang ini sangat ditakuti oleh seluruh penghuni hutan belantara ini, Aku akan memanfaatkan kulitnya, akan ku jadikan sebagai baju untuk melindungi diriku dari binatang buas selama perjalananku untuk keluar dari hutan belantara ini”
Akhirnya Ali kembali mengambil ladik cungpet yang tadi ia selipkan dicelananya, dan segera melakukuan seperti apa yang ia pikirkan, ia mulai menguliti macan tersebut, Dari mulai ujung kaki sampai keseluruh tubuhnya hingga semua kulit dari macan tersebut habis ia kuliti.
Setelah Ali menguliti macan tersebut, ia kemudian melanjutkan perjalanannya dengan menggunakan pakaian dari LENDONG macan(Lendong dalam bahasa sasak berarti kulit) sebagai pakaian sekaligus pelindung dirinya terhadap berbagai serangan binatang buas. Kemudian Ali melanjutkan perjalanannya tanpa ada perasaan takut sedikitpun, walaupun ia sering bertemu dengan harimau,babi hutan, ular dan segala jenis binatang buas yang ada di dalam hutan itu, binatang itu justru lari ketakutan karena mereka berpikir Ali itu adalah macan yang paling ditakuti di dalam hutan tersebut.
Ali terus melanjutkan perjalanan panjangnya, perjalanan panjang itu tidaklah singkat dan dapat di tempuh hanya dalam satu hari, Namun perjalanannya itu sangatlah lama sampai berbulan-bulan, bahkan ada yang mengatakan sampai bertahun-tahun.
Ali beristirahat, ketika Ali beristirahat ali bertemu dengan seorang nenek, sepertinya nenek itu juga sangat kelelahan, Ali bertanya kepada nenek itu, pertanyaannya menggunakan bahasa sasak karena pada saat itu Ali tidak pernah mempelajari bahasa lain, yang ia tau hanya satu bahasa yaitu bahasa sasak.
“assalamu’alaikum papuq mbe langan te yak jok Makkah” Tanya Ali kepada nenek itu (artinya; nenek kemanakah jalan untuk bisa sampai ke Makkah)
“ wa’alaikumsalam, oh. turut wah langan ne lolos terus, terus bilok kanan, lolos wah sampe bedait kance kokoh, nah lek sebrang kokoh no taok Makkah” jawab nenek tua itu (artinya; oh, ikuti saja jalan ini, kemudian kamu lurus,kemudian belok kanan, terus lurus sampai kamu bertemu dengan sungai, nah di sebrang sungai itulah Makkah).
Ali sangat terkejut, di tengah hutan belantara seperti ini, entah dinegara apa namanya, nenek seperti dia masih bisa berbahasa sasak, bahasa kampung halaman Ali. Namun Ali tidak memperdulikan hal tersebut, karena ia hanya butuh jalan. Jalan mana yang akan ia tempuh untuk bisa sampai ke Tanah suci Makkah.
Setelah selesai bertanya dengan nenek tersebut Ali melanjutkan perjalanannya menyusuri hutan terus berjalan lurus kemudian belok kekanan dan terus berjalan berbulan-bulan lamanya sampai akhirnya ia menemukan sungai, Semua petunjuk yang diberikan oleh nenek itu Ali ikuti. Tidak lupa Ali berdoa kepada Allah SWT agar diberikan kemudahan dalam perjalanannya.
Lama di perjalanan membuat Ali sangat haus, ingin sekali tenggorokannya dibasahi oleh seteguk air. Melihat sungai yang panjang terhampar didepannya, Ali ingin minum disungai itu, Namun ketika Ali mulai mendekati sungai tersebut dia melihat seekor kancil yang ingin menyebrangi sungai, Dan pada saat kancil itu mendekat, melompati sungai tersebut sampaii kancil itu di seberang, kancil itu tiba-tiba berubah menjadi batu. Ali sangat terkejut melihat kejadian itu, ia bertanya-tanya dalam hati “kenapa kancil itu bisa berubah menjadi batu setelah menyeberangi sungai tersebut, lalu bagaimana aku akan menyeberengi sungai ini hingga aku bisa sampai ke Makkah, kalau kancil saja bisa berubah menjadi batu, apalagi aku???”
Ali berpikir sejenak, memikirkan bagaimana caranya menyeberangi sungai itu. Sementara ia berpikir, seekor babi hutan melintas didepannya, sepertinya babi itu juga sangat kehausan, ingin menuju sungai tersebut untuk minum disana. babi itu semakin mendekati sungai, Ali pun mengamati setiap langkah dan gerak-gerik babi hutan itu.
Ketika babi mulai mendekati sungai tersebut ,mengeluarkan lidahnya untuk mengambil seteguk air, babi itu pun bernasib sama seperti kijang tadi, seluruh tubuh babi hutan itu pun berubah menjadi batu. Ali bingung, ternyata tidak hanya kijang karena babi atau bahkan semua binatang yang melintas atau minum di sungai ini berubah menjadi batu. Dengan penuh rasa penasaran Ali kemudian memberanikan diri untuk mendekati sungai tersebut, padahal sungai itu seperti sungai biasa, airnya sangat jernih, dan pada saat itu Ali sangat haus, Namun ia juga tidak ingin berubah menjadi batu seperti kijang dan babi hutan tadi. Akhirnya Ali memutuskan untuk memasukan ujung jari telunjuknya kedalam air sungai, ia ingin mencobanya, Apakah ia akan berubah menjadi batu seperti kijang dan babi tadi atau tidak berubah sama sekali?.
Karena sangat haus Ali mencoba memasukkan ujung jari telunjuknya ke dalam air sungai tersebut, dan seketika itu pula ujung jarinya berubah menjadi BATU PUTIH, Ali kemudian mengurungkan niatnya untuk minum, karena ia tidak mau hanya karena seteguk air, ia berubah menjadi batu dan semua impiannya musnah, Ali tidak ingin seperti itu, jadi Ali terpaksa menahan rasa hausnya itu demi melanjutkan perjalanannya untuk bisa sampai ke Tanah suci Mekah.
Beberapa bulan kemudian………..
Ali berjalan terus menyusuri sungai untuk menemukan ujung dari sungai tersebut, Namun hasilnya nihil, begitu lama ia berjalan namun ujung daripada sungai itu tidak ia temukan. Ali berdoa supaya diberikan petunjuk untuk bisa menyeberangi sungai tersebut.
Ali memutuskan untuk beristirahat sejenak untuk menghilangkan rasa lelahnya, pada saat Ali beristirahat Ali bertemu dengan nenek tua yang sama persis seperti orang tua yang dulu pernah memberitahukan Ali jalan untuk menuju Makkah, Pada aat itu Ali sudah lupa dengan nenek tua itu karena sudah lama sekali ia berjalan. Ali ingin bertanya lagi kepada nenek tua itu.
“assalamu’alaikum papuk berembe jak ntan adekn bau te nyebrang lek kokoh ne selapuq sak liwat kance nginem lekan kokohne berubahne jari batu, ime ku bae ne wah berubah jari batu???” Tanya Ali kepada nenek tua itu
(artinya: nenek bagaimana caranya agar saya dapat menyebrangi sungai ini, sungguh semua yang ingin menyebrang dan minum dari sungai ini berubah menjadi batu, tanganku pun kini telah berubah juga menjadi batu).
“ wa’alaikumsalam, lamun mele nyebrang, pedem ntan sambil beniat , lek dalem niat no, bayangin kamu wah arak lek sebrang” Jawab nenek tersebut. (artinya; jika kamu ingin menyebrangi sungai ini, kamu cukup berniat didalam hati dan memejamkan mata, kemudian kamu bayangkan dirimu sudah ada diseberang).
(Ali tidak menyadari bahwa ternyata kulit macan yang ia gunakan memiliki hadam (Hadam berarti pembantu) yang membantunya dalam perjalanan, sebenarnya kulit macan itu berfungsi sebagai pelindung, transportasi , dan dapat memindahkan orang ketempat manapun yang orang itu mau dengan kecepatan kilat, dan nenek tua yang ia ketemukan sewaktu dalam perjalanan adalah hadam dari kulit macan tersebut, itulah sebabnya mengapa nenek tua itu terus membantu Ali).
Ali percaya dengan nenek tua tadi, ia segera mengucapkan terima kasih dan menuruti semua kata-kata nenek tadi. Ali berdoa agar apa yang dikatakan nenek tadi benar. Ali mulai memejamkan mata, kemudian berniat agar sampai ke seberang, tidak lebih dari satu detik, begitu membuka mata Ali sudah berada di seberang sungai tersebut, Ali sangat terkejut dengan kejadian itu, tak lupa ia bersyukur kepada Allah SWT. Yang telah memberikannya jalan untuk bisa menyebangi sungai tersebut.
(Itu adalah salah satu khasiat dari kulit macan tersebut, pada saat itu Ali tidak berpikir kenapa ia tidak berniat untuk langsung sampai ke Makkah?, Namun Ali lebih peduli dengan kata-kata nenek tua tadi, hingga ia tidak bisa serpikir sejauh itu).
Setelah menyeberangi sungai tersebut Ali kemudian melanjutkan perjalanannya, ia terus berjalan sampai akhirnya ia sampai di Mesir, disana ia mulai bertemu dengan orang-orang mesir, dan menceritakan semua petualangannya dalam perjalanan hingga ia bisa sampai di mesir serta menceritakan impiannya untuk bisa sampai ke Makkah menunaikan ibadah haji, ketika itu Ali bercerita tetap dengan menggunakan bahasa sasak dengan sedikit digabungkan dengan ayat Al-Qur’an yang ia bisa dan selebihnya ia menggunakan bahasa isyarat.
Ali kemudian dibawa oleh orang-orang mesir untuk menghadap ke Raja mesir, kepada sang Raja Ali juga menceritakan pengalamannya seperti yang ia ceritakan kepada orang-orang mesir. Raja mesir pun kagum dengan semangat dan kerja keras Ali untuk meraih impiannya, semua petualangan yang dialami oleh Ali sangat menakjubkan. Oleh karena itu Ali dianggap sebagai tamu teristimewa oleh sang raja. Disana Ali diberikan berbagai macam makanan, minuman ,tempat tidur serta fasilitas lain yang dibutuhkan oleh Ali disiapkan oleh sang Raja. Di rumah sang raja , Ali dapat beristirahat dengan nyaman dan tenang. Ketika hendak beristirahat Ali melepas pakaian dari kulit macan yang selama ini sangat membantunya. Ali rasa, ia sudah tidak membutuhkan pakaian ini lagi karena ia sudah keluar dari hutan belantara. Namun karena kulit macan itu sangat berguna apalagi kulit macan itu mempunyai hadam, akhirnya Ali memutuskan untuk memotong-motong kulit macan itu menjadi beberapa bagian dan membuat beberapa kantung dari kulit macan tersebut. Kemudian ia simpan sebagai bekalnya dalam perjalanan pulang nanti.(kantung macan itu disebut KM, konon, sampai saat ini KM itu masih dicari tidak hanya oleh orang Lombok atau Indonesia bahkan orang-orang dari luar negri pun ingin memiliki KM itu, karena kegunannya yang sangat luar biasa).
Oleh sang Raja Ali diantarkan ke Makkah kemudian ditunjukkan beberapa guru-guru besar, para wali dan ulama yang ada di sana. Setelah itu Ali belajar berbagai macam ilmu seperti: ilmu-ilmu tentang ajaran islam, ilmu perang, ilmu tafsir dan ilmu-ilmu lain yang belum pernah Ali diajarkan oleh gurunya sewaktu masih dikampung halamannya.
Ali sangat bersyukur mendapatkan berbagai macam ilmu dari guru-guru yang ada disana. Dan semua cita-cita dan impian Ali pun menjadi kenyataan, ia akhirnya dapat menjalankan ibadah haji, dapat melihat ka’bah dengan nyata bukan seperti dulu yang dapat ia lihat Cuma lewat mimpi.
Ali mulai melaksanakan ibadah haji dengan khusuk, ia tak henti-hentinya mengucap rasa syukur karena impiannya yang bertahun-tahun ia raih dengan kerja keras dan pengorbanannya sekarang ia dapat melaksanakan rukun islam yang kelima. Ali dapat melaksanakan ihram, wukuf dipadang arafah, tawaf, sa’i dan semua rukun haji dapat ia laksanakan tanpa ada halangan sedikitpun.
Setelah lama berada di Makkah mendapatkan banyak ilmu pengetahuan yang ia kuasai, dapat melaksanakan ibadah haji, hingga sekarang ia dipanggil H. Ali,
H. Ali minta izin ke pada Raja mesir yang telah mengantarkannya ke Makkah untuk berpamitan karena ia ingin segera kembali kekampung halamannya(Lombok). Dan kemudian raja Makkah memberikan sebuah surat kepada H. Ali, surat tersebut maksudnya agar di perjalanan pulangnya, setiap melintasi wilayah kerajaan-kerajaan lainnya dijamin aman dan dapat dibantu dalam perjalanannya sampai kelombok.
H. Ali pulang bersama para jamaah haji Lombok, seperti biasa setelah berbulan-bulan dalam perjalanan, H. Ali sampai di pelabuhan Ampenan, Namun kali ini tantangan yang ia hadapi tidaklah sesulit tantangan sewaktu ia pergi dulu.
Sesampainya di desa kelahirannya yakni desa Sakra, masyarakat desa heboh dengan kedatangan H. Ali yang dapat pulang dengan selamat, bertahun-tahun masyarakat desa menantikan kedatangan H. Ali, mereka mengira H. Ali telah meninggal karena tidak ada jamaah haji yang dulu pergi bersama H. Ali dapat kembali kecuali H. Ali. banyak masyarakat yang kagum, menangis, heran, bersyukur kepada Allah swt karena H. Ali selamat pulang sampai desa kelahirannya.
Seorang tetangga H. Ali ada yang memperhatikan salah satu jari H. Ali, dan bertanya,
”kenapa ujung dari jari tangannya seperti batu?”
Kemudian H. Ali menjawabnya dan menceritakan semua pengalamannya selama diperjalanan, bagaimana ia dapat bertahan menghadapi rintangan, bagaimana jarinya bisa berubah menjadi batu, sampai bisa ke Makkah, menceritakan keadaan wilayah Makkah dan akhirnya pulang ke kampung halamannya.
Dan karena pengalaman H. Ali yang menakjubkan selama bertahun-tahun itu, masyarakat desa memberikan julukan “HAJI ALI BATU” . Di desa Sakra kemudian H. Ali batu menikah dengan seorang gadis desa Sakra, kemudian dikaruniai anak.
. Di desa Sakra H. Ali batu mengajarkan ajaran dan perkembangan islam yang pernah ia dapat dari beberapa ulama terkemuka di Makkah. Semakin hari murid H. Ali batu semakin bertambah banyak, karena ajaran yang ia sampaikan sangat mudah dipahami dan banyak orang yang tertarik untuk mempelajarinya, tidak hanya masyarakat di desa Sakra, bahkan beberapa murid H. Ali batu ada yang berasal dari Lombok barat, Lombok tengah dan dari berbagai daerah diluar Lombok. H. Ali batu sering sekali menceritakan pengalamannya selama perjalanan ke Tanah suci Makkah kepada murid-muridnya. Kemudian H. Ali batu membagikan kantung macan (KM) kepada beberapa murid yang ia percayai dapat meneruskan ajarannya. Dan setelah dibuktikan oleh salah seorang murid H. Ali batu ketika ia memegang kantung macan, kemudian ia di timpakan batu yang sangat besar oleh H. Ali batu, ternyata muridnya itu tidak merasakan sakit sama sekali, itulah salah satu kegunaan kantung macan yang diberikan oleh H. Ali batu.
Karena muridnya semakin bertambah, H. Ali batu pun banyak dikenal oleh orang, kemudian H. Ali mengajarkan kepada muridnya Aliran tarekat yang disebut TAREKAT BATU PUTIH. salah satu ajaran dari aliran ini yakni cendrung menyeru kita untuk senantiasa berdzikir kepada Allah swt. Dan dzikir itu pun mempunyai banyak tingkatan dari yang paling rendah sampai dzikir tertinggi dalam aliran itu. semuanya mesti dilakukan secara berurutan.
Dan sampai sekarang pun aliran tarekat batu putih masih digunakan oleh masyarakat, dan murid-murid H. Ali batu yang tersebar di seluruh wilayah Lombok .
Beberapa tahun kemudian…….
H. Ali batu kini mulai merasa sakit-sakitan karena beliau sudah tua, tidak sanggup lagi untuk mengajar, kemudian tugasnya untuk berdakwah dilanjutkan oleh beberapa murid-murid dari H. Ali batu dan anak-anaknya. serta semua benda seperti ladik cungpet, kantung macan dan semua benda yang ia bawa dari perjalanannya sewaktu berangkat ke Tanah suci Makkah, ia serahkan kepada murid-murid dan anak-anaknya.
Akhirnya setelah lama sakit, H. Ali batu meninggal dunia. semua murid, keluarga dan masyarakat desa Sakra sangat sedih dengan hal itu, karena H. Ali batu sangat dihormati dan dicintai oleh masyarakat sehingga sangat sulit untuk melepaskan kepergiannya.
H. Ali batu dimakamkan di desa Sakra, tepat ditanah kkelahirannya dan Sampai saat ini makam H. Ali batu tidak pernah sepi dari peziarah yang datang dari berbagai daerah.